Selasa, 27 April 2010

Mengenalkan suara pun harus kreatif

Bagi anak yang berpendengaran normal, rasanya biasa saja ketika ia mengenali suara. Karena sudah terbiasa mendengar sedari bayi. Tapi tidak untuk anak Tuna Runggu (TR). Mendengar bagi mereka perlu proses dan pengenalan secara baik dan benar. Selain itu tak mudah menjelaskan bagaimana bunyi suara itu.

Untuk anak yang terdeteksi tunarunggu memang ada baiknya sedari kecil menggunakan hearing aid (alat bantu dengar). Hal ini guna membiasakan anak tunarunggu bahwa sekitarnya itu tidak sunyi. Karena apabila anak dibiarkan dalam kesunyian, tentunya akan sulit lagi proses pengenalan suara. Akibat telah merasa nyaman dengan kesunyian. Bisa jadi akan menolak ketika di pasangkan hearing aid.

Melatih anak tuna runggu mengenali suara dan berbicara itu butuh kesabaran. Seperti yang dilakukan oleh orangtua Arum yang rajin mendokumentasikan perkembangan bicara anaknya lewat video HP dengan durasi sekitar 3 menit. Yang kemudian di upload ke situs multiply. Lewat video itulah saya jadi tahu, tak mudah dalam mengajarkan berbicara karena orangtua harus kreatif menunjukkan maksud dari kata itu dalam bahasa gambar dan gerak.

Sebagai contoh, apabila mengenalkan kata "kereta Api". Tidak serta merta anaknya mengerti apa itu kereta api. Namun perlu dikenalkan dengan mengajaknya ke stasiun KA dan kemudian mencobanya. Maka dengan begitu anak tunarunggu paham apa itu yang namanya kereta api. Begitupun juga binatang dan suaranya, penting sekali menunjukan seperti apa bentuk binatang tersebut dan bagaimana suara binatang itu. Semakin sulit kata yang di kenalkan perlu semakin kreatiflah orangtua menjelaskannya, tentunya dengan bahasa yang mudah dipahami anaknya.

Bagi orang yang berpendengaran normal mungkin tak pernah terpikirkan bagaimana proses mendengar itu. Namun bagi anak tunarunggu (TR), mendengar suara dan mengenalinya merupakan hal yang luar biasa. Mendengar banyak hal dan membedakan suara merupakan hal yang menarik bagi mereka.

Untuk itulah saya salut sekali pada orangtua anak TR, karena tentunya tak mudah mengajari anaknya secara konsisten untuk mendengar dan mengenalkan banyak kata. Tentunya perlu kesabaran tinggi dan kreatifitas dalam mengajarkan anak mendengar dan berbicara.

Maka dari itu ketika anaknya mulai merespon ketika diajak berkomunikasi, betapa bahagianya orangtuanya. Karena apa yang dilakukan itu tidaklah sia-sia.


*ditulis seperti saya saya amati dan menghimpun sharing dengan orangtua anak TR di multiply.
**sumber gambar dari cpfirst.org

Senin, 19 April 2010

Mereka bukan anak 'Aneh'

Pernahkah anda melihat seorang anak mengenakan hearing aid (Alat Bantu Dengar)? Mungkin tatapan anda tertarik pada bagian telinga anak tersebut. Karena memang yang menarik dari anak Tuna Runggu (TR) yang mengenakan hearing aid adalah bagian telinganya.

Anak-anak yang mengalami gangguan dengar dan mengenakan hearing aid (Alat Bantu Dengar/ABD) seringkali dianggap aneh. Tak dapat dipungkiri dalam keseharian anak-anak itu menjadi berbeda karena alat yang dikenakannya. Namun apakah pantas bila anak-anak tersebut di anggap sebagi anak aneh?

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata "aneh" diartikan sebagai hal yang tidak seperti yang biasa terlihat atau terdengar. Namun bernarkan anak yang mengenakan hearing aid (ABD) itu termasuk anak aneh? Jawabannya bisa ya dan juga tidak. Tergangtung pada yang melihatnya.

Bagi yang tak terbiasa melihat bentuk hearing aid (ABD) mungkin merasa apa yang kenakan anak kecil itu terlihat begitu aneh. Namun tidak bagi yang terbiasa berinteraksi dengan mereka, karena pada kenyataannya meraka sama seperti anak-anak normal lainnya. Senang bermain, berlari, berteriak. Tak ada yang bereda. Yang membedakan mungkin hanya alat yang menepel pada telinganya.


Begitupun dalam lingkungan sekolah. Anak yang mengenakan hearing aid (ABD), dan bersekolah di sekolah umum sering kali dianggap berbeda oleh teman-temannya. Maka dari itu pentingnya menyiapkan mental seorang anak yang mengalami gangguan dengar ketika akan memasuki sekolah umum.

Menjadi berbeda karena alat yang digunakan itu tak dapat di pungkiri. Namun haruskah anak-anak yang mengalami gangguan dengar juga ditatap dengan tatapan aneh hanya karena alat yang menempel ditelinganya?

Untuk itulah perlu pemahaman masyarakat akan keberadaan anak-anak Tuna Runggu (TR) yang mengenakan hearing aid (ABD). Mari buang tatapan aneh pada anak-anak tersebut, agar mereka merasa dirinya pun merupakan bagian dari masyarakat.

*foto Dok Pribadi

Senin, 12 April 2010

Berbagi Tak Selalu Dalam Bentuk Materi

Di jaman yang serba konsumtif, tak dapat dipungkiri seringkali berbagi dikaitkan dengan materi. Bilamana semua dinilai dengan materi kemungkinan kesempatan untuk berbagi itu sangat sulit. Apalagi untuk orang-orang secara materi tidak berlebihan.

Secara materi aku tidak berlebihan. Namun bukan berarti aku tak ingin berbagi. Karena bilamana menunggu diri ini kaya (baca: berharta), bukankah hanya membuang-buang kesempatan saja? Karena kenyataannya memang begitu, bilamana menunggu kaya kapankah akan berbagi?

Saat ini mungkin aku hanya bisa berbagi melalui tulisan, sekedar share apa yang kurasakan selama mengenakan heraing aid. Bagaimana suara yang ditangkap telingaku melalui alat. Setidaknya dengan begitu orang tua anak tuna runggu (TR) bisa mendapatkan gambaran, seperti apa suara itu sampai di telinga anaknya. Mengingat pendengaranku dulu normal. Tentunya merasakan perbedaan kala mengenakan alat.

Begitupun dengan berbagai kendala yang kualami, aku hanya bisa menceritakan seperti apa kendala itu. Tentunya dengan harapan agar orangtua anak tuna runggu (TR) bisa mengantisipasi bila kendala yang sama terjadi pada anaknya.

Begitupun bila ada yang sekedar share, menanyakan bagaimana penggunaan hearing aid itu? Tentunya dengan senang hati akan kuberitahu apa yang kuketahui mengenai alat ini, dan bagaimana suapa bisa bertahan lama dalam menggunakannya.

Dari share dengan orangtua anak tuna runggu (TR), aku pun jadi tahu ternyata memilih hearing aid itu tidak bisa sembarang. Butuh test suara, konsultasi, dan kecocokan dengan alat. Selain itu juga perlunya penyettingan alat, agar suara yang di tangkap tidak menimbulkan feedback.

Aku memang memang belum bisa berbagi secara materi, namun setidaknya aku masih bisa berbagi dalam bentuk lain...


*sumber gambar dari sini

  © Free Blogger Templates Autumn Leaves by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP