Parenting Support kembali diadakan di Taman bunga Wiladatika gd.Seruni Cibubur pada hari minggu, 8 Agustus 2010 pukul 10.00 WIB
Tema acara kali ini :
"Peranan Terapi Wicara dalam Penanganan Anak Tuna Rungu"
Sebagai pembicara kali ini adalah Dwi Yanti, A.Md.TW dimana beliau juga merupakan orangtua anak tunarungu yang masih harus diterapi wicara.
Dalam pembahasan kali ini ditekankan pentingnya peranan terapi wicara pada anak tunarungu. Berbeda dengan anak yang mengalami autisme. Pada anak yang mengalami gangguan dengar. Lebih di tekankan pengenalan suara melalui hearing aid (alat bantu dengar) yang dikenakan.
Anak-anak yang mengalami gangguan dengar biasanya tidak tahu seperti apa bentuk suara itu. Tidak seperti anak yang berndengaran normal, dimana pengenalan suara terjadi secara alami sejak anak tersebut baru lahir. Untuk anak tunarungu pengenalan suara dilakukan dengan dengan penuh tahapan.
Pengenaan alat menjadi begitu penting sebab melalui hearing aid (alat bantu dengar), anak akan diajarkan mengenal suara dan bagaimana mengeluarkan suara.
Terapi wicara pada anak yang mengalami gangguan dengar bukan sekedar agar anak bisa bersuara dan mengeluarkan kata-kata. Tetapi lebih dari itu. Terapi wicara ini juga maksudkan agar anak mengerti kata yang diucapkan. Sebab seringkali anak suka meniru apa yang dilihat dan didengar tanpa mengetahui arti kata yang ditirukan. Tentu tak ada orangtua yang mau anaknya hanya sekedar peniru saja tanpa memahami apa yang diucapkan.
Dalam acara ini juga diperdengarkan rekaman Shafa (putri ibu Royke) saat berusia 5 tahun. Dimana setelah melewati tahap terapi wicara yang panjang saat usia 3-5 tahun. akhirnya putrinya bisa juga mengucapkan kata-kata dan berbagai pertanyaan.
Pada sesi ini ibu Royke juga menjabarkan bagaimana tak mudahnya sebagai orangtua melatih anak berbicara. Harus punya pendirian kuat dan tak mudah menyerah. Karena seringkali orangtua enggan melatih kembali anaknya.
Maka dari itu selain melalui terapi wicara orangtua juga harus aktif berperan serta mengulang kembali apa yang diajarkan oleh terapisnya. Dengan begitu diharapkan perkembangan bicara anak yang mengalami gangguan dengar bisa lebih mudah ditangani.
Secara keseluruhan acara ini mendapat respon postif terutama pada orangtua ATR yang anaknya masih berusia balita dan sedang dalam tahap melatih mendengar dan bicara.
Tema acara kali ini :
"Peranan Terapi Wicara dalam Penanganan Anak Tuna Rungu"
Sebagai pembicara kali ini adalah Dwi Yanti, A.Md.TW dimana beliau juga merupakan orangtua anak tunarungu yang masih harus diterapi wicara.
Dalam pembahasan kali ini ditekankan pentingnya peranan terapi wicara pada anak tunarungu. Berbeda dengan anak yang mengalami autisme. Pada anak yang mengalami gangguan dengar. Lebih di tekankan pengenalan suara melalui hearing aid (alat bantu dengar) yang dikenakan.
ibu Dwi menerangkan tentang terapi wicara
Anak-anak yang mengalami gangguan dengar biasanya tidak tahu seperti apa bentuk suara itu. Tidak seperti anak yang berndengaran normal, dimana pengenalan suara terjadi secara alami sejak anak tersebut baru lahir. Untuk anak tunarungu pengenalan suara dilakukan dengan dengan penuh tahapan.
Pengenaan alat menjadi begitu penting sebab melalui hearing aid (alat bantu dengar), anak akan diajarkan mengenal suara dan bagaimana mengeluarkan suara.
Terapi wicara pada anak yang mengalami gangguan dengar bukan sekedar agar anak bisa bersuara dan mengeluarkan kata-kata. Tetapi lebih dari itu. Terapi wicara ini juga maksudkan agar anak mengerti kata yang diucapkan. Sebab seringkali anak suka meniru apa yang dilihat dan didengar tanpa mengetahui arti kata yang ditirukan. Tentu tak ada orangtua yang mau anaknya hanya sekedar peniru saja tanpa memahami apa yang diucapkan.
ibu Dwi mengenalkan tahapan pada terapi wicara
Dalam acara ini juga diperdengarkan rekaman Shafa (putri ibu Royke) saat berusia 5 tahun. Dimana setelah melewati tahap terapi wicara yang panjang saat usia 3-5 tahun. akhirnya putrinya bisa juga mengucapkan kata-kata dan berbagai pertanyaan.
Pada sesi ini ibu Royke juga menjabarkan bagaimana tak mudahnya sebagai orangtua melatih anak berbicara. Harus punya pendirian kuat dan tak mudah menyerah. Karena seringkali orangtua enggan melatih kembali anaknya.
mendengarkan rekaman putri ibu Royke
Maka dari itu selain melalui terapi wicara orangtua juga harus aktif berperan serta mengulang kembali apa yang diajarkan oleh terapisnya. Dengan begitu diharapkan perkembangan bicara anak yang mengalami gangguan dengar bisa lebih mudah ditangani.
orangtua ATR antusias medengarkan bagaimana terapi wicara itu
Secara keseluruhan acara ini mendapat respon postif terutama pada orangtua ATR yang anaknya masih berusia balita dan sedang dalam tahap melatih mendengar dan bicara.
Marhaban ya Ramadhan, mohon maaf lahir dan batin!
BalasHapusUntuk semuanya Marhaban ya Ramadhan, mohon maaf lahir dan batin!
BalasHapusDibutuhkan orang tua yg sabar dan telaten dalam melatih anak2 TR utk bicara ya mbak..?
BalasHapusSungguh, mereka adalah ortu yg sangat hebat..!
Mbak, selamat menjalankan ibadah di bulan Ramadhan semoga ibadah kita mendapat ridhoNYA. Amin...
BalasHapusMohon maaf atas segala salah dan khilafku selama ini ya...
@mba Reni: iya mba soalnya terapi wicara ternyata lama sekali. Ini untuk membetulkan lafal dan pengucapan.
BalasHapusBtw Mohon maaf juga mba, bila selama berteman di blogspot ada salah. Dan Selamat Berpuasa
@Nuansa Pena: Terimakasih sudah Mampir, maafkan juga bila ada salah selama ini, dan Selamat menunaikan Ibadah Puasa
Selamat menjalankan ibadah puasa ya Yus...Sukses selalu
BalasHapussharing yang bermanfaat akan selalu baik untuk semua orang. selamat menjalankan ibadah ramadhan tuk mb nita, semoga diberi ridha dan barokah oleh Allah. amiin...
BalasHapusHehehe.. beda yah postingannya ama yang di sana :) sini fersi serius :)
BalasHapuswidia...
BalasHapussaya pernah ketemu dengan shafa, saya bener2 terkejut saat mendengar bawah shafa mengalami gangguan pendengarn karena saat saya ketemu shafa memakai kerudung. saat mendengar suara yang saat lancar seperti anak normal. yang saya mau tanyakan jika anak tunarungu denga derajat pendengran 100 db tidak memakai alat bantu mendengar dan di terapi wicara ada manfaatnya tidak untuk anak saat di terapi wicara (biasanya terjadi di SLB) Mohon solusinya...
terima kasih
@bu widia: Bila tidak mengenakan alat bantu dengar, terapi wicara lebih mengenalkan suara itu ada getarannya. Biasanya terapisnya akan mengajarkan berbicara dengan melihat gerak mulut. Dan membedakan dari getaran suara yang di hasilkan.
BalasHapusKarena tak menggunakan alat bantu dengar jadi anak hanya mengenal kosa kata dan berbicara dengan memperhatikan gerak mulut lawan bicaranya.
Tentu manfaatnya lebih di tekankan pada pengenalan kosakata pengucapan pada ornag lain. Mengingat masih sedikit sekali orang yang bisa berbahasa isyarat dan lebih ke bahasa verbal. Jadi penting untuk anak mengerti gerak mulut lawan bicaranya.
Seperti yang terjadi pada teman yang saya. Karena tak memakai alat bantu dengar komunikasi tetap berbicara, yang tentunya dengan membaca gerak mulut lawan bicara.
Sedang pada shafa, seperti yang ibu ketahui. Shafa dilatih untuk mengenalkan suara yang ada.
Ibu.. saya tak memungkiri kenyataan sebenarnya, bahwa mendengar itu penting sekali. Dengan mendengar anak tahu keadaan sekitar, juga lebih tanggap ketika bahaya mengancam. Seperti misalnya saat berada di jalan raya di mana perlu hati-hati agar tidak tertabrak.
Itu saja jawaban saya, mohon maaf bila reply komentar saya tidak memuaskan..
Pusat Terapi dan Tumbuh Kembang Anak Rumah Sahabat Yogyakarta melayani deteksi dini tumbuh kembang anak, terapi autism, terlambat bicara, ADHD, Down syndrom, musik, renang dengan terapi terpadu, speech terapi, sensori integrasi, terapi perilaku, fisioterapi dan program pendampingan ke sekolah umum. untuk informasi lebih lanjut silakan hubungi Rumah sahabat di Perum Gambiran C 2 UH V, Jl Perintis Kemerdekaan Yogyakarta phone 0274 8267882
BalasHapus