Rabu, 22 Desember 2010

Ibu bagi Anak Berkebutuhan Khusus

Peran ibu sangat penting untuk perkembangan anak berkebutuhan khusus..
Ibu lah yang orang pertama yang menyadari ketika anaknya mengalami hal yang berbeda dengan anak lain.


Itulah mengapa ibu begitu penting bagi anak-anak berkebutuhan khusus. Sebab...

Di saat anak lain tak mau bersahabat dengannya, ibu yang menjadi sahabatnya
Saat orang lain tak mengerti dirinya, ibu yang mengerti dirinya
Saat orang lain tak memahami maksudnya, ibu yang memahami bahasanya
Saat anak merasa terpuruk, ibu yang selalu menyemangatinya
Saat anak ada dipersimpangan, ibu akan mendukung langkahnya

Tak mudah memang memiliki anak dengan kebutuhan khusus. Itulah mengapa salut untuk para ibu yang tetap bersemangat untuk buah hatinya. Melakukan yang terbaik untuk anaknya...

Untuk semua ibu kuucapkan :



"Selamat Hari ibu.."



*gambar dari http://www.altiusdirectory.com/Society/mothers-day-pictures.html 

Selasa, 14 Desember 2010

MICROSOFT BLOGGERSHIP 2011: Saling Menguatkan Melalui Jejaring Sosial

Saya ingat, saat itu sekitar tahun 1993 Teknologi Informasi masih terbatas. Sulit untuk sekedar mencari tahu kemana suara yang biasa saya dengar itu pergi. Mencari jawaban apa yang yang sebenarnya terjadi pada saya. Mengapa alat bantu dengar ini harus selalu menempel di telinga dan beragam pertanyaan lainnya yang mempertanyakan keadaan diri ini. Sebab bagi saya seorang anak yang beranjak remaja, sungguh tidak memuaskan keterangan dokter. Dimana hanya mengatakan bahwa pendengaran saya tergangu karena efek samping obat, dan agar saya dapat terus berkomunikasi maka harus menggunakan alat bantu dengar.

Merasa sendiri itulah saya rasakan. Dengan keterbatasan Teknologi Informasi membuat saya mencoba survive ditengah manusia normal lainnya dengan cara saya sendiri tentunya. Syukurlah walau hambatan selalu saja ada, setidaknya saya bertahan melewati hari.

****

Perkembangan Teknologi Informasi di Indonesia yang semakin pesat, membuat saya mengenal internet, tepatnya memasuki tahun 2000. Saat itu mulai banyak warnet berada di sekitar pemukiman, sehingga turut mempermudah mendapatkan akses Internet.

Adanya akses internet akhirnya menjawab berbagai pertanyaan saya mengenai kemana suara itu pergi. Pertanyaan yang sudah bertahun-tahun lamanya, akhirnya terjawab melalui media internet. Berbagai literature mengenai gangguan dengar membuka wawasan dan meyakinkan saya bahwa suara itu memang telah pergi meninggalkanku. Pada akhirnya sayapun menerima kenyataan bahwa harus bergantung dengan alat bantu dengar untuk terus bisa mendengar. Melalui Teknologi Informasi saya berdamai dengan kenyataan.

****

Seiring berjalannya waktu, sebagai mahluk sosial pada fitrahnya manusia memiliki rasa untuk berbagi begitupun dengan saya. Ketika sudah berdamai dengan kenyataan, saat itulah saya merasa alangkah baiknya bila mau berbagi cerita, saling share dengan para orangtua dimana anaknya memiliki gangguan dengar. Karena saya merasa anak-anak itu pada akhirnya akan mengalami apa yang mungkin terjadi pada diri saya dahulu.

Berawal dari jejaring sosial, saya mulai berkenalan dengan orangtua anak yang memiliki gangguan dengar. Dari merekalah akhirnya saya tahu ada beragam faktor yang menyebabkan anak terkena gangguan dengar.

Komunikasi yang terjalin melalui jejaring sosial menjadikan kami semakin dekat. Walaupun kesibukan dan jarak yang memisahkan kami, namun berkat jejaring sosialah kami bisa bertukar cerita, saling berbagi dan menguatkan.

Ketika seorang ibu menuliskan kegundahannya pada jejaring sosial mengenai kondisi anaknya yang mengalami gangguan dengar, saat itulah saya mencoba menghiburnya.

“Anak ibu tak sendiri, sama seperti apa yang saya alami dulu. Apapun masih mungkin untuk anak ibu kelak. Tetap semangat yaa bu.."

Begitupun dengan kebahagiaan. Ketika seorang ibu mengabarkan bagaimana akhirnya proses terapi wicara mulai membawa hasil, dimana anaknya mulai berucap walau masih terpatah-patah. Saat itulah seakan sayapun turun merasakan kebahagian itu. Karena saya tahu tak mudah untuk membuat seorang anak dengan gangguan dengar sedari bayi dilatih berbicara. Karena harus mengajarkan mendengar terlebih dahulu melalui alatnya.

****

Berinteraksi di dunia maya rasanya tak cukup bagi kami. Itulah mengapa secara berkala para orangtua yang memiliki anak dengan gangguan dengar mengadakan parent support dimana tujuannya adalah untuk berbagi secara nyata, dan saling mengenal.

Senang rasanya ketika bersua dengan anak-anak itu. Walaupun dalam berkomunikasi suara yang keluar masih belum sempurna, setidaknya mereka sudah berusaha menyapa. Ketika kutunjukan alat bantu dengar yang menempel ditelingaku pada seorang anak dan mengatakan..

”Alatnya sama yaa...”

Anak itu hanya tersenyum dan mengangguk.

Anak-anak itu beruntung mereka ada di era Teknologi Informasi yang sudah berkembang. Dimana kini dengan mudah mencari berbagai informasi melalui media internet. Sehingga tak perlu merasa sendiri sebagaimana yang terjadi pada saya dulu.

****

Melalui jejaring sosial siapa sangka sebuah interaksi dunia maya bisa begitu berarti. Yang tadinya tak saling mengenal, bisa begitu dekat bahkan saling menguatkan. Itulah yang saya rasakan betapa hebatnya pengaruh jejaring sosial.
Itu juga mengapa saya bersemangat untuk menyebarkan dan berbagi informasi tentang gangguan dengar. Mencoba mengubah stigma yang melekat pada orang yang mengalami gangguan dengar. Dimana seringkali mendapat padangan aneh akibat alat bantu dengar yang digunakan.

Untuk lebih efektif dan efisien dalam berjejaring sosial, penggunaan ponsel lebih berperan agar bisa terus terhubung. Sebab akses internet melalui ponsel yang semakin murah turut mendukung dalam berinteraksi.

Memang yang saya lakukan barulah langkah kecil, namun setidaknya sudah memulai bagimana memanfaatkan penggunaan jejaring sosial. Tak ada yang lebih menyenangkan ketika melihat senyum dan binar dimata anak-anak itu saat bisa berkomunikasi mendengar suara melalui alatnya. Dan menyakinkan bahwa mereka tak sendiri.

 Berbagi dalam parent support

Bersama dengan para orangtua yang kukenal melalui jejaring sosial

--------------------------------------------------------------------------------------------------
*Ditulis untuk diikut sertakan pada Microsoft Bloggership 2011
**Foto dok pribadi

Rabu, 08 Desember 2010

Agar Hearing Aid Awet

Memiliki gangguan dengar dan tergantung dengan alat tentu saja bukan perkara mudah. Selain rasa tak nyaman juga harus memperhatikan dengan baik alat yang digunakan. Hal ini agar hearing aid (alat bantu dengar) memiliki masa pakai lebih lama.

Beberapa hal yang harus di perhatikan pengguna hearing aid agar alatnya bisa bertahan lama.
  • Hindari, jangan sampai hearing aid terjatuh atau terbentur benda keras.
    Sebab bila terjatuh besar kemungkinan ada bagian yang rusak, mungkin juga pecah. Bila kerusakan masih minimal masih mungkin di betulkan di tempat service hearing aid.
  • Hindari jangan sampai terkena cairan.
    Cairan ini bisa berupa keringat, tersiram air, terkena hujan. Untuk itulah ajari anak untuk menghidari alatnya dari cairan. Sebab bila hearing aid (alat bantu dengar) terkena cairan, bisa terjadi konsleting pada kabel yang ada di dalam alatnya.
  • Jaga baterai yang di pakai.
    Pastikan saat alat tidak di gunakan, keluarkan baterai dari hearing aid (alat bantu dengar). Hal ini untuk menghindari terjadinya karat pada baterai.
  • Jaga kebersihan alat.
    Setelah di gunakan, biasakan agar alat selalu di lap dengan kain lembut atau tissu. Jangan sekali-sekali menggunakan cairan pembersih atau air. Hal ini dapat merusak komponen hearing aid (alat bantu dengar). 
  • Ganti Earmold bila di rasa tak nyaman.
    Penting sekali mengganti earmold yang dirasa sudah tak nyaman di kenakan, bisa karena kotor atau sering lepas dari tube (selang penghubungnya).
  • Lakukan service secara berkala.
    Service ini bisa dilakukan dengan rentang waktu 6-7 bulan sekali. Service sekedar mengecek apakah alatnya masih berfungsi dengan baik atau ada komponen yang sudah tak layak. Penting sekali untuk melakukan service secara berkala. Hal ini untuk mengjindari kerusakan lebih parah pada hearing aid (alat bantu dengar).

Mungkin dari penjelasan di atas terkesan ribet. Tapi yakinlah bila sudah terbiasa semua akan dengan mudah dilakukan. Seperti hearing aid yang saya gunakan bisa berumur panjang yaitu sekitar 4-6 tahun masa pakai. Dengan usia pakai yang  panjang tentunya bisa lebih berhemat kaan.

Salam,

Yusnita Febri

Selasa, 16 November 2010

Cerita dari Parenting Support Tentang Proses Mendengar dan Berbicara

Parenting support merupakan pertemuan yang diadakan 3 bulan sekali dimana bertujuan sebagai sarana berbagi diantara para orangtua anak dengan gangguan dengar. Melalui acara ini diharapkan para orangtua tetap bersemangat untuk berusaha yang terbaik bagi anaknya.

Pada pertemuan yang diadakan pada hari minggu 4 November 2010 pukul 10.00 WIB bertempat di ruang Seruni Taman bunga Wiladatika Cibubur, membahas mengenai "Bagaimana Proses Mendengar dan Berbicara yang Baik pada Anak dengan Gangguan Dengar"

Sebagai pembicara kali ini adalah Ibu Ir. Nora Amelda Rizal, M. Sc. (Eng), MM  dimana beliau juga merupakan orangtua anak dengan gangguan dengar usia TK.

Dalam bahasan kali ini, dijelaskan bagaimana proses berbahasa seorang anak. Proses mengenal bahasa pada seorang anak sangat dipengaruhi oleh suara yang didengar. Dalam hal ini telinga memegang peranan penting bagaimaan anak menirukan suara dan mengenal bahasa. Itulah mengapa bila telinga mengalami gangguan dengar maka akan terjadi gangguan berbicara pada seorang anak.

ibu Nora menjelaskan bagaimana proses mendengar dan berbicara

Perlu diketahui rentang usia 1-2 tahun adalah masa dimana anak mulai mengenal kosa kata dan belajar berbicara. Pada usia ini anak-anak akan menirukan apa saja yang didengarnya. Namun pada anak yang mengalami gangguan dengar proses berbicara ini menjadi terhambat akibat tak adanya respon suara yang sampai ke bagian otak. Maka ketika seorang anak terdeteksi mengalami gangguan dengar, maka perlu hearing aid (Alat Bantu Dengar) agar anak tersebut bisa belajar mendengar.

para orangtua serius mendengarkan penjelasan ibu Nora

Dijelaskan pula selain penggunaan hearing aid, anak dengan gangguan dengar perlu diberikan terapi wicara dan AVT (Audio Verbal Therapy). Hal ini agar anak mengerti arti dari kata-kata yang diucapkannya. Lalu juga mengenai perbedaan jenis hearing aid (Alat Bantu Dengar). Yang terpenting dari hearing aid (Alat Bantu Dengar) adalah bahwa alat itu harus cocok dengan pengguna. Proses pengenalah bahasa pada anak dengan gangguan dengar setelah pemasangan alat adalah 1,5 tahun. Sebab anak harus membiasakan dulu dengan suara yang didengar.

saling berbagi, walau memang belum selesai proses yang dijalani anaknya,
setidaknya ada perubahan pada proses berbahasa dan berbicara

Setelah akhir sesi penyampaian materi, diadakan sharing diantara para orangtua. Pada sesi ini orangtua bisa berbagi pengalaman dan bagaimana menangani anaknya. Sebab setiap anak itu unik dan tentunya juga beda dalam menanganinya. Yang lebih penting lagi adalah harus sabar dalam proses mengajarkan anak yang mengalami gangguan dengar untuk mengenal suara dan berbicara.

Menur yang menggunakan hearing aid sudah lancar membaca, 
walau ada beberapa kata masih belum sempurna diucapkan

Syukurlah pada pertemuan kali ini dihadiri oleh banyak orangtua anak dengan gangguan dengar. Diharapkan dengan mengikuti pertemuan ini para orang tua yang memiliki anak dengan gangguan dengar untuk tidak menyerah, membiarkan anaknya begitu saja. Tetapi bisa lebih termotivasi demi masa depan anak-anaknya.

Sampai jumpa di pertemuan berikutnya..

Selasa, 09 November 2010

Sharing Parents Jakarta

Yayasan AKRAB (AKu bisa dengaR dAn Bicara) akan mengadakan Sharing Parents with Hearing Impairement Children. Dimana pertemuan rutin ini sebagai sarana menggali ilmu serta support. Acara ini akan diadakan pada 

Hari /Tanggal :  Minggu, 14 November 2010
Jam               : 10.00 WIB

Tempat          : Taman Bunga Wiladatika Cibubur - Saung Seruni

Tema             : Bagaimana Proses Mendengar dan Berbicara yang Baik pada Anak Dengan Gangguan Pendengaran

Narasumber  :  Ibu Ir. Nora Amelda Rizal, M. Sc. (Eng), MM
...GRATIS...


Konfirmasi:
Ibu Dion 0811150315                
Ibu Dwi  0818186066

Acara ini terbuka untuk orangtua, keluarga yang memiliki anak gangguan dengar. Untuk itu mohon bila anda mengenal orangtua yang memiliki anak dengan gangguan dengar di Jakarta dan sekitarnya, tolong informasikan acara ini.

Terimakasih...

Selasa, 02 November 2010

Catatan Dari Pesta Blogger+ 2010 Jakarta

Pesta blogger Kembali di gelar tepatnya di Rasuna Epicentrum Walk Kuningan pada hari Sabtu 30 Oktober 2010. Kali ini dengan tema "Merayakan Keberagaman."

Pesta blogger yang begitu berwarna, ada canda, tawa, ceria jumpa teman yang tadinya hanya kenal di dunia maya. Bertemu secara nyata menjadikan kami semakin akrab. Apalagi ketika mengetahui banyak blogger dari luar Jakarta yang sengaja datang untuk mengikuti Pesta Blogger.

Tiket Pesta Blogger sama seperti tahun lalu yaitu hanya Rp.50.000,- dengan harga tiket itu peserta sudah bisa mendapatkan macam-macam yaitu souvenir, makan siang, snack. Belum lagi banyak yang bisa di dapatkan secara gratisan di stand yang menjadi sponsor.

Pada Pesta Blogger bersama teman-teman dari komunitas MPID (Multiply Indonesia)  melakukan pengalangan dana untuk korban bencana Wasior, Mentawai, dan Merapi dengan cara menjual film pendek + pin seharga Rp.25.000/DVD. Dimana film ini dibuat oleh teman-teman seniman multiply yang menceritakan tentang keberagaman. Hasil penjualan DVD ini akan didonasikan, tanpa ada potongan apapun. Syukurlah penjualannya mendapat respon baik.
Berada di stand MPID bersama Anazkia, mba Winny

Senang rasanya bisa ikut kesibukan di stand Multiply. Itulah mengapa pada Pesta blogger kali ini saya tak mengikuti break sesion karena bergantian dengan teman-teman menjaga stand. 

Di Pesta blogger ini juga menjadi kejutan untuk saya. Karena ternyata tulisan saya memenangi dua lomba menulis. Yaitu sebagai juara 3 untuk lomba Writing Contest “Merayakan Keragaman”. Dan Juara 3 pula untuk lomba XL Writing Contest dengan Tema "Pemanfaatan Media sosial". Daftar pengumuman lomba ada di sini.

 Bersama Pemenang XL Writing Contest PB2010


Bersama pemenang Writing Contest PB 2010

Semoga dengan memenangkan lomba ini, saya rajin menulis untuk blogspot. Berbagi tentang permasalah gangguan dengar, dan apa yang dirasakan. Mudah-mudahan dengan tulisan bisa membantu memberikan informasi mengenai gangguan dengar dari sudut pandang saya sebagai pengguna hearing aid.


bersama teman-teman komunitas multiply

Terimakasih juga untuk teman-teman di blogspot.
Dan sampai jumpa di Pesta Blogger 2011
__________________________________________________________

*foto dok.pribadi dan http://pancaputri08.multiply.com

Jumat, 22 Oktober 2010

Berbagi Melalui Media Sosial


Pada fitrahnya manusia adalah mahluk sosial, dimana membutukan suatu media untuk saling berinteraksi antara satu dengan lainnya. Melalui media sosial itulah bisa saling berbagi, bertukar informasi tanpa ada sekat yang membatasi.

Ketika menyadari bahwa diri ini berbeda, kadang terlintas ada rasa tak terima. Rasa mengelak pada kenyataan yang ada. Namun bila mau mengakui bahwa dari yang berbeda itu ada banyak cerita untuk dibagi. Ada semangat yang bisa di tularkan, agar tidak menyerah pada keadaan.

Berawal dari media sosial, aku mulai mencari anak-anak yang sama denganku. Dimana anak-anak itu juga mengalami gangguan dengar. Satu persatu kujalin kontak dengan orangtuanya. Tak mudah memang menemukan meraka, dan mengetahui bagaimana keadaan anak-anak itu sebenarnya.

Berinteraksi melalui media sosial yang berupa blog, membaca share orangtua mengenai anaknya yang mengalami gangguan dengar seakan aku pun merasa itu adalah diriku juga. Ternyata anak-anak itu mengalami hal yang sama kurasakan dulu.

Semakin seringnya berinteraksi, menjadikan kami semakin dekat. Saling menguatkan, agar tak putus asa pada keadaan. Betapa melalui kekuatan media online sebuah kata begitu berarti dan begitu bermakna bagi kami.

****

Sering kali orang menganggap remeh akan peranan media sosial. Banyak yang menganggap hanya digunakan untuk bersenang-senang saja. Itulah mengapa seringkali media sosial menerima tundingan negatif dari berbagai pihak. Padahal media sosial bisa dimanfaatkan secara luas. Melalui media sosial banyak informasi yang bisa di sebarkan. Itulah yang kurasakan.

Melaui media sosial aku menyebarkan tentang berbagai hal mengenai gangguan dengar dan bagaimana stigma yang melekat pada orang yang mengalami gangguan dengar. Lalu mengenai bagaimana rasanya hidup tergantung pada sebuah alat yang menempel di telinga. Sehingga seringkali dipandang aneh oleh orang sekitar.

Walaupun mungkin yang kulakukan tak seberapa, setidaknya  melalui media sosial aku telah mencoba untuk berbagi.

_________________________________
*ditulis untuk memeriahkan Lomba Blog XL

Minggu, 17 Oktober 2010

Terlahir Berbeda pun Bagian Dari Keberagaman

Andaikan saja manusia tahu apa yang akan terjadi padanya nanti, pasti sudah disiapkan segalanya sejak dini. Bilamana sejak awal manusia bisa memahami kekurangan dirinya, tentu akan diperbaikinya. Jikalau ketika dilahirkan manusia sudah diberi rahasia kehidupan yang akan di jalani, bisa jadi kehidupannya sekarang jauh lebih tegar dalam menghadapi hambatan ini.

Manusia tak pernah tahu dan tak bisa memilih seperti apa hidupnya nanti. Begitupun dengan diriku. Aku tak menyadari bahwa diri ini berbeda. Aku teringat saat usiaku 11 tahun, bersekolah di SD Inpres. Terlontar sebuah kalimat dari anak lain yang melihatku sebagai orang yang berbeda.

"Kamu tak bisa mendengar yaa... Kok ada alat ditelingamu?"

Aku terdiam. Kuraba telingaku, kurasakan alat yang menempel pada daun telinga. Aku pun tersentak menyadarinya. Yaa.. Tuhan.. kalimat singkat itu menyadarkanku. Ternyata aku berbeda dengan anak lain.

Ah, mengapa baru kusadari diriku berbeda. Harusnya aku tahu, begitu ibu membawa ke klinik untuk memeriksakan pendengaranku, kemudian membelikan alat pedengar dan memasangkannya pada telingaku. Harusnya aku segera sadar, bahwa alat itu yang membuat diriku terlihat bebeda. Harusnya aku tahu, ada yang aneh dengan diriku.

Hari-hari setelah menyadari bahwa diri ini berbeda, sungguhlah tak mudah. Ada perang batin, ada rasa marah. Aku marah pada-MU Tuhan. Karena aku berbeda dengan anak lain!
Tapi bagaimana mungkin aku menggugat Tuhan yang sudah membuat lakon hidup untukku?
Bukankah aku hanya manusia yang berperan sesuai dengan skenario yang sudah di tentukan. Jadi laksanakan peran itu sebaik-baiknya.


***

Bersekolah di sekolah umum dengan murid beraneka ragam dan karakter. Menjadi murid paling aneh sendiri dengan alat yang menempel pada telingaku. Makin memperjelas akan perbedaan itu. Tak enak rasanya menjadi orang paling beda. Ketika melenggang di koridor sekolah, berpapasan dengan murid lain, maka mereka akan memperhatikan diriku. Ah, tidak lebih tepatnya mereka memperhatikan apa yang tertempel di telingaku. Yaa, alat itu memang aneh, bentuknya melengkung. Tak sedap dipandang mata. Selang pengubung pada cetakan telinga membuat penasaran orang lain yang melihatnya.

Dalam berteman akupun kesulitan, tak semua anak mau berteman denganku. Hanya beberapa saja. Berganti jenjang pendidikan, maka berakhirlah pertemanan itu karena kami berbeda sekolah. Itulah mengapa jangan pernah tanyakan siapa teman akrabku di sekolah.

Pernah suatu kali kutanyakan pada ibu, mengapa aku tak dipindahkan saja ke sekolah khusus. Dimana murid-muridnya sama seperti diriku. Namun yang kudapat hanya sebuah senyuman. Yaa ibu sengaja membiarkanku menemukan sendiri jawaban itu.

Masa sekolah dilewati dengan hasil biasa saja menurutku. Tapi bagi ibu, bisa melewati pendidikan di sekolah umum adalah prestasi sendiri buatku.

****

Saat kuliah akhirnya aku tahu apa arti senyum dari pertanyaan itu. Ternyata ibu sengaja tak menyekolahkanku di sekolah khusus. Karena ibu ingin aku menyadari ada perbedaan dalam hidup. Ada keanekaragaman disana. Bahwa aku yang berbeda merupakan bagian yang ada dari keragaman tersebut.

Kuliah adalah masa yang menyenangkan. Aku tak lagi berkecil hati karena merasa aneh dan berbeda karena ada banyak perbedaan dalam lingkup kampus. Tak heran ketika menemukan teman yang menurut orang lain mungkin aneh. Entah mengapa dalam pendanganku terasa biasa.

Begitupun ketika pada akhirnya aku terjun di masyarakat, tak ada rasa syok karena dipandang berbeda. Ketika tak semua orang bisa menerima keberadaan diri ini, aku memakluminya.

***

Saat menemukan anak-anak yang senasib denganku. Dimana merasa bimbang ketika tahu mereka berbeda, entah mengapa aku tergerak mendekatinya. Aku hanya ingin menyapaikan pada mereka.

"Kau tak sendiri dik, kita sama. Namun jangan pernan berkecil hati. Kita pun bagian dari mereka yang beranekaragam. Tunjukan bahwa kau bisa dengan segala perbedaan dan keterbatasanmu"

Tuhan memang telah membuat skenario untuk setiap manusia. Akupun akhirnya memahami skenario itu, dan berusaha menjalankan peranku dengan baik. Menjadi berbeda akhirnya membuatku sadar, bahwa itu adalah bagian dari karunia-Nya. Jangan malu menjadi berbeda. Bagaimanapun pebedaan itulah yang membuat keberagaman mewarnai hidup.

anak-anak yang kukenal di dunia maya, mereka berbeda dan tak sendiri.

-----------------------------------------------------------------------------
*dituliskan untuk  writing contest Pesta Blogger 2010 dan teman-teman kecilku
**Foto dok.pribadi


Selasa, 05 Oktober 2010

Earmold pun Harus di Perhatikan


Untuk orang yang memiliki gangguan dengar dan menggunakan hearing aid / alat bantu dengar (ABD). Earmold pada alat bantu dengar juga harus di perhatikan. Earmold adalah cetakan telinga yang berfungsi agar suara dari alat bantu dengar bisa di dengar dengan baik.

Earmold yang tidak cocok dan tidak pas di telinga akan menyebabkan bunyi feedback pada alat bantu dengar. Hal ini dapat menggangu kenyaman dalam mendengar.

Pada anak-anak, harus di perhatikan dengan baik mulai dari bahan sampai tipe. Untuk anak-anak disarankan menggunakan menggunakan earmold yang lembut dalam hal ini menggunakan bahan silicon.
Selain itu itu gunakan earmold bertipe full -lihat gambar-, dimana menutupi seluruh lubang telinga sampai ke sela-sela telinganya. Hal ini dimaksudkan agar earmold tidak mudah lepas.

Karena anak-anak sedang dalam masa pertumbuhan, akan sering terjadi penggantian earmold. Untuk itulah mengapa pada anak-anak, earmold di ganti setiap 3-4 bulan sekali. Tentu saja mencetak earmold yang baru juga membutuhkan biaya. Untuk mencetak earmold biayanya sekitar Rp.65.000 s/d Rp.85.000

Untuk saya sendiri biasanya 6 bulan -1 tahun sekali menganti earmold. Sebab bila tak diganti dapat mempengaruhi kenyamanan dalam mendengar.

Mungkin kesannya ribet sekali dalam menggunakan hearing aid / alat bantu dengar (ABD). Sebab banyak sekali yang harus di perhatikan. Namun untuk saya sendiri tetap biasa saja. Lagipula sudah sepantasnya alat yang membantuku dalam mendengar memang perlu mendapat perhatian.



Kamis, 23 September 2010

Update Blog dan Parenting Support Bandung

Sudah lama Tak update Blogspot.
Libur Lebaran, Kemudian kesibukan, Komputer Rusak menghambat jadwal update yang dibuat minimal seminggu sekali.

Dalam hal menulis mungkin ada kata-kata dalam tulisan dan reply yang tidak berkenan. Untuk itulah mumpung masih bulan syawal, maka ijinkanlah saya mengucapkan:

"Selamat Idul Fitri 1431 H
Mohon maaf lahir dan batin
"


Untuk Orangtua yang memiliki anak dengan gangguan dengar atau kenalan dengan anak gangguan dengar yang berdomilisi di Bandung dan sekitarnya. Yayasan AKRAB (AKu bisa dengaR dAn Bicara) mengadakan parenting support yang di adakan pada:

Hari          :  Minggu
Tanggal   :  3 Oktober 2010

Waktu      : 14.00 WIB
Tempat   :  kediaman Ibu royke (ibu seorang ATR)
                    Permata Cimahi, 
                   Jl. Permata Raya blok A2 no 21. 
                   Cimahi, Bandung
                   No telp 022-6651205


Diharapkan parenting support ini bisa saling menguatkan sekaligus menambah pengetahuan sesama orangtua bagaimana mendidik anak dengan gangguan dengar.

Acara ini GRATISS tidak di pungut biaya.


Selasa, 07 September 2010

Saat Hearing Aid Memberikan Perubahan

Apakah anak-anak yang terdeteksi terkena gangguan dengar tak lagi bisa mendengar suara?

Ternyata tidak, dengan hearing aid (Alat Bantu Dengar) anak-anak tersebut ternyata masih bisa mendengar dan meresepon suara yang ada disekitarnya.

Namanya Liloeth usianya hampir 20 bulan, saya pernah menceritakan di postingan ini Jangan Putus Asa yaa

Liloeth kini sudah mengenakan hearing aid (alat bantu dengar) selama hampir 3 bulan. Walau untuk mendapatkan hearing aid yang tak mudah sebab harganya yang mahal. Namun syukurlah orangtuanya tak berputus asa. Tetap mengusahakan yang terbaik untuk putrinya. Dan memang Allah mendengar apa yang di harapkan ibunda Liloeth.

Saat mengetahui bahwa Liloeth sudah mengenakan hearing aid (alat bantu dengar) tentu senang. Berharap alat tersebut bisa memberi manfaat padanya.
Selama ini komunikasi dengan ibunda liloet hanya dilakukan lewat media jejaring multiply. Saling sharing mengenai permasalahan hearing aid.
Terakhir kali bertemu dengan Liloeth dan orangtuanya pada acaranya parenting support di cibubur. Betapa senangnya melihatnya sekarang ini.

Dengan hearing aid, ia merespon suara yang ada. Dan tentu saja, Liloeth kini lebih ceriwis dari pada sebelum mengenakan alat.

Walaupun memang untuk berbicara belumlah sefasih anak seusianya. Setidaknya beberapa kata sudah mulai keluar dari bibir mungilnya.
Sebuah langkah kecil yang menggembirakan.
Semoga kedepan hearing aid membawa manfaat padanya. Dan tentu saja peran orangtua tetap dibutuhkan untuk perkembangan anaknya.


 Liloeth sudah pintar bergaya

Selasa, 24 Agustus 2010

Di SMP Saatnya ATR Belajar Beradaptasi Dengan Cepat

Ketika seorang anak yang memiliki gangguan dengar bersekolah di SMP (Sekolah Menengah Pertama) tentu akan merasakan perbedaan. Sebab berbeda dengan SD (Sekolah Dasar), dimana selain pelajaran yang makin bertambah, sistem belajarpun menjadi berbeda.

Dalam hal ini seorang anak tuna rungu (ATR) atau anak dengan gangguan dengar yang bersekolah di SMP umum dituntut untuk bisa beradaptasi dengan lingkungan sekolahnya yang baru.

Mudahkah beradaptasi saat berada di SMP?
Tentu bukan hal yang mudah, karena anak dengan gangguan dengar harus dibiasakan mengenal suara dan gaya bicara guru yang mengajar di SMP.

Apa yang harus dilakukan orangtua dengan anak yang memiliki gangguan dengar saat bersekolah di SMP?

  • Beritahu kepada wali kelas mengenai kondisi anaknya yang mengalami gangguan dengar. Ini bukan berarti meminta perlakukan istimewa, tetapi agar guru paham bagaimana kondisi anak dengan dengan gangguan dengar. Sehingga apabila anak mengalami kesulitan dengan mata pelajaran tertentu wali kelas bisa berbicara pada guru mata pelajaran tersebut.
  • Beri pemahaman pada anaknya, bahwa di SMP satu guru mengajar satu mata pelajaran. Tidak lagi sama seperti SD.
  • Beri dukungan pada anaknya agar tidak minder sekolah di SMP umum.

Tak bisa dipungkiri saat SMP aku pun kesulitan menangkap apa yang diajarkan oleh salah seorang guru mata pelajaran. Hal ini disebabkan guru tersebut tidak memiliki artikulasi bicara yang baik. Karena guru tersebut sudah sulit untuk memperbaiki artikulasinya. Untuk itulah murid dengan gangguan dengar harus cerdik mencari cara lain agar tidak tertinggal pelajaran.

Lalu apa yang kulakukan?
Saat itu yang kulakukan adalah dengan lebih giat membaca materi pelajaran melalui buku-buku penunjang. Selain itu untuk catatan yang di dikte, jangan pernah sungkan meminjam catatan pada teman yang lain. Buang rasa malu akibat ketinggal dalam hal mecatat pelajaran yang di dikte. Sebab pasti ada teman yang mengerti kekurangan dalam hal mendengar, dan dengan senang hati membantu. Maka dari itu seorang anak dengan gangguan dengar jangan malu mengakui apa kekurangannya.

Bisa dibilang masa SMP ini adalah masa peralihan dari dunia anak-anak menjadi remaja. Pada masa SMP ini pula seorang anak dengan gangguan dengar makin sadar akan keberadaan dirinya yang berbeda. Tak dipungkiri pula masalah yang ada, akan semakin kompleks. Disinilah peran orangtua diharapkan untuk menguatkan anaknya agar tetap percaya diri.

Masa SMP ini juga saatnya seorang anak dengan gangguan dengar belajar beradaptasi secara cepat. Karena ketika seorang anak melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi lagi yaitu SMA (Sekolah Menengah Atas) kemudian kuliah. Maka diharapkan proses adaptasi terhadap lingkungan belajarnya bisa berlangsung lancar sebab saat di SMP anak sudah belajar bagaimana beradaptasi dengan lingkungan yang baru dan guru-guru yang berbeda.


*diposting dalam rangka mendukung gerakan SEO postif untuk kata "SMP"

Senin, 16 Agustus 2010

Beberapa hal yang harus diperhatikan ketika ATR akan sholat

Tidak seperti anak yang berpendengaran normal, pada anak yang mengenakan hearing aid (alat bantu dengar) ada hal yang harus di perhatikan ketika orangtua mengajarkan anak sholat.  Apalagi di bulan Ramadan seperti saat ini, tentunya anak TR pun tidak ingin ketinggalan bisa ikut sholat berjamaah di mesjid bersama kawan-kawannya.

Berikut beberapa hal yang sangat penting diperhatikan untuk anak yang mengenakan hearing aid (alat bantu dengar) ketika akan sholat:
  1. Pastikan saat berwudhu hearing aid di lepas dari telinga. Simpan di tempat yang aman agar tidak terkena percikan air.
  2. Pastikan telinga dikeringkan dahulu sebelum mengenakan hearing aid. Untuk itu penting sekali selalu membekali anak TR dengan saputangan.
  3. Pada anak perempuan untuk menghindari agar hearing aid tidak menimbulkan feedback, maka saat mengenakan mukena tali pengikat sebaiknya tidak berada pada bagian telinga.
  4. Untuk anak perempuan yang mengenakan jilbab. Pilih jilbab yang tidak ketat dibagian telinga. Bila mengenakan dalaman, ada baiknya untuk anak perempuan ikatannya tidak terlalu kencang.

Memang sebagai orang terkena gangguan dengar ritual sholat pastinya akan menjadi lebih ribet dengan adanya alat yang harus dijaga. 
Namun bagaimanapun juga melalui alat itulah seorang anak yang memiliki kebutuhan khusus dalam mendengar, diajarkan lebih sabar dan telaten serta menghargai alatnya sebagai bagai bagian dari telinganya.

Senin, 09 Agustus 2010

Cerita dari Parenting support tentang Terapi Wicara

Parenting Support kembali diadakan di Taman bunga Wiladatika gd.Seruni Cibubur pada hari minggu, 8 Agustus 2010 pukul 10.00 WIB

Tema acara kali ini :
"Peranan Terapi Wicara dalam Penanganan Anak Tuna Rungu"

Sebagai pembicara kali ini adalah Dwi Yanti, A.Md.TW dimana beliau juga merupakan orangtua anak tunarungu yang masih harus diterapi wicara.

Dalam pembahasan kali ini ditekankan pentingnya peranan terapi wicara pada anak tunarungu. Berbeda dengan anak yang mengalami autisme. Pada anak yang mengalami gangguan dengar. Lebih di tekankan pengenalan suara melalui hearing aid (alat bantu dengar) yang dikenakan.

ibu Dwi menerangkan tentang terapi wicara

Anak-anak yang mengalami gangguan dengar biasanya tidak tahu seperti apa bentuk suara itu. Tidak seperti anak yang berndengaran normal, dimana pengenalan suara terjadi secara alami sejak anak tersebut baru lahir. Untuk anak tunarungu pengenalan suara dilakukan dengan dengan penuh tahapan.

Pengenaan alat menjadi begitu penting sebab melalui hearing aid (alat bantu dengar), anak akan diajarkan mengenal suara dan bagaimana mengeluarkan suara.

Terapi wicara pada anak yang mengalami gangguan dengar bukan sekedar agar anak bisa bersuara dan mengeluarkan kata-kata. Tetapi lebih dari itu. Terapi wicara ini juga maksudkan agar anak mengerti kata yang diucapkan. Sebab seringkali anak suka meniru apa yang dilihat dan didengar tanpa mengetahui arti kata yang ditirukan. Tentu tak ada orangtua yang mau anaknya hanya sekedar peniru saja tanpa memahami apa yang diucapkan.
ibu Dwi mengenalkan tahapan pada terapi wicara


Dalam acara ini juga diperdengarkan rekaman Shafa (putri ibu Royke) saat berusia 5 tahun. Dimana setelah melewati tahap terapi wicara yang panjang saat usia 3-5 tahun. akhirnya putrinya bisa juga mengucapkan kata-kata dan berbagai pertanyaan.
Pada sesi ini ibu Royke juga menjabarkan bagaimana tak mudahnya sebagai orangtua melatih anak berbicara. Harus punya pendirian kuat dan tak mudah menyerah. Karena seringkali orangtua enggan melatih kembali anaknya.

mendengarkan rekaman putri ibu Royke

Maka dari itu selain melalui terapi wicara orangtua juga harus aktif berperan serta mengulang kembali apa yang diajarkan oleh terapisnya. Dengan begitu diharapkan perkembangan bicara anak yang mengalami gangguan dengar bisa lebih mudah ditangani.
orangtua ATR antusias medengarkan bagaimana terapi wicara itu

Secara keseluruhan acara ini mendapat respon postif terutama pada orangtua ATR yang anaknya masih berusia balita dan sedang dalam tahap melatih mendengar dan bicara.


Senin, 02 Agustus 2010

Undangan Parenting Support

Yayasan AKRAB (AKu bisa dengaR dAn Bicara) Kembali mengadakan Parenting Support

Pertemuan ini sebagai sarana menggali ilmu dan mendapatkan support untuk melatih anak agar dapat mendengar dan berbicara.

Pertemuan ini akan di adakan pada

Hari /Tanggal  : Minggu, 8 Agustus 2010
Jam               : 10.00 WIB

Tempat          : Taman Bunga Wiladatika Cibubur - Saung Seruni

Tema             : Peranan Terapi Wicara dalam Penanganan Anak Tuna Rungu

Narasumber    : Dwi Yanti, A.Md.TW.

...GRATIS...

Informasi:
Bu Dwi 0818186066
Bu Dion 0811150315


Acara ini terbuka untuk semua yang peduli ataupun orangtua, keluarga yang memiliki anak gangguan dengar. Untuk itu mohon bila anda mengenal orangtua yang memiliki anak dengan gangguan dengar tolong informasikan acara ini.

Terimakasih..

Kamis, 29 Juli 2010

Ralat Review Blog

Beberapa minggu sebelumnya blogspot saya di review oleh majalah Chic . Mengenai review tersebut kutuliskan dalam postingan sebelumnya disini.

Teman, bukannya saya tidak berterimakasih atas dimuatnya review blog tersebut.
Namun saya merasa ada kalimat yang membuat saya keberatan atas tulisan tersebut. Sebab bagaimanapun saya perlu meluruskan pemahaman mengenai gangguan dengar.

Maka berdasarkan saran dari seorang kawan kebetulan mengerti tentang jurnalisme, saya mengirimkan surat pembaca sebagai bentuk tanggapan atas review tersebut.

Syukurlah pihak redaksi menerima apa yang menjadi keberatan saya. Di Majalah Chic no.68 tahun 2010 ralat blog itu dimuat. Berikut saya scan ralat tersebut.



Untuk majalah Chic terimakasih atas itikad baiknya dan terimakasih juga sudah turut menyebarkan informasi mengenai gangguan dengar.


*untuk membaca ralat tersebut klik gambar


Selasa, 20 Juli 2010

Sampai Kapan Pakai Alat?

Sampai kapan aku harus pakai alat?

Sebuah pertanyaan yang sering kali membuat sedih dan entah bagaimana menjelaskannya pada seorang anak yang mengalami gangguan dengar.

Ketika seorang anak tuna rungu (TR) mulai menguasai kosa kata dan bisa berbicara. Maka saat itulah rasa ingin tahu mereka ungkapkan dalam berbagai bentuk pertanyaan. Termasuk ketika menyadari dirinya berbeda dengan anak-anak seusianya.

Hearing aid, itulah yang membuat seorang anak tuna rungu  maupun anak-anak yang mengalami gangguan dengar merasa bahwa dirinya berbeda dengan anak lain. Sehingga timbul pertanyaan pada diri mereka.
"Sampai kapan aku harus pakai alat?"

Bagi orang-orang yang mengerti pentingnya hearing aid bagi ATR maupun anak dengan gangguan dengar tentunya sedih mendengar pernyataan tersebut. Karena tak mudah menjawab pertanyaan itu, sebab bisa jadi akan membuat mereka sedih.

Sebagai pengguna hearing aid, akupun dulu bertanya hingga kapan alat ini bisa lepas dari telingaku. Kapan telinga ini bisa bebas seperti dulu lagi. Mendengar tanpa alat, sehingga tak perlu terlihat aneh.

Ketika seorang anak terkena gangguan dengar dan diharuskan mengenakan hearing aid. Maka mulai dari situlah anak tersebut selamanya tak akan bisa lepas dari alat.

Begitupun ketika seorang bayi di ketahui mengalami gangguan dengar sehingga di vonis tuna rungu, saat itulah orangtua memilih opsi memakaikan hearing aid di kedua telinga anaknya.

Bisa dibilang mengenakan hearing aid itu ibaratnya kontrak mati dengan alat. Karena begitu besar ketergangtungan akan alat untuk kehidupan sehari-hari.

Apabila seorang anak sudah terbiasa berada dalam dunia suara, menggunakan bahasa verbal dalam berkomunikasi. Tentunya akan merasa aneh bila tak lagi mendengar suara seperti dulu.
Begitupun dengan anak tuna rungu yang sudah di kenalkan suara melalui alat sedari usia bayi. Mereka akan merasa aneh bila dunianya menjadi hening.

Untuk itulah banyak orangtua anak tuna rungu harus bisa memberi pengertian bahwa pemakaian alat tersebut tak terbatas pada usia anaknya. Bahwa sampai kapanpun alat tersebut akan terus berada ditelinganya.

Dan berhentilah berharap bahwa suara yang hilang akan kembali lagi. Karena walaupun suara itu tak lagi kembali, masih ada hal yang bisa digapai.

Kamis, 08 Juli 2010

Seharian Bersama ATR

Apa yang terpikirkan oleh anda ketika akan berinteraksi dengan anak tunarunggu (ATR)?

Mungkin akan membayangkan sulit berkomunikasi dengan mereka.
Sayapun yang mengalami gangguan dengar sama penasarannya dengan anda. Apakah benar anak-anak yang terlahir dengan gangguan dengar bisa berbicara sama seperti anak lainnya. Sebab untuk saya yang mengalami gangguan dengar tentu berbeda dalam penguasaan kosa kata.
Dimana ketika mengalami gangguan dengar saya sudah banyak menguasai kosa kata. Sementara anak-anak yang terlahir dengan kondisi mengalami gangguan dengar benar-benar memulai segalanya dari nol. Baik mendengar maupun mengenal kata dan artinya.

Beberapa waktu lalu, tepatnya hari sabtu tanggal 26 Juni 2010. Saya janjian bertemu dengan bertemu ATR yaitu Lala, Roza, Davin beserta keluarga mereka. Pertemuan ini terjadi karena kebetulan bertepatan dengan liburan anak-anak sekolah.

Kami sepakat bertemu di Monas jam 10 pagi. Ketika sampai Monas, saya hanya menemui Roza dan umminya serta Lala dan orangtuanya. Karena pada hari itu bertepatan dengan peringatan Hari Anti Narkoba Indonesia. Sudah tentu keadaan di monas menjadi padat,banyak orang.
Maka orangtua Lala berinisiatif mengajak pindah ke Ancol. Kabetulan keluarga Davin juga sudah ada di sana.

Ketika berada dalam mobilkeluarga Lala, saya memperhatikan bagaimana Roza dan Lala yang tuna rungu sedari lahir berkomunikasi. Ternyata mereka berbicara selayaknya anak-anak berpedengaran normal. walaupun usia kurang lebih 8 tahun -baru naik ke kelas2 SD sekolah umum-, namun saya menilai pengucapan kata mereka cukup jelas terdengar di telinga saya yang juga mengalami gangguan dengar.

Saya cukup kaget mengetahui mereka mengerti perbedaan kata "sepotong", "dibelah", "dibagi" karena untuk saya kata-kata tersebut cukup sulit dimengerti anak kelas 2 SD. Apalagi untuk mereka yang sedari bayi sudah mengenakan alat.

Rupanya orangtua mereka memang telah mengajarkan mendengar dan melatih bicara sedari mereka kecil. Maka tak heran hasilnya mulai tampak ketika anak-anak itu memasuki sekolah.

Di Ancol saya bertemu dengan Davin dan keluarganya. Davin seusia dengan Lala dan Roza. walaupun dia tuna runggu, namun saya lihat dia cukup tanggap ketika berkomunikasi pada adik-adiknya yang berusia balita.

Bercanda, bertukar cerita dengan Lala, Roza,dan Davin. Saling share tentang hearing aid dengan orangtua mereka. Membuat hari itu terasa begitu cepat berlalu.

Rupanya seharian bersama mereka tak begitu terasa. Karena komunikasi tetap dilakukan secara verbal dengan kata-kata. Begitupun ketika mereka bermain air, wlaupun tidak mengenakan hearing aid mereka tetap berbicara dan berkomunikasi dengan memperhatikan gerak mulut lawan biacaranya.

Seharian bersama mereka, makin mengetahui bahwa anak-anak tuna runggu ini sama normalnya dnegan anak lain. Yang membedakan mereka hanyalah sebuah alat bernama hearing aid.

Stigma tuli pasti bisu, benar-benar sudah di patahkan oleh mereka.




_______________________________________________________________________________
*foto dok.pribadi

Senin, 05 Juli 2010

Blogku di Review Majalah CHIC

Teman, di minggu pagi 4 juli 2010, sebuah email dari yang pengunjung blog membuat saya heran. Dalam email itu mengabarkan kalau mengetahui blog saya dari review majalah Chic.
Ketika membuka Multiply pun saya terkejut karena salah satu contact menulis notes tentang blogspot saya yang di muat di majalah CHIC edisi 66 2010 (30 juni - 14 juli 2010).

Suatu kebanggan tersendiri bahwa blog yang usianya masih kurang dari setahun di review majalah CHIC dimana setahu pangsa pasar pembacanya adalah para wanita karier.

Blog ini memang di khususkan untuk menulis apapun yang terkait dengan gangguan dengar. Maka dari itu dengan direviewnya blog ini di majalah CHIC saya berharap informasi mengenai gangguan dengar, bisa diketahui lebih luas lagi.

Ada yang ingin saya kritik dari review tersebut.
Saya agak keberatan dengan kalimat "terlahir kurang beruntung dalam indera pendengaran".
Perlu di ketahui, saya terlahir dengan keadaan pendengaran normal, sama seperti anak lainnya. Penyebab mengapa saya mengalami gangguan dengar sudah dituliskan dalam "Mengapa Terkena Gangguan Dengar"
Pada tulisan itu dijelaskan bahwa tidak semua yang mengalami gangguan dengar itu terjadi di usia bayi.

Saya tak ingin ada kerancuan informasi mengenai hal ini. Sebab kalimat itu setidaknya membuat keluarga, teman yang mengenal saya secara nyata heran. Karena mereka tahu saya mengalami gangguan dengar saat sudah bisa berbicara, bukan sedari saya lahir.

Terlepas itu semua, saya sangat berterimakasih pada majalah CHIC atas review blog ini. Semoga dengan adanya review blog ini, bisa di jadikan untuk lebih semangat lagi mengupdate isi blog.

Salam,

Yusnita

_________________________________________________
*silakan klik gambar untuk membacanya


Rabu, 30 Juni 2010

Mengalami gangguan dengar? Jangan malu..

Seorang guru SD tak sengaja menemukan multiply saya. Guru itu bercerita mengenai anak didiknya di sekolah yang juga mengalami gangguan dengar. Namun guru itu masih belum belum berhasil meyakinkan muridnya agar mau mengenakan hearing aid ketika bersekolah. Padahal orangtua murid tersebut sudah memberlikan anaknya hearing aid agar bisa digunakan kala bersekolah dan kegiatan sehari-hari.
Mengetahui cerita itu, saya maklum. Memang tak mudah bagi seorang anak yang tadinya normal kemudian harus menerima kenyataan bahwa salah satu inderanya tak berfungsi. Ini jelas berbeda ketika seorang anak mengalami mata minus dan harus mengenakan kacamata.

Untuk seorang anak agar mau mengenakan hearing aid itu lebih sulit, butuh pengertian. Selain karena bentuknya aneh, juga tak terbiasa bila telinganya tersumbat. Kemudian perasaan malu, karena mengenakan hearing aid sudah tentu seroang anak akan terlihat lain dengan teman-temannya.

Maka peran guru, orangtua dan sekitarnya sangat penting bagi seorang anak yang terkena gangguan dengar agar mau mengenakan hearing aid (alat bantu dengar). Karena bila seorang anak merasa nyaman saat mengenakan hearing aid tentunya ia takkan malu.

Apa yang saya lakukan?
Karena beda kota, saya hanya bisa minta tolong guru tersebut agar mau terus meyakinkan muridnya untuk tidak malu akan keadaannya. Tolong ceritakan kalau ia tidak sendiri. Ada saya yang juga mengalami hal yang sama, bahkan masih banyak pula mengalami kejadian yang sama dengannya. Karena toh bagaiamana pun juga murid tersebut tetap sama dengan teman-temannya. Ia masih bisa melakukan banyak hal. Termasuk dalam mendengar musik kesukaannya. Tentunya dengan mengenakan hearing aid.

Dan yang perlu ditekankan ia tak perlu malu akan keadaannya. Karena mengalami gangguan dengar bukan akhir dari segalanya. Apapun masih bisa diraihnya, selama itu mungkin dan ada orang-orang yang mendukung langkahnya.

Jadi bila mengalami gangguan dengar, jangalah malu..

Sabtu, 19 Juni 2010

Borosnya Penggunaan Baterai Hearing Aid

Tak di pungkiri yang namanya alat elektronik memerlukan energi. Dimana energi tersebut bisa berupa baterai. Begitupun dengan hearing aid juga memelurkan baterai agar bisa berfungsi.

Bisa dibilang bagi pengguna hearing aid, baterai adalah hal yang paling boros untuk mereka. Untuk saya sendiri pemakaian baterai untuk satu hearing aid bertahan kurang lebih 3 minggu. Itu di karenakan hearing aid yang saya kenakan hanya di pakai secara full ketika hari kerja saja, sedangkan saat sabtu-minggu. Baisanya saya tak selalu mengenakan hearing aid.

Sedangkan pada anak tuna rungu (ATR) penggunaan baterai hearing aid lebih cepat habis di pakai. Biasanya untuk anak TR penggunaan baterai hanya bertahan 7-10 hari saja. Ini lebih di sebabkan karena pada anak-anak harus lebih banyak mendengar. Dengan begitu anak TR akan belajar mengenal banyak suara dan kosa kata. Maka dari itu pemakaian pun harus full setiap harinya. Hearing aid mereka baru dilepas ketika akan mandi dan tidur saja.
Maka tak heran baterai hearing aid yang di gunakan juga cepat habis.

Dalam menggunakan baterai hearing aid juga harus hati-hati. Jangan sampai hearing aid lembab ataupun basah. Sebab bisa menimbulkan karat pada baterai. Hal ini apabila tidak diwaspadai, baterai yang berkarat tersebut bisa merusak amplifier. Dimana amplifier inilah yang berfungsi menguatkan suara dari luar ke dalam telinga.

Apabila amplifier rusak, maka hearing aid tidak bisa digunakan. Biaya service penggantian amplifier pun bisa mencapai jutaan setara dengan harga hearing aid yang baru. Untuk itulah bila terjadi kasus ampliefier rusak, sedangkan masa garansi sudah habis. Maka orangtua anak TR lebih memilih untuk membelikan yang baru ketimbang memperbaikinya. Sebab harga perbaikan sudah setara dengan hearing aid yang baru. *Untuk lebih jelas dimana letak amplifier lihat gambar penampang hearing aid.

Perlu di ketahui baterai hearing aid itu bulat, tidak bisa di charge (isi ulang). Sebab merupakan jenis zinc batteries. Di jualnya pun tidak secara satuan, tapi dalam bentuk roll dimana satu roll itu biasnaya berisi 6 butir batre. Karena baterai hearing aid juga merupakan barang impor, maka harganya juga termasuk mahal. Untuk saat ini harga satu roll baterai hearing aid dengan kode 675 harganya Rp.45.000,-

Jadi bisa anda bayangkan berapa pengeluaran untuk baterai pada anak-anak TR bila hanya dikenakan dalam rentang waktu 7-10 hari saja.

Untuk itulah bisa dibilang berat sekali biaya dalam mengenakan hearing aid. Tentunya perlu kebesaran hati dari pada orangtua maupun penggunanya sendiri ketika harus mengeluarkan biaya untuk membeli baterai. Namun perlu saya tekankan hal ini tak lain demi untuk kelangsungan dalam mendengar suara.

Setidaknya untuk saya sebagai pengguna hearing aid bisa diambil pelajaran yaitu:
  • Lepas hearing aid sesaat setelah sampai di rumah, hal ini untuk memberikan waktu agar alat bisa istirahat setelah seharian dikenakan.
  • Bila akan tidur lepas sekalian baterainya, jangan hanya berada di posisi off. Sebab inilah yang akan menyebabkan baterai berkarat karena lembab.
  • Rajin dibersihkan (di lap) menyeluruh, sampai tempat batrenya.
  • Lakukan service berkala yaitu 4-6 bulan sekali.

Peduli dengan hearing aid, maka masa pakainya pun bisa lama.

*ditulis dari pengalaman pribadi dan sharing dengan ortu ATR
_______________________________________
sumber gambar :
- dok.pribadi

Minggu, 13 Juni 2010

Seperti apakah suara yang terdengar melalui alat?

"Seperti apakah Suara yang terdengar melalui hearing aid?"


Itulah pertanyaan yang kadang di tanyakan oleh ortu anak Tuna Rung (TR).
Memang pada umumnya orang tua anak TR banyak penasaran, apakah hearing aid yang di kenakan anaknya berfungsi, apakah anaknya mendengar suara, seperti apakah suara yang mereka dengar? Samakah suara itu dengan suara yang di dengar oleh orangtuanya?

Sebagai orang yang tadinya memiliki pendengaran normal, dan akhirnya harus tergantung dengan alat untuk mendengar tentu merasakan perbedaannya. Bagiku suara yang terdengar melalui alat memang terasa berbeda,

Suara yang terdengar melalui alat memang bukanlah suara seperti yang terdengar oleh telinga kalian. Aku mengibaratkannya suara itu sebagi suara mikrofon. Yaa itulah yang sering ku bilang bila mana orang bertanya seperti apa suara yang kudengar. Dengan begitu setidaknya orantua TR atau orang lain yang menanyakan bisa ada gambaran seperti apa bunyi suara melalui hearing aid.

Di dalam hearing aid ada mikrofon yang berfungsi menangkap suara. Bila alat yang di gunakan sudah semi digital biasa lubang penangkap suara itu ada di dua sisi yaitu kanan dan kiri. Sedangkan untuk analog mikrofonnya biasanya ada di atas alat dan cuma satu saja. Maka tak heran suara yang di dengar melalui hearing aid analog terasa berbeda dengan suara yang di dengar melalui hearing aid semi digital.

Untuk itulah bila ada yang bertanya mengenai hearing aid apa yang sebaiknya di kenakan, saya lebih menganjurkan mengenakan hearing aid semi digital yang harganya masih terjangkau. Bila memiliki dana lebih tak da salahnya mengenakan hearing aid digital.

Satu hal yang pasti, secanggih apapun alat itu takkah pernah bisa menyamai suara yang terdengar secara alami tanpa melalui bantuan alat. Untuk itu bersyukurlah anda yang tak perlu mengenakan alat.


*sumber gambar http://www.hearinghub.com/

Kamis, 03 Juni 2010

Sinetron 3 Mas Ketir, Seperti Itukah Gambaran Difabel?

Bermula keluhan salah satu orangtua ATR di facebook. Dimana mengeluhkan keberatan atas penayangan Sinetron 3 Mas ketir. Sinetron yang di tayangkan oleh Global TV Indonesia setiap hari senin-selasa pukul 19.00 WIB.

Sinetron yang dibintangi oleh Ricky Harun (Sani), Zaky D Zimah (Oik), dan Desta (Sony). Menceritakan tentang kisah 3 pemuda keren yang bersahabat namun mereka cacat. Dimana yang satu buta (Sani), yang satu bisu (Oik), dan yang lainnya Tuli (Sony).

Dalam sinopsisnya diceritakan bahwa ketiga pemuda ini tidak bisa hidup terpisah satu dengan lainnya. Apabila mereka berpisah maka akan ada kejadian yang bikin ketar ketir karena mereka bagaikan satu tubuh yang saling melengkapi satu dan lainnya. Begitupun dalam mencari kerja, mereka berusaha untuk tetap bersama.

Seperti yang di kutip dari www.selebonfire.com
Dalam sinetron ini saya ingin menunjukkan bahwa, sebenarnya orang buta, tuli dan gagu ingin tetap di anggap sebagai manusia normal. Jadi bukan maksud saya ingin mengeksploitasi kekurangan mereka.Contohnya, kalo orang buta jatuh kekolam renang kan wajar, namanya juga nggak ngeliat. Kalo soal di tertawakan, orang normal juga kalo kecebur kolam juga pasti di ketawakan orang lain juga bukan?. Jadi saya buat jalan cerita dan aksinya yang wajar-wajar saja,” kata Muchyar Syamas selaku sutradara sinetron 3 Masketir
Apakah lucu, menjadikan orang dengan kekurangannya menjadi bahan tertawaan dalam acara komedi tak mendidik?
Karena pada kenyataannya kehidupan orang-orang yang memiliki keterbatasan fisik itu sama seperti orang normal lainnya.

Pada orang buta, apakah sampai sebegitunya karena tidak melihat maka akan jatuh ke kolam renang? Bukankah orang yang mengalami kebutaan sedari kecil akan terbiasa mengenali keadaan sekitarnya tentunya dibantu dengan tongkat. Begitupun ketika berada dilingkungan baru bagi tunanetra tentu akan segera beradaptasi mengenali sekitarnya dengan bantuan indera peraba dan tongkatnya.

Pada orang bisu, apakah karena kebisuannya lalu akan mengalami kegagagalan komunikasi. Dalam arti tidak bisa berkomunikasi dua arah? Nyatanya tidak juga, orang bisu akan menyampaikan maksudnya dengan isyarat maupun lewat tulisan.

Pada orang tuli, apakah orang yang mengalami ketulian tak bisa menangkap apa yang dibicarakan? Kenyataannya tidak juga. Kan sudah ada hearing aid (alat Bantu dengar) tentunya yang tuli bisa mendengar dan berkomunikasi. Kalaupun tak menggunakan hearing aid (alat Bantu dengar) toh bisa menggunakan bahasa tulisan maupun isyarat dalam bekomunikasi seperti halnya yang bisu.

Perlu ditegaskan bahwa sinetron 3 Mas Ketir ini TIDAK SAMA dengan judul film Tri Mas Getir. Dimana dalam Film Tri Mas Getir sama sekali tidak menyinggung kaum difable. Cerita dalam film lebih seputar tentang mempertahankan perguruan wushu yang terbelit hutang. Informsi lebih jelas mengenai film ini silkan cek situs cineplex di sini

Pada dasarnya sinetron difable boleh saja di tayangkan, namun sebaiknya di buat dalam bentuk lain seperti bagaimana perjuangan mereka yang difable dalam bertahan menghadapi kehidupan walaupun dengan segala keterbatasan yag ada. Bukan dengan Sinetron seperti ini penuh adegan hiperbola.

Sebagai Bentuk penolakan, di FB sudah ada grup STOP PENAYANGAN SITKOM "3 MAS KETIR" dengan link

Semoga Komisi Penyiaran Indonesia merespon bentuk penolakan terhadap sinetron tersebut.

Tulisan ini hanya opini, diharapkan agar lebih bijak lagi dalam memilih tayangan di telivisi. 

Senin, 31 Mei 2010

Cerita Dari Acara Parenting Support

Pertemuan rutin Parenting Support kembali diadakan di Taman bunga Wiladatika saung Alamanda Cibubur pada hari minggu, 30 Mei 2010 pukul 10.00 WIB

Tema acara kali ini :
"Persiapan Masuk Sekolah Umum bagi Anak Tuna Rungu dan Orang Tuanya"


Pada acara ini beberapa orangtua ATR yang menyekolahkan anaknya di sekolah umum berbagi kisah bagaimana mepersiapkan anaknya sebelum memasuki sekolah. Mengingat bersekolah di sekolah umum sudah tentu anaknya akan menjadi anak "istimewa".

Bapak Sulasmo (Ayah Menur yang berusia 7 thn), berbagi pengalaman bagaimana mempersiapkan Menur memasuki sekolah umum. Tentunya ini sudah di persiapkan ketika Menur masih berusia balita dengan memberikan terapi wicara, pengenalan terhadap suara dan membiasakan pengenaan alat bantu dengar (hearing aid).

Kini Menur sudah bisa berkata-kata dan bersekolah di TK PB Soedirman Jakara, dimana tahun ajaran nanti akan masuk SD, namun orangtuanya masih mengikutkan Menur untuk terapi wicara. Hal ini agar Menur makin fasih berbicara.

bapak Sulasmo(ayah Menur)  berbagi pengalaman


Amma Ato (ibunda Lala) berbagi kisah apa saja yang ia persiapkan ketika akan memindahkan Lala ke sekolah umum. Selain terapi wicara, Lala juga di ajarkan banyak kosa kata melalui kartu bergambar yang dibuat sendiri oleh Amma Ato. Melalui kartu itulah Lala mengenal banyak kosa kata dan mengenal nama-nama benda.
Lala yang saya temui kemarin tak nampak seperti anak dengan gangguan dengar, karena bicaranya sudah fasih sekali. Tentunya ini tak lepas dari kerja keras orang tuanya.

Lala bercerita tentang sekolahnya  

 Amma Ato berbagi tips mengenalkan kosa kata

Ada pula Shafa dan Azie yang meceritakan bagaimana pengalamanannya bersekolah di sekolah umum. Mengingat mereka berdua mengalami gangguan dengar sedari lahir.

Shafa yang baru lulus SMA, menceritakan pengalaman saat bersekolah

Azie yang baru saja selesai menamatkan kuliah, berbagi pengalaman

Lalu ada pula dokter THT yang diundang ke acara tersebut untuk memeberikan pemahaman mengenai gangguan dengar. Hal ini dimkalumi masih banyak orangtua ATR yang masih belum paham apa itu gangguan dengar dan manfaat dari penggunaan alat bantu dengar (hearing aid)

Saya akui tak begitu mengikuti acara obrolan tersebut, karena lebih banyak menyapa anak-anak TR yang ada disana. Setidaknya dengan menyapa mereka saya jadi tau bagaimana perkembangan bicaranya.
Ada yang sudah lancar berbicara, namun masih banyak yang malu-malu berbicara dan masih sulit keluar dengan jelas suaranya.

Acara selesai sekitar pukul 12.00 WIB. Ada yang langsung pamit pulang namun ada pula yang orangtua sekedar sharing dengan orangtua lain. Tak lupa saya pun juga menyapa para orangtua ATR dan berdiskusi mengenai alat bantu dengar (hearing aid).

Alhamdulillah acara ini berlangsung dengan lancar. Bagaimanapun pertemuan ini sungguh bermanfaat bagi para orangtua untuk bertukar informasi mengenai gangguan dengar. Tentu saja acara melalui acara ini juga saling menguatkan mereka agara tidak putus asa akan keadaan anaknya. karena apapun masih mungkin terjadi selama orangtua mau berusaha mendukung setiap langkah anaknya.

berfoto bersama beberapa orangtua ATR

Senin, 24 Mei 2010

Pengumuman Parenting Support

Untuk anda yang peduli dengan anak-anak gangguan dengar ataupun memiliki kenalan orangtua dimana memiliki anak dengan gangguan pendengaran.

Yayasan AKRAB (AKu bisa dengaR dAn Bicara) mengadakan Pertemuan Rutin -Parenting Support-
Pertemuan ini sebagai sarana menggali ilmu dan mendapatkan support untuk melatih anak agar dapat mendengar dan berbicara. 

Pertemuan ini akan di adakan pada

Hari/ Tanggal  : Minggu, 30 Mei 2010
Jam                   : 10.00 WIB
Tempat             : Taman Bunga Wiladatika
                             Saung Alamanda Cibubur, Jakarta
Tema                 : Persiapan Masuk Sekolah Umum bagi Anak Tuna Rungu 

                             dan Orang Tuanya.

Untuk konfirmasi bisa menghubungi
Ibu Dwi 0818186066
Ibu Dion 0811150315

Acara ini GRATISS.
Di tunggu kehadirannya

nb:
Acara ini terbuka untuk semua yang peduli ataupun orangtua, keluarga yang memiliki anak gangguan dengar. Untuk itu mohon bila anda mengenal orangtua yang memiliki anak dengan gangguan dengar tolong informasikan acara ini.


Terimakasih,


Jumat, 21 Mei 2010

Persepsi Salah Mengenai Gangguan Dengar

Berbagai persepsi salah mengenai gangguan dengar yang banyak berkembang di masyarakat yaitu

- Gangguan dengar merupakan faktor keturunan.
Masih banyak masyarakat yang mencari sebab gangguan dengar dengan menelusuri faktor keturunan. Padahal seperti yang pernah saya tuliskan dalam Mengapa Terkena Gangguan Dengar. Bahwa gangguan dengar itu sama sekali tidak terkait dengan faktor keturunan. Penyebab bisa terjadi ketika masih berada dalam kandungan ataupun ketika bayi telah lahir maupun ketika masa kanak-kanak.

- Gangguan Dengar bisa disembuhkan dengan pengobatan alternatif
Di masyarakat masih ada yang percaya bahwa dengan pengobatan alternatif anak yang mengalami gangguan dengar dapat di sembuhkan. Untuk itulah banyak orangtua yang mengunjungi pengobatan alternatif untuk mengobati gangguan dengar. Bila saja orangtua tahu, alangkah baiknya uang yang di gunakan untuk berbagai macam pengobatan alternatif sebaiknya digunakan untuk pembelian alat bantu dengar (hearing aid).

- Anak yang terlahir dengan gangguan dengar akan bisu
Stigma anak yang terlahir dengan gangguan dengar pastinya akan bisu, saat ini sudah tak berlaku. Karena stigma ini sudah banyak dipatahkan oleh para orangtua yang makin sadar pentingnya anak Tuna Rungu (TR) mengenakan alat bantu dengar (hearing aid) dan mengikuti terapi wicara.

- Anak yang terlahir dengan gangguan dengar tidak bermasa depan
Untuk hal ini, sangat diperlukan sejauh mana orangtua peduli akan masa depan anaknya. Karena anak Tuna Rungu (TR) juga memiliki masa depan sama baiknya dengan anak normal

Siapapun itu, tak ada orangtua yang menginginkan anaknya terlahir dengan kekurangan. Jikalau orangtua pada akhirnya di beri amanah memiliki anak dengan gangguan dengar, diharapkan orangtua bisa lebih aktif mencari berbagai informasi yang benar mengenai gangguan dengar. Jangan sampai karena masih percaya persepsi yang banyak berkembang di masyarakat, orangtua melupakan akan masa depan anaknya.
Karena bagaimanapun anak-anak dengan gangguan dengar memiliki hak yang sama dengan anak yang normal


*gambar dari http://www.clker.com/clipart-3592.html

Rabu, 19 Mei 2010

Bronze Award dari ISBA 2010

Email di hari Selasa 18 Mei 2010 cukup mengejutkan. Dimana Email itu berasal dari tim ISBA 2010. Tak disangka tak di duga, blog saya yang belum ada setahun mendapat penghargaan Internet Sehat Blog dan Content Award (ISBA)  untuk kategori family Sesi 14 (Selasa, 18 Mei 2010). 

Berikut kutipan dari Detik Inet yang menyatakan bahwa berita dari email itu adalah benar.



Blog ini awalnya dari Pesta Blogger 2009 yang saya ikuti. Dimana setelah Pesta Blogger 2009 saya jadi berpikir.
Apakah informasi tentang gangguan dengar sudah banyak orang tahu?
Apakah orang-orang sadar semakin banyak anak-anak terkena gangguan dengar?
Untuk itulah saya membuat blog yang khusus menuliskan tentang gangguan dengar dan berbagai permasalahannya. (sebelumnya saya sudah memiliki blog di multiply)

Bila kemudian blog ini mendapatkan Bronze Award ISBA 2010 adalah prestasi yang membanggakan. Bagaimana tidak, karena nama saya akhirnya muncul di  Internet Sehat maupun Detik Inet

Dengan begitu makin bersemangatlah saya menuliskan tentang gangguan dengar dan berbagai permasalahannya serta meyakinkan para orangtua anak Tuna Rungu agar terus berusaha dan memberikan yang terbaik untuk anaknya.

Tak lupa saya ucapkan terimakasih untuk teman-teman di blogspot, walaupun saya akui jarang berkunjung namun bagaimanapun pertemanan dengan kalian adalah penting.

Salam,
-Nita-

Jumat, 07 Mei 2010

Ketika anak Tuna Runggu akan Bersekolah

Untuk seorang anak anak Tuna Rungu (TR) memasuki dunia sekolah tidak semudah anak normal lainnya. Keterbatasan karena gangguan dengar menjadikan anak Tuna Rungu (TR) sebelum memasuki sekolah di persiapkan secara matang. Apabila sekolah yang akan dimasuki adalah sekolah umum, tentunya persiapan yang dilakukan anak TR bisa lebih banyak lagi.

Ada beberapa masalah yang umumnya terjadi pada anak Tuna Rungu (TR) dalam memasuki sekolah umum. Yaitu:

Kurangnya kemampuan akademik yang menggunakan kemampuan auditori.
Hal ini bisa di maklumi, karena indera pendengaran yang terganggu menjadikan anak agak kesulitan memahami pelajaran dengan mendengarkan. Ini biasanya akan jadi kendala ketika guru memberikan pelajaran dikte. Untuk itulah belajar mendengar melalui alat perlu dibiasakan.

Defisit dalam komunikasi verbal.
Anak Tuna Runggu (TR) biasanya memiliki keterbatasan akan kosa kata. Tidak seperti anak normal lainnya yang akan menangkapbanyak kosa kata baru melalui apa yang di dengarnya. Pada anak Tuna Runggu (TR) kosa kata perlu diajarkan sebaik mungkin, agar paham arti dari kosa kata tersebut. Untuk itu sebelum memasuki sekolah ada baiknya dipersiapkan melalui terapi wicara, agar anak bisa mengerti dan berkomunikasi secara verbal.

Defisit dalam keterampilan sosial yang menggunakan bahasa Verbal.
Hal ini juga tergangtung pada banyaknya penguasaan kosakata pada anak TR. Bila yang dimasuki adalah sekolah umum, maka anak TR diusakan untukbisa berkomunikasi melalu bahasa verbal yaitu melalui kata-kata. Untuk itulah ada baiknya orangtua senantiasa mengajarkan bagaimana berkomunikasi pada anak dengan mendengar dan berbicara.

Percaya diri.
Rasa percaya diri sangat penting untuk anak Tuna Runggu (TR) yang akan bersekolah di sekolah umum. Karena sudah pasti akan berbeda sendiri dengan teman-temannya. Untuk itulah rasa percaya diri perlu di pupuk sedini mungkin oleh orangtua. Dengan adanya rasa percaya diri diharapkan anak tidak malu ketika hearing aid yang digunakannya terlihat oleh teman-temannya.

Memang tak mudah untuk bisa bersekolah di sekolah umum bagi anak TR, karena selain banyak penolakan. Anak-anakTR juga harus membuktikan bahwa mereka tak kalah dengan anak yang berpendengaran normal. Untuk itulah para orangtua anak TR tiada lelah untuk terus berusaha agar anaknya mendapat kesempatan yang sama dengan anak-anak normal lainnya



Selasa, 27 April 2010

Mengenalkan suara pun harus kreatif

Bagi anak yang berpendengaran normal, rasanya biasa saja ketika ia mengenali suara. Karena sudah terbiasa mendengar sedari bayi. Tapi tidak untuk anak Tuna Runggu (TR). Mendengar bagi mereka perlu proses dan pengenalan secara baik dan benar. Selain itu tak mudah menjelaskan bagaimana bunyi suara itu.

Untuk anak yang terdeteksi tunarunggu memang ada baiknya sedari kecil menggunakan hearing aid (alat bantu dengar). Hal ini guna membiasakan anak tunarunggu bahwa sekitarnya itu tidak sunyi. Karena apabila anak dibiarkan dalam kesunyian, tentunya akan sulit lagi proses pengenalan suara. Akibat telah merasa nyaman dengan kesunyian. Bisa jadi akan menolak ketika di pasangkan hearing aid.

Melatih anak tuna runggu mengenali suara dan berbicara itu butuh kesabaran. Seperti yang dilakukan oleh orangtua Arum yang rajin mendokumentasikan perkembangan bicara anaknya lewat video HP dengan durasi sekitar 3 menit. Yang kemudian di upload ke situs multiply. Lewat video itulah saya jadi tahu, tak mudah dalam mengajarkan berbicara karena orangtua harus kreatif menunjukkan maksud dari kata itu dalam bahasa gambar dan gerak.

Sebagai contoh, apabila mengenalkan kata "kereta Api". Tidak serta merta anaknya mengerti apa itu kereta api. Namun perlu dikenalkan dengan mengajaknya ke stasiun KA dan kemudian mencobanya. Maka dengan begitu anak tunarunggu paham apa itu yang namanya kereta api. Begitupun juga binatang dan suaranya, penting sekali menunjukan seperti apa bentuk binatang tersebut dan bagaimana suara binatang itu. Semakin sulit kata yang di kenalkan perlu semakin kreatiflah orangtua menjelaskannya, tentunya dengan bahasa yang mudah dipahami anaknya.

Bagi orang yang berpendengaran normal mungkin tak pernah terpikirkan bagaimana proses mendengar itu. Namun bagi anak tunarunggu (TR), mendengar suara dan mengenalinya merupakan hal yang luar biasa. Mendengar banyak hal dan membedakan suara merupakan hal yang menarik bagi mereka.

Untuk itulah saya salut sekali pada orangtua anak TR, karena tentunya tak mudah mengajari anaknya secara konsisten untuk mendengar dan mengenalkan banyak kata. Tentunya perlu kesabaran tinggi dan kreatifitas dalam mengajarkan anak mendengar dan berbicara.

Maka dari itu ketika anaknya mulai merespon ketika diajak berkomunikasi, betapa bahagianya orangtuanya. Karena apa yang dilakukan itu tidaklah sia-sia.


*ditulis seperti saya saya amati dan menghimpun sharing dengan orangtua anak TR di multiply.
**sumber gambar dari cpfirst.org

Senin, 19 April 2010

Mereka bukan anak 'Aneh'

Pernahkah anda melihat seorang anak mengenakan hearing aid (Alat Bantu Dengar)? Mungkin tatapan anda tertarik pada bagian telinga anak tersebut. Karena memang yang menarik dari anak Tuna Runggu (TR) yang mengenakan hearing aid adalah bagian telinganya.

Anak-anak yang mengalami gangguan dengar dan mengenakan hearing aid (Alat Bantu Dengar/ABD) seringkali dianggap aneh. Tak dapat dipungkiri dalam keseharian anak-anak itu menjadi berbeda karena alat yang dikenakannya. Namun apakah pantas bila anak-anak tersebut di anggap sebagi anak aneh?

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata "aneh" diartikan sebagai hal yang tidak seperti yang biasa terlihat atau terdengar. Namun bernarkan anak yang mengenakan hearing aid (ABD) itu termasuk anak aneh? Jawabannya bisa ya dan juga tidak. Tergangtung pada yang melihatnya.

Bagi yang tak terbiasa melihat bentuk hearing aid (ABD) mungkin merasa apa yang kenakan anak kecil itu terlihat begitu aneh. Namun tidak bagi yang terbiasa berinteraksi dengan mereka, karena pada kenyataannya meraka sama seperti anak-anak normal lainnya. Senang bermain, berlari, berteriak. Tak ada yang bereda. Yang membedakan mungkin hanya alat yang menepel pada telinganya.


Begitupun dalam lingkungan sekolah. Anak yang mengenakan hearing aid (ABD), dan bersekolah di sekolah umum sering kali dianggap berbeda oleh teman-temannya. Maka dari itu pentingnya menyiapkan mental seorang anak yang mengalami gangguan dengar ketika akan memasuki sekolah umum.

Menjadi berbeda karena alat yang digunakan itu tak dapat di pungkiri. Namun haruskah anak-anak yang mengalami gangguan dengar juga ditatap dengan tatapan aneh hanya karena alat yang menempel ditelinganya?

Untuk itulah perlu pemahaman masyarakat akan keberadaan anak-anak Tuna Runggu (TR) yang mengenakan hearing aid (ABD). Mari buang tatapan aneh pada anak-anak tersebut, agar mereka merasa dirinya pun merupakan bagian dari masyarakat.

*foto Dok Pribadi

  © Free Blogger Templates Autumn Leaves by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP