Gangguan dengar merupakan salah satu yang tak terdeteksi ketika bayi lahir. Umumnya bayi yang mengalami gangguan dengar baru terdeteksi ketika usianya sudah mencapai 1 tahun. Dalam hal ini ada baiknya orangtua curiga apabila dalam rentang usia 12-18 bulan bayi belum bisa berbicara.
Berbicara sangat erat kaitannya dengan mendengar. Apabila seorang bayi mengalami gangguan dengar, sudah tentu bayi tersebut sukar untuk menirukan ucapan dan belajar berbicara. Karena bayi berbicara bedasarkan apa yang ia dengar.
Banyak penyebab mengapa seorang anak terkena gangguan dengar. Salah satu yang paling sering terjadi (terutama pada kasus teman-teman kecil saya) penyebabnya yaitu virus rubella yang menyerang ibunya sewaktu masa kehamilan.
Rubella atau campak Jerman adalah penyakit yang disebabkan suatu virus RNA dari golongan Togavirus. Penyakit ini relatif tidak berbahaya dengan morbiditas dan mortalitas yang rendah pada manusia normal. Tetapi jika infeksi didapat saat kehamilan, dapat menyebabkan gangguan pada pembentukan organ dan dapat mengakibatkan kecacatan. Dapat terjadi abortus (keguguran), bayi meninggal pada saat lahir, atau mengalami sindrom Rubella Kongenital.
Gejala rubella kongenital dapat dibagi dalam 3 kategori :
Penyebab lainnya yaitu bayi lahir prematur (lahir pada usia kehamilan kurang dari 37 minggu). Bayi yang lahir prematur biasanya rentan akan berbagai macam infeksi. Anak yang terkena gangguan dengar biasanya terkena infeksi karena lahir prematur.
Penyebab gangguan dengar lainnya yaitu pengaruh antibiotik pada usia anak-anak. Kasus ini seperti yang ku alami, pemakaian antibiotik dalam rentang waktu yang cukup lama bisa mengakibatkan gangguan pedengaran. Antibiotik ini biasanya untuk obat paru-paru masuk kedalam jenis golongan aminoglikosida.
Apapun itu, semua sudah terjadi. Orangtua harus siap menerima kenyataan akan anaknya yang terkena gangguan dengar. Setidaknya satu hal yang patut disyukuri bahwa yang menimpa anaknya tidak mempengaruhi fungsi otak.
Sejauh yang kulihat kecerdasan anak-anak Tuna Runggu (TR) tetap sama seperti anak-anak lainnya. Memang dalam hal berbicara terdapat banyak kendala, perlu latihan ekstra dalam mengajarkan mereka mengenal suara melalui hearing aid. Namun disitulah para orangtua diuji sejauh mana mereka bisa sabar dalam membimbing anaknya mengenal suara.
Baik aku maupun anak-anak TR , kalaupun kami bisa memilih. Tentunya tak ingin mengalami gangguan dengar. Tapi syukurlah kami tak perlu berada di kesunyian dan samar-samar, karena kami masih bisa dibantu mendengar melalui hearing aid.
Berbicara sangat erat kaitannya dengan mendengar. Apabila seorang bayi mengalami gangguan dengar, sudah tentu bayi tersebut sukar untuk menirukan ucapan dan belajar berbicara. Karena bayi berbicara bedasarkan apa yang ia dengar.
Banyak penyebab mengapa seorang anak terkena gangguan dengar. Salah satu yang paling sering terjadi (terutama pada kasus teman-teman kecil saya) penyebabnya yaitu virus rubella yang menyerang ibunya sewaktu masa kehamilan.
Rubella atau campak Jerman adalah penyakit yang disebabkan suatu virus RNA dari golongan Togavirus. Penyakit ini relatif tidak berbahaya dengan morbiditas dan mortalitas yang rendah pada manusia normal. Tetapi jika infeksi didapat saat kehamilan, dapat menyebabkan gangguan pada pembentukan organ dan dapat mengakibatkan kecacatan. Dapat terjadi abortus (keguguran), bayi meninggal pada saat lahir, atau mengalami sindrom Rubella Kongenital.
Gejala rubella kongenital dapat dibagi dalam 3 kategori :
- Sindroma rubella kongenital yang meliputi 4 defek utama yaitu :
- Gangguan pendengaran tipe neurosensorik. Timbul bila infeksi terjadi sebelum umur kehamilan 8 minggu. Gejala ini dapat merupakan satu-satunya gejala yang timbul.
- Gangguan jantung meliputi PDA, VSD dan stenosis katup pulmonal.
- Gangguan mata : katarak dan glaukoma. Kelainan ini jarang berdiri sendiri.
- Retardasi mental
- Purpura trombositopeni ( Blueberry muffin rash )
- Hepatosplenomegali, meningoensefalitis, pneumonitis, dan lain-lain
- Extended – sindroma rubella kongenital. Meliputi cerebral palsy, retardasi mental, keterlambatan pertumbuhan dan berbicara, kejang, ikterus dan gangguan imunologi ( hipogamaglobulin ).
- Delayed - sindroma rubella kongenital. Meliputi panensefalitis, dan Diabetes Mellitus tipe-1, gangguan pada mata dan pendengaran yang baru muncul bertahun-tahun kemudian.
Penyebab lainnya yaitu bayi lahir prematur (lahir pada usia kehamilan kurang dari 37 minggu). Bayi yang lahir prematur biasanya rentan akan berbagai macam infeksi. Anak yang terkena gangguan dengar biasanya terkena infeksi karena lahir prematur.
Penyebab gangguan dengar lainnya yaitu pengaruh antibiotik pada usia anak-anak. Kasus ini seperti yang ku alami, pemakaian antibiotik dalam rentang waktu yang cukup lama bisa mengakibatkan gangguan pedengaran. Antibiotik ini biasanya untuk obat paru-paru masuk kedalam jenis golongan aminoglikosida.
Apapun itu, semua sudah terjadi. Orangtua harus siap menerima kenyataan akan anaknya yang terkena gangguan dengar. Setidaknya satu hal yang patut disyukuri bahwa yang menimpa anaknya tidak mempengaruhi fungsi otak.
Sejauh yang kulihat kecerdasan anak-anak Tuna Runggu (TR) tetap sama seperti anak-anak lainnya. Memang dalam hal berbicara terdapat banyak kendala, perlu latihan ekstra dalam mengajarkan mereka mengenal suara melalui hearing aid. Namun disitulah para orangtua diuji sejauh mana mereka bisa sabar dalam membimbing anaknya mengenal suara.
Baik aku maupun anak-anak TR , kalaupun kami bisa memilih. Tentunya tak ingin mengalami gangguan dengar. Tapi syukurlah kami tak perlu berada di kesunyian dan samar-samar, karena kami masih bisa dibantu mendengar melalui hearing aid.
Sumber:
- mengenai virus Rubella : http://www.enformasi.com/2009/02/virus-rubella.html
- pengalaman pribadi dan sharing dengan ortu Anak TR
gambar :
- http://www.adclinic.com/Doctors_Specialties_Maps/Pediatrics/C_kids%27hearing.htm
- mengenai virus Rubella : http://www.enformasi.com/2009/02/virus-rubella.html
- pengalaman pribadi dan sharing dengan ortu Anak TR
gambar :
- http://www.adclinic.com/Doctors_Specialties_Maps/Pediatrics/C_kids%27hearing.htm