Rabu, 24 Februari 2010

Sunyi Ditengah Keramaian Sungguh Tak Nyaman

Apa yang anda rasakan kala berada di tengah keramaian pesta, namun tak ada satupun orang yang anda kenal. Tentu anda merasa tak nyaman karena merasa terasing dari sekitar.

Begitupun yang saya alami kala ditengah hiruk pikuk keramaian, tetapi suara yang terdengar hanya samar-samar, menjadikan rasa tak nyaman terasing dari sekitar. Biasanya hal ini terjadi apabila hearing aid yang digunakan baterainya habis. Rasa tak nyaman itu karena merasa bahaya mengintai akibat tak mendengar dengan jelas.

Sebagai orang yang terlahir dengan kondisi berpendengaran baik kemudian mengalami gangguan dengar, sudah pasti merasa tak nyaman bila suara yang terdengar terasa samar. Mungkin juga karena sudah terbiasa dengan segala suara dan tentunya ingatan akan suara telah tertanam di memori maka akan menjadi berbeda kala suara yang terdengar terasa samar.

Jakarta, dengan segala kesibukannya dan penuh hiruk pikuk. Rasanya sungguh berbahaya ketika berada dijalan hanya mendengar suara samar. Anda pasti tahu bagaimana keadaan bus umum di Jakarta. Mereka saling kebut-kebutan, saling bersaing dengan sesama bus lainnya. Kadangkala juga tak peduli dengan para penyebrang jalan. Begitupun dengan kendaraan bermotor.

Sebagai pengguna angkutan umum saya sadar benar akan hal itu. Maka sebisa mungkin saya selalu berusaha untuk mendengar kala berada di tengah keramaian. Karena apabila saya lalai sedikit saja, nyawalah taruhannya akibat saya tak jelas mendengar. Maka dari itu saya selalu sedia baterai cadangan untuk hearing aid (alat bantu dengar).

Pernah suatu kali saya lupa membawa baterai cadangan, akibatnya saya disergap rasa tak nyaman karena hearing aid yang berfungsi hanya sebelah. Kalau sudah begitu matalah yang membantu saya untuk mendengar sekitar. Syukurlah saat saya baik-baik saja dan bisa selamat sampai dirumah.

Merasa sunyi di tengah kearamaian memang sungguh tak nyaman. Maka sebisa mungkin tak lupa membawa baterai cadangan. Agar saat hearing aid mati karena baterainya habis, bisa segera diatasi. Karena saya juga tak pernah bisa memprediksi kapan baterai hearing aid itu habis. Selain itu juga untuk mengatasi rasa tak nyaman akibat tak jelas mendengar.

Teman, menjadi orang yang mengenakan alat itu sungguh tak mudah. Namun bukan berarti saya harus menyesali karena hidup tergangtung dengan alat. Tapi harus lebih bersyukur karena saya masih diberi kesempatan mendengar walaupun dengan sebuah alat. Karena bila melihat orang lain yang hidupnya tak lebih baik dari saya, maka mengenakan hearing aid menjadi tak seberapa dibanding yang lebih menderita dari dari saya. Maka dari itulah tak berlebihan kan kalau saya bersyukur masih bisa mendengar.

Jumat, 19 Februari 2010

Hearing Aid Mengingatkanku Untuk Berhemat

Hidup tergangtung dengan sebuah alat sungguh tidak mudah. Selain tentunya ada keterbatasan juga mesti memikirkan usia pakai alat tersebut. Begitulah yang terjadi pada saya. Perlu memikirkan sampai kapan hearing aid (alat bantu dengar) itu masih bisa digunakan.

Dulu karena belum mengerti saya tak pernah berpikir bahwa selama sisa hidup akan selalu bersama hearing aid (alat bantu dengar). Semakin besar saya sadar memang ditakdirkan untuk selalu menggunakan hearing aid (alat bantu dengar).

Semakin besar dan dewasa sayapun mengerti bahwa hearing aid adalah kebutuhan pokok saya. Tanpa alat itu tentu akan terganggu berbagai aktifitas karena kurang mendengar. Saya pun juga akhirnya tahu bahwa hearing aid itu sangat mahal dan setiap tahun harganya selalu naik. Selain karena merupakan barang import, hearing aid juga masih belum ada buatan dalam negeri.

Ini saya sadari saat harus mengganti sendiri hearing aid (alat bantu dengar) dengan uang yang saya kumpulkan selama beberapa tahun. Berat memang rasanya melihat uang yang terkumpul bertahun-tahun hanya ditukar sebuah alat mungil. Namun bila mengingat betapa pentingnya dan besarnya manfaat alat tersebut rasanya sebanding juga.

Apalagi saat saya tahu betapa seorang bayi yang mengalami gangguan dengar sejak dini perlu menggunakan hearing aid super power seharga 8 juta rupiah per unit. Ini membuat saya bepikir berarti sepasang hearing aid untuk bayi tersebut butuh dana 16 juta rupiah. Besar sekali uang diperlukan untuk sekedar bisa mendengar. Untuk saya memang tak perlu menggunakan yang super power, namun tetap saja saya butuh biaya besar juga untuk sekedar mengganti hearing aid.

Bila memikirkan hearing aid, saya akan mengingat untuk berhemat. Barang-barang yang tidak saya butuhkan biasanya tak akan saya beli. Sebisa mungkin saya meminimalkan pengeluaran untuk menabung guna mengganti hearing aid tentunya agar saya bisa terus mendengar.

Memang jadinya merasa terbatas saat mengingat hearing aid yang mesti diganti, serasa tak bebas saat membelanjakan uang. Namun sekali lagi perlu dipikirkan memilih mana yang akan didahulukan. Karena melalui hearing aid suara bisa saya tangkap dengan jelas. Bagi saya tak masalah bila saya tak ikut trend seperti mengganti ponsel dengan Blackberry misalnya, karena saya tahu ponsel biasa sudah cukup bagi saya. Apalah gunanya mengikuti trend, bila saya tak bisa mendengar dengan baik.

Menggunakan hearing aid setidaknya membuat saya sadar, bahwa hidup itu jangan boros karena ada kebutuhan yang lebih penting untuk didipikirkan dan didahulukan. Bahwa mendengar merupakan harga mati yang harus saya tebus dengan membelinya.
Maka dari itu saya anggap hearing aid sebagai pengingat dikala ada keinginan hati untuk membeli barang yang tak perlu.

*gambar di ambil disini

Minggu, 14 Februari 2010

Biarkan anak-anak itu Berceloteh

Apakah anda merasa terganggu bila ada anak kecil atau anak anda yang masih kecil selalu ramai berceloteh tiada henti? hmm sebaiknya tak perlu merasa terganggu, biarkan saja mereka berceloteh, berbicara ramai.

Tahukah anda, banyak orangtua anak yang memiliki gangguan dengar begitu mendambakan anaknya bisa berbicara. Memang selama ini ada stigma tuli pasti bisu. Namun berkat pengetahuan yang semakin maju dan tentunya kesadaran para orangtua akan masa depan anaknya, maka mereka berusaha agar anaknya bisa berbicara.

Usaha itu dilakukan dengan cara memberikan terapi wicara secara rutin dan teratur. Memang suatu hal yang tak mudah, mengingat anak yang memiliki gangguan sejak bayi sangat sulit merespon suara. Untuk itulah pentingnya pemakaian hearing aid (alat bantu dengar) agar anak tersebut bisa mendengar  dan merespon suara.

Saat mendengar cerita seorang ibu dari anak Tuna Runggu (TR), mengenai bagaimana pada akhirnya putri kecilnya mau berbicara dan mengeluarkan sepatah kata untuk mengungkapkan keinginannya, bertapa hal itu membuat terharu. Bagaimana ibu itu tidak terharu, putri kecilnya yang selama ini begitu sulit berkata-kata untuk mengungkapkan apa keinginannya. Rumah yang tadinya begitu sepi dari celoteh putrinya, kini menjadi ramai oleh ocehan putrinya yang selalu ingin tahu banyak hal dengan bertanya. Bisa anda bayangkan betapa bahagianya ibu tersebut karena usahanya membuahkan hasil.

Hal ini sungguh kontras saat saya membaca berita di surat kabar, dimana orang tua tega menganiaya anaknya hanya karena anaknya tidak bisa diam, selalu berisik. Andai mereka tahu bahwa ada banyak orangtua dari Anak TR yang malah mendambakan keriuhan akan suara anak-anak. Andai mereka tahu betapa sulitnya melatih anak-anak TR agar bisa berbicara dan berkata-kata. Tentu mereka akan berpikir lagi bila akan menganiaya anaknya.

Berbicara dengan anak-anak adalah hal menyenangkan, karena umumnya mereka jujur mengemukakan apa yang di rasakan. Begitupun saat mendengar anak TR mengungkapkan keinginannya walau itu hanya sepatah kata, rasanya begitu luar biasa.

Jadi bila anda merasa terganggu dengan suara ocehan seorang anak sebaiknya anda berpikir kembali. Karena banyak anak-anak dengan gangguan dengar yang masih harus berjuang untuk sekedar berbicara sepatah kata.

Minggu, 07 Februari 2010

Pertemuan Dengan Pengguna Hearing Aid


Hari ini (07-02-2010) saya menghadiri acara parenting support anak-anak Tuna Runggu (TR) di taman bunga Wiladatika Cibubur. Memang saya hanya hadir sebagai undangan saja, lagipula kasus saya berbeda dengan mereka dimana anak-anak tersebut mengalami gangguan dengar sejak bayi. Walaupun begitu saya cukup senang bisa hadir di sana.

Bertemu kembali dengan teman-teman kecil saya yang biasanya saya kenal melalui jejaring multiply dan melihat perkembangan mereka cukup menyenangkan. Saya mulai mengikuti cara seperti ini setahun yang lalu. Acara ini rutin diadakan setiap 3-4 bulan sekali. Tujuan acara ini tentu saja untuk saling mendukung dan menguatkan para orangtua anak-anak TR agar mereka tetap berusaha untuk kebaikan anaknya kelak.

Pertemuan kali ini membahas tentang "bagaimana membesarkan anak Tuna Runggu". Sayangnya saya tidak begitu menangkap apa yang di bicarakan pada pertemuan itu karena saya lebih banyak menyapa teman-teman kecil yang saya kenal didunia maya. Setidaknya yang saya tangkap secara garis besar, orang tua yang memiliki anak TR diharapkan untuk tetap berusaha agar anaknya bisa mandiri kelak. Karena bagaimanapun nantinya anak-anak tersebut akan mereka lepas.

Mengenal anak-anak tersebut, mengetahui perkembangannya sangat menyenangkan. Seperti misalnya Naila (4 thn), setahun yang lalu kala mengenalnya dia masih begitu pendiam belum banyak berkata-kata. Namun kali ini kemajuannya bagus sekali, ia sudah ceriwis sekali. Sudah banyak kosa kata yang dikuasainya. Tentunya ini tak lepas dari ketekunan orangtuanya yang rajin membawa Naila untuk terapi wicara.

Begitupun dengan Menur (7 thn), sudah bisa mengutarakan rasa kesalnya melalui kata-kata. Bisa anda banyangkan tak mudah untuk seorang anak yang sedari lahir mengalami gangguan dengar untuk mengungkapkan emosinya melalui kata-kata. Dengan kata-kata pun orang normal yang ada didekatnya akan tau apa yang membuat dirinya kesal.

Menur (7 thn)

Lalu ada lagi Shafa (18 tahun) yang bersekolah di sekolah umum, dia Cerdas bisa berbicara sama baiknya dengan orang lain. Sayang ketika acara ada orang yang meragukan bahwa dia benar-benar TR. Maklum saja dia berkerudung jadinya hearing aid yang dikenakannya tak terlihat. Syukurlah di berbesar hati mau melepas hearing aid sejenak, agar orang tahu bahwa dia benar-benar mengalami gangguan dengar.

Shafa (berbaju merah) dan aku

Memang sebagai orang yang mengalami gangguan dengar sangat tak mudah untuk bisa membaur dengan orang normal. Ada saja yang sinis, meremehkan bahkan tak suka akan keberadaan orang-orang seperti kami. Belum lagi mengenai penggunaan hearing aid, masih banyak orang yang tak sepaham akan kegunaan hearing aid. Memang hearing aid mahal sekali, tetapi kalau mengingat besarnya manfaat yang saya dapatkan rasanya tak percuma mengeluarkan uang yang besar (untuk diketahui harga hearing aid minimal sekitar 4 juta rupiah).

Saya memahami perbedaan pendapat itu, bila tak suka mengenakan hearing aid yaa tak mengapa itu adalah pilihan. Namun bagi saya dan teman-teman kecil saya yang sudah dibiasakan mengenakan hearing aid tentu sudah merasa nyaman akan suara yang kami dengar.
Saya nyaman dengan pilihan untuk mengenakan hearing aid, karena orangtua dan sudara mendukung saya untuk tetap bisa terus mendengar, walaupun hanya melalui alat bernama hearing aid...
foto bersama dengan orangtua yang jadi panitia sebelum pulang

  © Free Blogger Templates Autumn Leaves by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP