Jumat, 22 Oktober 2010

Berbagi Melalui Media Sosial


Pada fitrahnya manusia adalah mahluk sosial, dimana membutukan suatu media untuk saling berinteraksi antara satu dengan lainnya. Melalui media sosial itulah bisa saling berbagi, bertukar informasi tanpa ada sekat yang membatasi.

Ketika menyadari bahwa diri ini berbeda, kadang terlintas ada rasa tak terima. Rasa mengelak pada kenyataan yang ada. Namun bila mau mengakui bahwa dari yang berbeda itu ada banyak cerita untuk dibagi. Ada semangat yang bisa di tularkan, agar tidak menyerah pada keadaan.

Berawal dari media sosial, aku mulai mencari anak-anak yang sama denganku. Dimana anak-anak itu juga mengalami gangguan dengar. Satu persatu kujalin kontak dengan orangtuanya. Tak mudah memang menemukan meraka, dan mengetahui bagaimana keadaan anak-anak itu sebenarnya.

Berinteraksi melalui media sosial yang berupa blog, membaca share orangtua mengenai anaknya yang mengalami gangguan dengar seakan aku pun merasa itu adalah diriku juga. Ternyata anak-anak itu mengalami hal yang sama kurasakan dulu.

Semakin seringnya berinteraksi, menjadikan kami semakin dekat. Saling menguatkan, agar tak putus asa pada keadaan. Betapa melalui kekuatan media online sebuah kata begitu berarti dan begitu bermakna bagi kami.

****

Sering kali orang menganggap remeh akan peranan media sosial. Banyak yang menganggap hanya digunakan untuk bersenang-senang saja. Itulah mengapa seringkali media sosial menerima tundingan negatif dari berbagai pihak. Padahal media sosial bisa dimanfaatkan secara luas. Melalui media sosial banyak informasi yang bisa di sebarkan. Itulah yang kurasakan.

Melaui media sosial aku menyebarkan tentang berbagai hal mengenai gangguan dengar dan bagaimana stigma yang melekat pada orang yang mengalami gangguan dengar. Lalu mengenai bagaimana rasanya hidup tergantung pada sebuah alat yang menempel di telinga. Sehingga seringkali dipandang aneh oleh orang sekitar.

Walaupun mungkin yang kulakukan tak seberapa, setidaknya  melalui media sosial aku telah mencoba untuk berbagi.

_________________________________
*ditulis untuk memeriahkan Lomba Blog XL

Minggu, 17 Oktober 2010

Terlahir Berbeda pun Bagian Dari Keberagaman

Andaikan saja manusia tahu apa yang akan terjadi padanya nanti, pasti sudah disiapkan segalanya sejak dini. Bilamana sejak awal manusia bisa memahami kekurangan dirinya, tentu akan diperbaikinya. Jikalau ketika dilahirkan manusia sudah diberi rahasia kehidupan yang akan di jalani, bisa jadi kehidupannya sekarang jauh lebih tegar dalam menghadapi hambatan ini.

Manusia tak pernah tahu dan tak bisa memilih seperti apa hidupnya nanti. Begitupun dengan diriku. Aku tak menyadari bahwa diri ini berbeda. Aku teringat saat usiaku 11 tahun, bersekolah di SD Inpres. Terlontar sebuah kalimat dari anak lain yang melihatku sebagai orang yang berbeda.

"Kamu tak bisa mendengar yaa... Kok ada alat ditelingamu?"

Aku terdiam. Kuraba telingaku, kurasakan alat yang menempel pada daun telinga. Aku pun tersentak menyadarinya. Yaa.. Tuhan.. kalimat singkat itu menyadarkanku. Ternyata aku berbeda dengan anak lain.

Ah, mengapa baru kusadari diriku berbeda. Harusnya aku tahu, begitu ibu membawa ke klinik untuk memeriksakan pendengaranku, kemudian membelikan alat pedengar dan memasangkannya pada telingaku. Harusnya aku segera sadar, bahwa alat itu yang membuat diriku terlihat bebeda. Harusnya aku tahu, ada yang aneh dengan diriku.

Hari-hari setelah menyadari bahwa diri ini berbeda, sungguhlah tak mudah. Ada perang batin, ada rasa marah. Aku marah pada-MU Tuhan. Karena aku berbeda dengan anak lain!
Tapi bagaimana mungkin aku menggugat Tuhan yang sudah membuat lakon hidup untukku?
Bukankah aku hanya manusia yang berperan sesuai dengan skenario yang sudah di tentukan. Jadi laksanakan peran itu sebaik-baiknya.


***

Bersekolah di sekolah umum dengan murid beraneka ragam dan karakter. Menjadi murid paling aneh sendiri dengan alat yang menempel pada telingaku. Makin memperjelas akan perbedaan itu. Tak enak rasanya menjadi orang paling beda. Ketika melenggang di koridor sekolah, berpapasan dengan murid lain, maka mereka akan memperhatikan diriku. Ah, tidak lebih tepatnya mereka memperhatikan apa yang tertempel di telingaku. Yaa, alat itu memang aneh, bentuknya melengkung. Tak sedap dipandang mata. Selang pengubung pada cetakan telinga membuat penasaran orang lain yang melihatnya.

Dalam berteman akupun kesulitan, tak semua anak mau berteman denganku. Hanya beberapa saja. Berganti jenjang pendidikan, maka berakhirlah pertemanan itu karena kami berbeda sekolah. Itulah mengapa jangan pernah tanyakan siapa teman akrabku di sekolah.

Pernah suatu kali kutanyakan pada ibu, mengapa aku tak dipindahkan saja ke sekolah khusus. Dimana murid-muridnya sama seperti diriku. Namun yang kudapat hanya sebuah senyuman. Yaa ibu sengaja membiarkanku menemukan sendiri jawaban itu.

Masa sekolah dilewati dengan hasil biasa saja menurutku. Tapi bagi ibu, bisa melewati pendidikan di sekolah umum adalah prestasi sendiri buatku.

****

Saat kuliah akhirnya aku tahu apa arti senyum dari pertanyaan itu. Ternyata ibu sengaja tak menyekolahkanku di sekolah khusus. Karena ibu ingin aku menyadari ada perbedaan dalam hidup. Ada keanekaragaman disana. Bahwa aku yang berbeda merupakan bagian yang ada dari keragaman tersebut.

Kuliah adalah masa yang menyenangkan. Aku tak lagi berkecil hati karena merasa aneh dan berbeda karena ada banyak perbedaan dalam lingkup kampus. Tak heran ketika menemukan teman yang menurut orang lain mungkin aneh. Entah mengapa dalam pendanganku terasa biasa.

Begitupun ketika pada akhirnya aku terjun di masyarakat, tak ada rasa syok karena dipandang berbeda. Ketika tak semua orang bisa menerima keberadaan diri ini, aku memakluminya.

***

Saat menemukan anak-anak yang senasib denganku. Dimana merasa bimbang ketika tahu mereka berbeda, entah mengapa aku tergerak mendekatinya. Aku hanya ingin menyapaikan pada mereka.

"Kau tak sendiri dik, kita sama. Namun jangan pernan berkecil hati. Kita pun bagian dari mereka yang beranekaragam. Tunjukan bahwa kau bisa dengan segala perbedaan dan keterbatasanmu"

Tuhan memang telah membuat skenario untuk setiap manusia. Akupun akhirnya memahami skenario itu, dan berusaha menjalankan peranku dengan baik. Menjadi berbeda akhirnya membuatku sadar, bahwa itu adalah bagian dari karunia-Nya. Jangan malu menjadi berbeda. Bagaimanapun pebedaan itulah yang membuat keberagaman mewarnai hidup.

anak-anak yang kukenal di dunia maya, mereka berbeda dan tak sendiri.

-----------------------------------------------------------------------------
*dituliskan untuk  writing contest Pesta Blogger 2010 dan teman-teman kecilku
**Foto dok.pribadi


Selasa, 05 Oktober 2010

Earmold pun Harus di Perhatikan


Untuk orang yang memiliki gangguan dengar dan menggunakan hearing aid / alat bantu dengar (ABD). Earmold pada alat bantu dengar juga harus di perhatikan. Earmold adalah cetakan telinga yang berfungsi agar suara dari alat bantu dengar bisa di dengar dengan baik.

Earmold yang tidak cocok dan tidak pas di telinga akan menyebabkan bunyi feedback pada alat bantu dengar. Hal ini dapat menggangu kenyaman dalam mendengar.

Pada anak-anak, harus di perhatikan dengan baik mulai dari bahan sampai tipe. Untuk anak-anak disarankan menggunakan menggunakan earmold yang lembut dalam hal ini menggunakan bahan silicon.
Selain itu itu gunakan earmold bertipe full -lihat gambar-, dimana menutupi seluruh lubang telinga sampai ke sela-sela telinganya. Hal ini dimaksudkan agar earmold tidak mudah lepas.

Karena anak-anak sedang dalam masa pertumbuhan, akan sering terjadi penggantian earmold. Untuk itulah mengapa pada anak-anak, earmold di ganti setiap 3-4 bulan sekali. Tentu saja mencetak earmold yang baru juga membutuhkan biaya. Untuk mencetak earmold biayanya sekitar Rp.65.000 s/d Rp.85.000

Untuk saya sendiri biasanya 6 bulan -1 tahun sekali menganti earmold. Sebab bila tak diganti dapat mempengaruhi kenyamanan dalam mendengar.

Mungkin kesannya ribet sekali dalam menggunakan hearing aid / alat bantu dengar (ABD). Sebab banyak sekali yang harus di perhatikan. Namun untuk saya sendiri tetap biasa saja. Lagipula sudah sepantasnya alat yang membantuku dalam mendengar memang perlu mendapat perhatian.



  © Free Blogger Templates Autumn Leaves by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP