Minggu, 29 November 2009

Hearing Aid memang tidak Keren Tapi Berguna

Bentuknya memang kecil dan ringan, bila di lihat sungguh tidak keren. Bila di bandingkan dengan kacamata, jelas dia berbeda.

Namun di balik penampilannya yang terkesan aneh. Manfaatnya begitu besar untuk orang yang mengalami gangguan dengar. Bersama alat ini, suara-suara yang hilang itu bisa di temui kembali.

Seringkali anak yang memakai hearing Aid di pandang dengan tatapan aneh. Tak jarang mereka akhirnya di cela oleh kawannya. Ini tentu berbeda dengan anak yang memakai kacamata, yang dianggap biasa saja dalam memakai kacamata.

Sungguh tidak adil. Apa yang salah dengan Hearing Aid, sehingga pemakainya harus di cela. Apakah karena bentuknya yang di anggap aneh sehingga anak yang memakainya jadi terkesan aneh juga?

Anak yang memakai hearing aid, selain perlu di biasakan juga harus dipupuk rasa percaya dirinya. Karena dengan mengenakan hearing aid, membuat anak tersebut menjadi berbeda dengan anak lain.

Dengan adanya rasa percaya diri, anak yang mengenakan hearing aid di harapkan tidak malu untuk membaur di tengah orang yang berpendengaran normal. Dan tentunya menyadari, walaupun hearing aid tidak keren. Namun dengan memakainya Ia bisa mendengar suara kehidupan.


*gambar di ambil di sini

Selasa, 24 November 2009

Berdamai dengan Takdir , bukan berarti menyerah

Ketika sesuatu yang hilang tak mungkin kembali. Sebagai manusia tak bisa memungkiri ada rasa sedih, marah, kesal.

Dulu saat baru pertama kali memakai Alat Bantu Dengar, saya berharap bahwa mengenakan Alat Bantu Dengar (ABD) itu takkan selamanya. Saya juga berharap dengan mengenakan ABD, maka telingaku bisa mendengar kembali sama baiknya dengan yang lain.

Namun harapan tinggal harapan, hal itu tak kunjung tergapai. Suara yang kudengar tetap saja kurang. Aku tersadar bahwa itu hanya harapan semu, harapan kosong yang tak mungkin.

Mungkin ini akibat minimnya informasi yang kuterima mengenai gangguan dengar dan mengenai pemakaian Alat Bantu Dengar (ABD). Maka tak heran cukup lama untuk bisa menerima keadaan diriku seutuhnya.

Mungkin akan berbeda jadinya apabila PT.ABDI (dulu bernama King Aid), dimana aku membeli Alat Bantu Dengar memberikan penjelasan mengenai Alat Bantu Dengar (ABD) tersebut dan memberi tahu bahwa itu hanyalah sebuah alat elektronik yang membantuku untuk mendengar. Jadinya aku tak perlu berharap pada hal yang tak mungkin.

Dulu saat SD - SMP, bila ada yang mengejek kekuranganku, aku akan marah. Karena aku tak terima mereka menghina diriku. Namun lambat laun seiring bertambahnya usia dan semakin pahamnya diriku akan kekuranganku, aku sadar percuma juga aku marah bila ada yang menghina diriku. Karena kenyataannya aku memang memiliki gangguan dengar.

Berdamai dengan takdir itu tak bisa di paksakan, perlu waktu, pemahaman dan perenungan. Berdamai itu bukan berarti mesti pasrah dengan keadaan. Ketika SMA sedikit demi sedikit saya mulai menerima kenyataan akan kekurangan ini. Memang tak di pungkiri belum sepenuhnya saya bisa terbuka perihal kekurangan yang saya miliki pada orang lain.

Dengan semangat tak ingin menyerah akan kekurangan yang kumiliki, setidaknya bisa kubuktikan bahwa aku bisa mengalahkan teman sekelas saat SMA dan membuktikan akupun bisa jadi yang terbaik di antara mereka yang "normal". walau akhirnya aku kalah kembali saat di kelas 3 SMA. Setidaknya kekurangan ini menjadikan aku bersemangat untuk menunjukan bahwa walaupun pendengaranku terganggu, namun masih bisa melakukan hal yang sama dengan lainnya.

Berdamai dengan takdir secara seutuhnya baru bisa kulakukan saat mulai kuliah. Dimana saat mulai kuliah pendengaranku tambah parah, dimana dulu saat SD-SMA hanya mengenakan satu Hearing Aid (Alat Bantu Dengar). Maka saat kuliah aku harus mengenakannya di kedua telingaku. Aku tahu pendengaranku tambah parah Namun itulah yang membuatku bersemangat untuk menunjukan bahwa akupun bisa sama baiknya dengan mahasiswa lain. Tak percuma dengan semangatku, aku bisa membuktikan bisa kuliah dalam waktu yang relatif cepat dari jangka waktu yang di tentukan. Tentunya hal ini membuat aku tambah yakin, bahwa kekurangan itulah menjadikan aku lebih bersemangat.

Saat ini karena diriku sudah berdamai sepenuhnya dengan takdir, maka tak ada lagi gejolak rasa marah apabila ada yang mengungkit kekuranganku. Maka akupun takkan sungkan lagi ketika mengenalkan diriku sebagai orang yang mengalami gangguan dengar.

Walau kutahu masih banyak yang belum kucapai, setidaknya dengan berdamai dengan takdir langkahku menjadi ringan. Walau kutahu hidup itu tak mudah, setidaknya aku harus tetap bersemangat menghadapi hari-hari.


*tulisan ini sebenarnya sudah di postkan di awal blog, namun karena linknya hilang saya tuliskan kembali. Maaf bagi yang sudah pernah membacanya

Mengenakan Hearing Aid perlu di biasakan

Mengenakan hearing aid (Alat Bantu Dengar) itu tidak mudah. Perlu pemahaman akan pentingnya menggunakan alat ini.

Begitupun denganku, awal mula mengenakan Hearing Aid masih belum bisa sepanjang hari. Lebih sering di lepas karena telinga yang tak terbiasa tertutup oleh ear mold (cetakan telinga).

Masih sering lupa mengenakannya kala berangkat ke sekolah. Akibatnya tak jarang saya merasa bingung karena suara yang saya dengar terlalu kecil. Atau ketika saya berbicara, terlalu besar suara yang saya keluarkan seperti sedang berteriak.

Tentu saja ini menggangu orang-orang di sekitar. Maka dari itu secara perlahan di biasakan penggunaan hearing aid, agar merasa bahwa alat ini sudah menjadi bagian dari telinga.

Bagi orang yang sebelumnya bisa mendengar dengan baik, akan terasa berbeda suara yang di dengar melalui hearing aid. Maka dari itu perlu di biasakan menggunakan alat ini.

Untuk anak yang mengalami gangguan dengar sejak bayi, hal ini tentu lebih sulit untuk membiasakannya. Karena bayi pada umumnya lebih banyak bergerak. Tentu saja Hearing Aid yang di gunakan biasanya akan di tarik-tarik hingga lepas. Maka dari itu hearing aid untuk anak kecil perlu dikaitkan pada tali yang mirip digunakan untuk kacamata agar saat di tarik tidak jatuh ke bawah. Karena bila hearing aid sampai jatuh ke bawah akan pecah. Tentu sangat di sayangkan mengingat harganya yang tidak murah.

Dengan membiasakan mengenakan hearing aid, maka secara tak langsung orang yang mengalami gangguan dengar akan merasa bahwa alat itu sudah menjadi bagian dari tubuhnya. Karena dengan alat itulah orang yang mengalami gangguan dengan terbantu untuk dapat bekomunikasi sama baiknya dengan orang yang berpendengaran normal.


Kamis, 19 November 2009

Gangguan Dengar itu

Gangguan dengar itu apabila seseorang sudah tak dapat lagi mendengar secara baik. Adapun batas ambang dengar kategori normal untuk manusia adalah pada intensitas 0-25dB (decibel). Lebih dari itu maka sudah bisa di indikasikan mengalami gangguan dengar.
Adapun klasifikasi intensitas gangguan dengar di golongkan sebagai berikut:
1. Kategori ringan apabila berada pada intensitas 26-40 dB
2. Kategori sedang apabila berada pada intensitas 41-55 dB
3. Kategori sedang-berat apabila berada pada intensitas 56-70 dB
4. Kategori berat apabila berada pada intensitas 71-90 dB
5. Kategori sangat berat apabila berada pada intensitas lebih dari 90 dB

Sedangkan untuk jenisnya di bedakan sebagai berikut:
  1. Gangguan Dengar Konduktif yaitu gangguan dengar yang disebabkan kelainan di telinga bagian luar atau telinga bagian tengah, sedangkan saraf pendengarannya masih baik, dapat terjadi pada orang dengan infeksi telinga tengah, infeksi telinga luar atau adanya serumen di liang telinga.
  2. Gangguan Dengar Saraf atau Sensorineural yaitu gangguan dengar akibat kerusakan saraf pendengaran, meskipun tidak ada gangguan di telinga bagian luar atau tengah.
  3. Gangguan Dengar Campuran yaitu gangguan yang merupakan campuran kedua jenis gangguan dengar di atas, selain mengalami kelainan di telinga bagian luar dan tengah juga mengalami gangguan pada saraf pendengaran

Bagaimana kita tahu seseorang mengalami gangguan dengar?
Orang terdekatlah yang biasanya tau seseorang mengalami gangguan dengar. Untuk kasus saya, ibuku yang curiga ketika seringkali harus mengingatkan saya saat menyetel televisi ataupun radio dengan volume lebih besar dari biasanya. Kemudian juga penggunaan obat antibiotik ketika saya sakit paru-paru basah turut memperbesar rasa curiga akan efek samping obat tersebut pada syaraf pendengaran.

Sedangkan pada bayi, perlu di curigai apabila bayi hingga usia 8 bulan tidak merespon arah datangnya suara. Ataupun orang tua biasanya curiga apabila hingga umur satu tahun anaknya belum bisa berbicara dengan sebelumnya membandingkan dengan anak seusianya yang sudah dapat berbicara dan mengenal kosa kata.

Bagaimana menentukan kategori gangguan dengar?
untuk kasus saya dimana saat mengalami gangguan dengar sudah berusia 10 tahun. Cukup di lakukan Audiometry, yaitu pemeriksaan untuk menunjukan berapa besar gangguan dengar yang di derita. Caranya yaitu dengan masuk keruang kedap suara, kemudian di pasangkan headphone dan diuji berbagai nada. Mulai dari yang rendah hingga nada yang tinggi, dalam test ini diharapkan harus jujur dengan apa yang di dengarnya. Untuk memudahkan dalam menentukan berapa besar tingkat gangguan dengar yang di derita.


Test Audiometry


Test BERA pada bayi

Sedangkan untuk bayi atau anak-anak yang belum bisa berkomunikasi, tes dilakukan dengan pemeriksaan BERA (Brainstem Evoke Response Audiometry). Dimana bayi akan di bius di tidurkan. Kemudian akan dilihat responnya terhadap suara yang di ujikan.

Satu hal yang perlu di ketahui, begitu anda tahu mengalami gangguan dengar. Maka anda harus siap bahwa pendengaran itu tak mungkin kembali lagi. Namun tak perlu khawatir ada Hearing aid yang masih membantu untuk bisa mendengar dan berkomunikasi dengan baik.

Untuk saya sendiri gangguan dengar saya sudah masuk kategori sangat berat karena berada pada intensitas 93 dB. Maka sudah pasti hearing Aid harus selalu bersamaku, selama aku masih diberi hidup. Mengalami gangguan dengar bagiku bukanlah akhir dari segalanya. Walau mungkin sebagian duniaku hilang, namun bukan berarti hilang semua...

*sumber :
- pengalaman pribadi
gambar :

Selasa, 17 November 2009

Hearing Aid di Kala Musim Hujan..

Di bulan November, musim hujan mulai datang. Memang banyak yang menantinya di kala cuaca yang begitu panas seakan hujan menjadi penyejuk.

Namun di musim hujan bagi orang yang memakai Hearing Aid (Alat Bantu Dengar), merupakan musim yang penuh kewaspadaan. Seperti umumnya alat elektronik yang tidak tahan air, Hearing Aid pun begitu. Dia sensitif sekali terhadap air. Maka dari itu saat musim hujan, perlu ekstra hati-hati agar tidak terjadi konslet pada Hearing Aid.

Mengapa harus dijaga jangan sampai Konslet? Karena biaya untuk service kala mengalami gangguan itu mahal. Terutama untuk spare part, yang kadang sulit untuk di dapatkan. Itulah mengapa biaya service kadang kala bisa mencapai 500rb. Apalagi bila Hearing Aid yang di gunakan sudah tak bergaransi, maka akan lebih mahal lagi. Tak urung hal ini kadang meresahkan dan sering membuat pusing orang tua yang anaknya yang mengalami gangguan dengar dan menggunakan Hearing Aid.

Memang saat ini sudah ada hearing aid waterproof. Namun dari segi harga rasanya masih banyak yang belum bisa menjangkaunya, termasuk saya sendiri tentunya. Setahu saya harganya yang paling murah 8 Juta rupiah/unit untuk merek Phonak. Bayangkan bila kedua telinga harus menggunakan Hearing Aid. Maka setidaknya perlu biaya 16 juta rupiah untuk bisa mendengar, tanpa takut terkena air.

Sebagai pengguna Hearing Aid repot sekali di kala musim hujan. Selain harus sedia payung, tentunya harus di jaga agar kepala jangan sampai basah. Tapi apa boleh buat, itulah hidup yang pasti ada saja rintangannya. Tinggal bagaimana saja kita menyikapi semua rintangan itu.

Di saat orang lain kadang bersuka ria bermain dalam hujan, kami yang menggunakan Hearing Aid hanya bisa melihatnya. Karena kami tahu mendengar lebih penting daripada sekedar bermain air di kala hujan…

*gambar di ambil di sini

Minggu, 15 November 2009

Hearing Aid itu...

Hearing Aid itu merupakan suatu perangkat elektrionik yang dipasang pada telinga, dengan maksud untuk memperkeras (amplifikasi) suara disekitar pemakainya. Kemudian suara tersebut di teruskan ke dalam telinga, sehingga para pemakainya dapat mendengar dan berkomunikasi dengan jelas.

Memang masih masih banyak orang yang belum mengetahui dan memahami apa manfaat si kecil mungil itu. Syukurlah teknologi yang semakin maju, memungkin orang-orang yang mengalami gangguan dengar dan tuli bisa mendengar kembali melalui sebuah alat elektronik yang bernama Hearing Aid (Alat Bantu Dengar).

Hearing Aid ini memiliki berbagai jenis, sesuai kebutuhan penggunanya. Yang paling umum di pakai oleh orang yang mengalami gangguan dengar adalah tipe BTE (Behind The Ear), dimana dalam menggunakannya di kaitkan ke daun telinga. Tipe ini kebih menjangkau pada ketegori ganguan dengar ringan hingga sangat berat.

Hearing Aid ini dijalankan dengan menggunakan sebuah baterai, adapun baterai yang digunakan berupa baterai berbentuk bulat dengan berbagai macam seri. Untuk Hearing Aid saya, baterai  yang digunakan yaitu seri 675.

Walaupun kecil bentuknya dan ringan, namun alat ini sangat mahal harganya. Ini di karenakan Hearing Aid tidak tersedia di dalam negeri, jadi masih harus di impor dari luar negeri. Biasanya dari negara eropa seperti misalnya Jerman, Swiss.

Untuk mendapatkannya harus impor, itulah mengapa Hearing Aid masih digolongkan kedalam kategori barang mewah. Sehingga di kenai pajak yang besar dan harga jualpun menjadi mahal. Selain itu Hearing Aid ini sangat sensitif, alat ini tidak boleh terjatuh, terkena air, terpapar suhu panas. Maka dari itu penggunaan hearing aid ini sangat eksklusif dan harus hati-hati.

Harga Hearing Aid tergantung pada kategori gangguan dengar. Untuk gangguan pendengaran kategori ringan-sedang masih bisa dibeli seharga 2jt rupiah. Sedangkan semakin berat gangguannya maka makin mahal pula hearing aid yang harus di beli.

Sungguh sangat di sayangkan karena harganya yang begitu mahal, banyak sekali orang yang mengalami gangguan dengar tidak dapat membelinya. Apalagi untuk anak-anak Tuna Runggu, Hearing Aid sangat penting untuk pekembangan komunikasi mereka. Dengan mendengar anak-anak Tuna Runggu dapat di latih untuk berbicara dan mengeluarkan suara. Sehingga anak-anak itu bisa bebas dari stigma tuli-bisu. Karena melalui Hearing Aid mereka bisa mendengar dan berbicara..

*gambar di ambil di sini

Rabu, 04 November 2009

Pentingnya Support



Bila ada yang bertanya sulit mana mendengar dengan berbicara? Bagi saya yang kasusnya kehilangan pendengaran, lebih sulit untuk mendengar ketimbang berbicara. Mendengar itu membutuhkan konsentrasi, fokus yang baik antara telinga yang menggunakan Alat Bantu Dengar (ABD) dan mata.

  © Free Blogger Templates Autumn Leaves by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP