Senin, 28 Desember 2009

Suara Guntur itu masih bisa kudengar

Sudah mulai musim hujan. Petir dan guntur akan bersahut sahutan bersama turunnya hujan. Banyak orang takut begitu melihat kilatan petir di atas langit disertai bunyi guntur yang menggelegar. Bahkan ada yang menjerit ketika bunyi guntur itu pecah membahana di langit yang kelabu.

Entah mengapa kadang saya menikmati hal ini. Kilatan petir, suara guntur yang menggelegar di langit di sertai bunyi gemercik air hujan. Saya menyukainya karena saya masih bisa mendengar bunyinya.

ketika langit berubah kelabu,
kilatan petir menyambar
suara guntur menggelegar
rintik hujan turun membasahi bumi
kulepas hearing aidku
kudengarkan suara alam
Subhanallah..
suara itu masih bisa kudengar dengan baik..

Anda tau bagaimana rasanya mendengar bunyi itu tanpa mengenakan hearing aid..ah beda sekali rasanya. Bagi orang yang berpendengaran normal akan terasa keras sekali bunyinya. Namun bagi saya, lumayan keras tapi tentunya tak sampai membuat jantung saya berdegup karena kaget.

Aku merindukan suara-suara asli itu. Namun aku tahu tak semua suara asli itu bisa terjangkau oleh telingaku. Walaupun begitu aku tak bersedih. Karena bagaimanapun juga komunikasilah yang utama, yang membantuku agar tetap bisa hidup seperti yang lain.

Kuharap anda yang takut akan Petir dan suara guntur yang menyertainya jangan sampai membeci suara itu. Karena bagaimanapun itulah suara alam, yang masih bisa terdengar oleh orang sepertiku tanpa bantuan alat...


*gambar di ambil di sini

Rabu, 23 Desember 2009

Tentang Ibuku


Ibuku hanya ibu rumah tangga biasa. Kesibukannya hanya mengurus rumah tangga. Sementara bapakku hanyalah seorang PNS Deplu yang kebetulan pernah bertugas sebagai staff di kedutaan RI di LN.

Dimataku ibu sangat bersahaja, biasa saja. Walaupun telah ikut bapak bertugas di kedutaan, bergaul dengan istri-istri diplomat (oh iya bapakku bukan diplomat, cuma staff saja), namun tetap saja tak banyak perubahan darinya. Ibu tetaplah seperti dulu, tak bisa berbahasa Inggris, jalan pikirannya sedehana dan simple.

Ibu, mendampingiku kala aku melewati masa-masa sulit seperti saat aku sakit hingga begitu lama. Ketika tahu aku mengalami gangguan dengar karena efek samping antibiotik, ibu tetap bersikap biasa. Ia tidak terlihat shock, mungkin ini karena ibu tak tahu banyak mengenai gangguan dengar. Setidaknya hal ini patut di syukuri, karena dengan begitu ibu menganggap aku biasa saja tidak perlu di proteksi, walaupun ia tahu aku harus menggunakan hearing aid (alat bantu dengar). Ibu tetap menganggap aku normal sama seperti saudaraku. Maka dari itulah bila berbicara inotasi suaranya biasa saja, tak sampai berteriak-teriak.

Ketika aku, diejek oleh anak lain karena memakai hearing aid, ibu menghibur diriku agar jangan sedih karena ejekan itu. Ibu tahu semenjak mengalami gangguan dengar dan harus mengenakan hearing aid, banyak kesulitan yang menghampiriku. Mungkin karena itulah ia tak terlalu berharap banyak padaku. Namun dengan begitu menjadikan diriku malah terpacu untuk membuktikan bahwa aku pun bisa diandalkan.

Ibuku memang tak mempermasalahkan menganai gangguan dengar, namun ibu berharap aku sehat. Karena tak mau aku sakit seperti dulu lagi. Bagi ibu selama aku baik-baik saja, bisa beraktifitas dengan baik, bekerja itu sudah cukup.

Kini ketika akhirnya aku mulai dapat berdiri sendiri, aku tahu betapa leganya engkau. Karena aku yang dulu begitu kau cemaskan, akhirnya bisa menjawab semua kecemasanmu padaku.

Ibuku hanya wanita biasa, walaupun ia sederhana, namun tak menuntut anaknya agar mencapai ini itu. Untuk itulah aku bersyukur karena ibu tak tak pernah menganggap aku anak cacat, sehingga aku tetap tumbuh normal walaupun aku tahu bahwa diriku kini tak lagi bisa mendengar suara dengan jelas tanpa bantuan alat.



 ibu yang selalu mendukungku



*tulisan dalam rangka hari ibu, memang telat di posting..

Senin, 21 Desember 2009

Yang kutulis hanya sekedar berbagi

Aku menulis di blog ini tentang gangguan dengar yang aku alami. Namun sepertinya yang membaca mempresepsikan berbeda. Ada yang merasa prihatin akan gangguan dengar yang kualami.

Ku tuliskan semua itu bukan karena aku ingin di kasihani.
Aku baik-baik saja. Apa yang kutulis hanya sekedar berbagi.
walau memang duniaku tak sama lagi seperti dulu. Walau suara yang kudengar tak seasli yang ditangkap oleh kalian yang berpendengaran normal. Namun hidupku sama dengan kalian, aku tetap beraktifitas dengan normal.

Aku menuliskan ini karena aku ingin berbagi mengenai apa yang kurasa ketika suara itu menjauh dari diriku. Bagaimana suara itu terasa berbeda dalam duniaku.

Jadi, pandanglah aku sama seperti kalian. Aku menuliskan semua itu bukan untuk di kasihani. Aku hanya ingin kalian tahu karena ada orang-orang sepertiku di sekitar kalian.

Aku hanya ingin agar kelak bila kau bertemu anak-anak kecil, remaja, ataupun orang dewasa yang memakai hearing aid (alat bantu dengar) agar tidak menganggap mereka aneh. Karena merekapun sebenarnya tak ingin di anggap sebagai orang aneh...

*kutuliskan ini agar tak salah pengertian dalam membaca tulisan di blogku
 

Rabu, 16 Desember 2009

Ketika Telinga tidak digunakan dengan semestinya

Mendengar adalah anugerah yang indah. Namun seringkali tidak di sadari oleh manusia. Kadangkala telinga tidak di gunakan dengan semestinya. Mencuri dengar yang seharusnya tidak perlu, begitu sebaliknya tidak mendengarkan ketika seseorang bicara dengan anda. Tidak mau mendengarkan hal-hal yang berguna, walaupun mungkin itu terdengar menjengkelkan.

Andaikan kau tahu kawan, betapa mahalnya harga untuk mendengar itu. Kau pasti akan menggunakan telingamu baik-baik.

Saya tuliskan ini karena seminggu yang lalu hearing aid saya mengalami masalah, memang tidak ada yang rusak. Hanya saja ternyata earmold (cetakan telinga) yang kugunakan sudah tak cocok lagi. Tentu saja suara yang kudengar tidak maksimal. Dalam arti banyak suara yang terbuang dengan percuma. Untunglah saya segera mencetak earmold yang baru sehingga saya bisa mendengar dengan baik.

Adapun dari kejadian tersebut membuatku tersadar, betapa sayangnya suara yang selama ini terbuang percuma. Dimana saya tak menyadarinya. Ibaratnya suara itu bagaikan hanya lewat begitu saja.

Ketika aku ingin mendengar hal-hal yang baik, sungguh sulit kulakukan kawan. Mendengarkan ceramah dari suara speaker masjid, aku tak bisa seleluasa telinga anda. Tidak semua bisa kutangkap dengan jelas, banyak kata-kata hilang lewat begitu saja di telingaku. Namun aku tak bersedih, aku masih memiliki mata yang membantuku untuk mencari tahu apa yang ingin kutahu dengan banyak membaca.

Kawan, kau yang memiliki pendengaran normal, masihkah berpura-pura untuk tidak mendengarkan suara yang beguna dan lebih memilih mendengarkan suara yang yang tidak sepatutnya anda dengar. Kawan, jangan sampai anda menyesal kelak ketika suara itu pergi menjauh darimu sehingga jalan satu-satunya harus menebusnya dengan mahal.

Karena ketahuilah kawan, suara yang terdengar melalui hearing aid takkan bisa menyamakan Telinga ciptaan Tuhan. Bagaimanapun itu hanyalah sebuah alat, ia takkan bisa sama dangan yang asli. Namun begitu aku tak kecewa, suara yang kudengar tak sama dengan yang asli. Karena masih bisa mendengar suara bagiku adalah sesuatu yang patut ku syukuri.


*tulisan ini hanya sekedar share saja, betapa berharga suara itu bagiku

Minggu, 13 Desember 2009

Ketika Yang "Normal" Ingin dianggap "Cacat"

Sebuah pemandangan yang ironis sering kali saya jumpai di jalan-jalan ibu kota. Setiap hari hampir selalu saya temui pengemis yang berpura-pura cacat untuk sekedar mendapatkan belas kasihan. Awal mula melihatnya saya tak menduga bahwa orang tersebut normal. Namun karena begitu seringnya saya melihat lama-lama saya tau kalau orang itu hanya berpura-pura saja.

Saya heran, mengapa mereka yang normal, dimana semua indera mereka berfungsi dengan baik tetapi harus mengingkarinya dengan berpura-pura dan sengaja melakukannya. Sehingga orang lain akan jatuh iba kepada mereka.

Hal ini membuat saya tercenung, melihat keadaan yang bertolak belakang dengan orang-orang yang sering dianggap cacat. Namun tak pernah mau dan tak ingin dikasihani. Bahkan tak mau dianggap cacat atas tidak sempurnanya indera yang dimilikinya.

Walaupun pendengaran saya berkurang banyak, namun saya menolak bila di sebut sebagai orang cacat. Saya menganggap kekurangan ini bukan suatu cacat. Karena nyatanya saya masih bisa mendengar dengan baik walaupun hanya melalui sebuah alat (Hearing Aid).

Begitupun dengan anak-anak yang terlahir dengan gangguan dengar. Dimana anak-anak tersebut hanya bisa mendengar melalui alat, tetapi orangtua merekan mengusahakan agar anaknya tidak menganggap dirinya cacat. Karena secara fisik terlihat sama dengan anak lain. Tangan, kaki, mata, mulut, bahkan otak karena kecerdasan mereka sama dengan anak lain.

Itulah mengapa orangtua yang anaknya mengalami gangguan dengar lebih suka menyebut anaknya dengan "anak berkebutuhan khusus". Sebab anak-anak tersebut memang memiliki kebutuhan khusus yaitu kebutuhan akan pengunaan Hearing Aid.

Maka dari itu sungguh ironis bila yang normal, semua indera berfungsi dengan baik tapi mengingkarinya. Sedangkan yang dianggap cacat, berusaha sekuat tenaga agar tidak di pandang dari kekurangannya..


*gambar dari sini

Rabu, 02 Desember 2009

Yakinlah Anak-anak Pengguna Hearing Aid akan berguna

Sebagai pengguna Hearing Aid, saya sadar betul biaya hidupku mahal sekali. Hal ini tentu saja di sebabkan oleh Hearing Aid yang membutuhkan dana lebih.

Orangtua yang anaknya memiliki gangguan dengar, tentu merasakan betapa besarnya biaya yang mesti dikeluarkan untuk anaknya agar bisa mendengar dengan baik. Pembelian Hearing Aid dan biaya servicenya secara berkala. Apabila Hearing Aidnya rusak berat, entah berapa lagi biaya yang mesti di keluarkan untuk menggantinya.

Perlu di ketahui, hearing aid ini sama seprti alat elektronik. Punya jangka waktu pemakaian. Jadi tak mungkin selamanya hearing aid itu di gunakan. Dalam waktu tertentu harus di ganti dengan yang baru. Tentu saja harganya akan bertambah naik setiap tahunnya.

Anak yang mengalami gangguan dengar sejak bayi, juga memerlukan terapi agar anak tersebut bisa berbicara. Maka dari itu orang tua yang anaknya di vonis tunarunggu mengusahakan agar anaknya mengikuti terapi wicara dan terapi mendengar yang di sebut juga AVT (Audio Verbal Therapy). Tentunya hal ini mengeluarkan biaya juga.

Terapi itu dilakukan karena orangtua ingin anaknya bisa berbicara. Karena selama ini stigma tuli pasti bisu sudah melekat di benak masyarakat kita. Tentunya orangtua tak mau masa depan anaknya suram karena keterbatasan dalam berkomunikasi. Maka mereka berusaha agar anaknya bisa berbicara, walupun untuk mendengar hanya bisa melalui hearing aid.

Bisa anda bayangkan berapa besarnya biaya untuk membesarkan anak yang memiliki gangguan dengar. Selain tentunya biaya pokok sehari-hari. Untuk itulah perlu kebesaran hati orangtua yang memiliki anak dengan gangguan dengar agar tidak berputus asa terhadap anaknya.

Yakinlah apa yang sudah orangtua lakukan demi anak-anak tersebut akan membuahkan hasil. Yakinlah anak-anak tersebut akan berguna kelak, karena tau betapa besarnya pengorbanan orangtuanya yang ingin mereka bisa mendengar sama baiknya dengan orang lain walaupun hanya melalui alat.

Untuk kasus saya yang kehilangan pendengaran. Tentunya saya bersyukur karena orangtua saya memberikan kesempatan untuk bersekolah tinggi. Karena mereka sadar, dengan membekali ilmu pengetahuan, maka saya bisa berdiri sendiri kelak. Tidak menjadi beban orang lain.

Untuk itulah, bagi orangtua yang memiliki anak dengan gangguan dengar. Jangan berkecil hati. Yakinlah akan anaknya, tetap berikan yang terbaik untuk mereka..

*gambar di ambil di sini

Minggu, 29 November 2009

Hearing Aid memang tidak Keren Tapi Berguna

Bentuknya memang kecil dan ringan, bila di lihat sungguh tidak keren. Bila di bandingkan dengan kacamata, jelas dia berbeda.

Namun di balik penampilannya yang terkesan aneh. Manfaatnya begitu besar untuk orang yang mengalami gangguan dengar. Bersama alat ini, suara-suara yang hilang itu bisa di temui kembali.

Seringkali anak yang memakai hearing Aid di pandang dengan tatapan aneh. Tak jarang mereka akhirnya di cela oleh kawannya. Ini tentu berbeda dengan anak yang memakai kacamata, yang dianggap biasa saja dalam memakai kacamata.

Sungguh tidak adil. Apa yang salah dengan Hearing Aid, sehingga pemakainya harus di cela. Apakah karena bentuknya yang di anggap aneh sehingga anak yang memakainya jadi terkesan aneh juga?

Anak yang memakai hearing aid, selain perlu di biasakan juga harus dipupuk rasa percaya dirinya. Karena dengan mengenakan hearing aid, membuat anak tersebut menjadi berbeda dengan anak lain.

Dengan adanya rasa percaya diri, anak yang mengenakan hearing aid di harapkan tidak malu untuk membaur di tengah orang yang berpendengaran normal. Dan tentunya menyadari, walaupun hearing aid tidak keren. Namun dengan memakainya Ia bisa mendengar suara kehidupan.


*gambar di ambil di sini

Selasa, 24 November 2009

Berdamai dengan Takdir , bukan berarti menyerah

Ketika sesuatu yang hilang tak mungkin kembali. Sebagai manusia tak bisa memungkiri ada rasa sedih, marah, kesal.

Dulu saat baru pertama kali memakai Alat Bantu Dengar, saya berharap bahwa mengenakan Alat Bantu Dengar (ABD) itu takkan selamanya. Saya juga berharap dengan mengenakan ABD, maka telingaku bisa mendengar kembali sama baiknya dengan yang lain.

Namun harapan tinggal harapan, hal itu tak kunjung tergapai. Suara yang kudengar tetap saja kurang. Aku tersadar bahwa itu hanya harapan semu, harapan kosong yang tak mungkin.

Mungkin ini akibat minimnya informasi yang kuterima mengenai gangguan dengar dan mengenai pemakaian Alat Bantu Dengar (ABD). Maka tak heran cukup lama untuk bisa menerima keadaan diriku seutuhnya.

Mungkin akan berbeda jadinya apabila PT.ABDI (dulu bernama King Aid), dimana aku membeli Alat Bantu Dengar memberikan penjelasan mengenai Alat Bantu Dengar (ABD) tersebut dan memberi tahu bahwa itu hanyalah sebuah alat elektronik yang membantuku untuk mendengar. Jadinya aku tak perlu berharap pada hal yang tak mungkin.

Dulu saat SD - SMP, bila ada yang mengejek kekuranganku, aku akan marah. Karena aku tak terima mereka menghina diriku. Namun lambat laun seiring bertambahnya usia dan semakin pahamnya diriku akan kekuranganku, aku sadar percuma juga aku marah bila ada yang menghina diriku. Karena kenyataannya aku memang memiliki gangguan dengar.

Berdamai dengan takdir itu tak bisa di paksakan, perlu waktu, pemahaman dan perenungan. Berdamai itu bukan berarti mesti pasrah dengan keadaan. Ketika SMA sedikit demi sedikit saya mulai menerima kenyataan akan kekurangan ini. Memang tak di pungkiri belum sepenuhnya saya bisa terbuka perihal kekurangan yang saya miliki pada orang lain.

Dengan semangat tak ingin menyerah akan kekurangan yang kumiliki, setidaknya bisa kubuktikan bahwa aku bisa mengalahkan teman sekelas saat SMA dan membuktikan akupun bisa jadi yang terbaik di antara mereka yang "normal". walau akhirnya aku kalah kembali saat di kelas 3 SMA. Setidaknya kekurangan ini menjadikan aku bersemangat untuk menunjukan bahwa walaupun pendengaranku terganggu, namun masih bisa melakukan hal yang sama dengan lainnya.

Berdamai dengan takdir secara seutuhnya baru bisa kulakukan saat mulai kuliah. Dimana saat mulai kuliah pendengaranku tambah parah, dimana dulu saat SD-SMA hanya mengenakan satu Hearing Aid (Alat Bantu Dengar). Maka saat kuliah aku harus mengenakannya di kedua telingaku. Aku tahu pendengaranku tambah parah Namun itulah yang membuatku bersemangat untuk menunjukan bahwa akupun bisa sama baiknya dengan mahasiswa lain. Tak percuma dengan semangatku, aku bisa membuktikan bisa kuliah dalam waktu yang relatif cepat dari jangka waktu yang di tentukan. Tentunya hal ini membuat aku tambah yakin, bahwa kekurangan itulah menjadikan aku lebih bersemangat.

Saat ini karena diriku sudah berdamai sepenuhnya dengan takdir, maka tak ada lagi gejolak rasa marah apabila ada yang mengungkit kekuranganku. Maka akupun takkan sungkan lagi ketika mengenalkan diriku sebagai orang yang mengalami gangguan dengar.

Walau kutahu masih banyak yang belum kucapai, setidaknya dengan berdamai dengan takdir langkahku menjadi ringan. Walau kutahu hidup itu tak mudah, setidaknya aku harus tetap bersemangat menghadapi hari-hari.


*tulisan ini sebenarnya sudah di postkan di awal blog, namun karena linknya hilang saya tuliskan kembali. Maaf bagi yang sudah pernah membacanya

Mengenakan Hearing Aid perlu di biasakan

Mengenakan hearing aid (Alat Bantu Dengar) itu tidak mudah. Perlu pemahaman akan pentingnya menggunakan alat ini.

Begitupun denganku, awal mula mengenakan Hearing Aid masih belum bisa sepanjang hari. Lebih sering di lepas karena telinga yang tak terbiasa tertutup oleh ear mold (cetakan telinga).

Masih sering lupa mengenakannya kala berangkat ke sekolah. Akibatnya tak jarang saya merasa bingung karena suara yang saya dengar terlalu kecil. Atau ketika saya berbicara, terlalu besar suara yang saya keluarkan seperti sedang berteriak.

Tentu saja ini menggangu orang-orang di sekitar. Maka dari itu secara perlahan di biasakan penggunaan hearing aid, agar merasa bahwa alat ini sudah menjadi bagian dari telinga.

Bagi orang yang sebelumnya bisa mendengar dengan baik, akan terasa berbeda suara yang di dengar melalui hearing aid. Maka dari itu perlu di biasakan menggunakan alat ini.

Untuk anak yang mengalami gangguan dengar sejak bayi, hal ini tentu lebih sulit untuk membiasakannya. Karena bayi pada umumnya lebih banyak bergerak. Tentu saja Hearing Aid yang di gunakan biasanya akan di tarik-tarik hingga lepas. Maka dari itu hearing aid untuk anak kecil perlu dikaitkan pada tali yang mirip digunakan untuk kacamata agar saat di tarik tidak jatuh ke bawah. Karena bila hearing aid sampai jatuh ke bawah akan pecah. Tentu sangat di sayangkan mengingat harganya yang tidak murah.

Dengan membiasakan mengenakan hearing aid, maka secara tak langsung orang yang mengalami gangguan dengar akan merasa bahwa alat itu sudah menjadi bagian dari tubuhnya. Karena dengan alat itulah orang yang mengalami gangguan dengan terbantu untuk dapat bekomunikasi sama baiknya dengan orang yang berpendengaran normal.


Kamis, 19 November 2009

Gangguan Dengar itu

Gangguan dengar itu apabila seseorang sudah tak dapat lagi mendengar secara baik. Adapun batas ambang dengar kategori normal untuk manusia adalah pada intensitas 0-25dB (decibel). Lebih dari itu maka sudah bisa di indikasikan mengalami gangguan dengar.
Adapun klasifikasi intensitas gangguan dengar di golongkan sebagai berikut:
1. Kategori ringan apabila berada pada intensitas 26-40 dB
2. Kategori sedang apabila berada pada intensitas 41-55 dB
3. Kategori sedang-berat apabila berada pada intensitas 56-70 dB
4. Kategori berat apabila berada pada intensitas 71-90 dB
5. Kategori sangat berat apabila berada pada intensitas lebih dari 90 dB

Sedangkan untuk jenisnya di bedakan sebagai berikut:
  1. Gangguan Dengar Konduktif yaitu gangguan dengar yang disebabkan kelainan di telinga bagian luar atau telinga bagian tengah, sedangkan saraf pendengarannya masih baik, dapat terjadi pada orang dengan infeksi telinga tengah, infeksi telinga luar atau adanya serumen di liang telinga.
  2. Gangguan Dengar Saraf atau Sensorineural yaitu gangguan dengar akibat kerusakan saraf pendengaran, meskipun tidak ada gangguan di telinga bagian luar atau tengah.
  3. Gangguan Dengar Campuran yaitu gangguan yang merupakan campuran kedua jenis gangguan dengar di atas, selain mengalami kelainan di telinga bagian luar dan tengah juga mengalami gangguan pada saraf pendengaran

Bagaimana kita tahu seseorang mengalami gangguan dengar?
Orang terdekatlah yang biasanya tau seseorang mengalami gangguan dengar. Untuk kasus saya, ibuku yang curiga ketika seringkali harus mengingatkan saya saat menyetel televisi ataupun radio dengan volume lebih besar dari biasanya. Kemudian juga penggunaan obat antibiotik ketika saya sakit paru-paru basah turut memperbesar rasa curiga akan efek samping obat tersebut pada syaraf pendengaran.

Sedangkan pada bayi, perlu di curigai apabila bayi hingga usia 8 bulan tidak merespon arah datangnya suara. Ataupun orang tua biasanya curiga apabila hingga umur satu tahun anaknya belum bisa berbicara dengan sebelumnya membandingkan dengan anak seusianya yang sudah dapat berbicara dan mengenal kosa kata.

Bagaimana menentukan kategori gangguan dengar?
untuk kasus saya dimana saat mengalami gangguan dengar sudah berusia 10 tahun. Cukup di lakukan Audiometry, yaitu pemeriksaan untuk menunjukan berapa besar gangguan dengar yang di derita. Caranya yaitu dengan masuk keruang kedap suara, kemudian di pasangkan headphone dan diuji berbagai nada. Mulai dari yang rendah hingga nada yang tinggi, dalam test ini diharapkan harus jujur dengan apa yang di dengarnya. Untuk memudahkan dalam menentukan berapa besar tingkat gangguan dengar yang di derita.


Test Audiometry


Test BERA pada bayi

Sedangkan untuk bayi atau anak-anak yang belum bisa berkomunikasi, tes dilakukan dengan pemeriksaan BERA (Brainstem Evoke Response Audiometry). Dimana bayi akan di bius di tidurkan. Kemudian akan dilihat responnya terhadap suara yang di ujikan.

Satu hal yang perlu di ketahui, begitu anda tahu mengalami gangguan dengar. Maka anda harus siap bahwa pendengaran itu tak mungkin kembali lagi. Namun tak perlu khawatir ada Hearing aid yang masih membantu untuk bisa mendengar dan berkomunikasi dengan baik.

Untuk saya sendiri gangguan dengar saya sudah masuk kategori sangat berat karena berada pada intensitas 93 dB. Maka sudah pasti hearing Aid harus selalu bersamaku, selama aku masih diberi hidup. Mengalami gangguan dengar bagiku bukanlah akhir dari segalanya. Walau mungkin sebagian duniaku hilang, namun bukan berarti hilang semua...

*sumber :
- pengalaman pribadi
gambar :

Selasa, 17 November 2009

Hearing Aid di Kala Musim Hujan..

Di bulan November, musim hujan mulai datang. Memang banyak yang menantinya di kala cuaca yang begitu panas seakan hujan menjadi penyejuk.

Namun di musim hujan bagi orang yang memakai Hearing Aid (Alat Bantu Dengar), merupakan musim yang penuh kewaspadaan. Seperti umumnya alat elektronik yang tidak tahan air, Hearing Aid pun begitu. Dia sensitif sekali terhadap air. Maka dari itu saat musim hujan, perlu ekstra hati-hati agar tidak terjadi konslet pada Hearing Aid.

Mengapa harus dijaga jangan sampai Konslet? Karena biaya untuk service kala mengalami gangguan itu mahal. Terutama untuk spare part, yang kadang sulit untuk di dapatkan. Itulah mengapa biaya service kadang kala bisa mencapai 500rb. Apalagi bila Hearing Aid yang di gunakan sudah tak bergaransi, maka akan lebih mahal lagi. Tak urung hal ini kadang meresahkan dan sering membuat pusing orang tua yang anaknya yang mengalami gangguan dengar dan menggunakan Hearing Aid.

Memang saat ini sudah ada hearing aid waterproof. Namun dari segi harga rasanya masih banyak yang belum bisa menjangkaunya, termasuk saya sendiri tentunya. Setahu saya harganya yang paling murah 8 Juta rupiah/unit untuk merek Phonak. Bayangkan bila kedua telinga harus menggunakan Hearing Aid. Maka setidaknya perlu biaya 16 juta rupiah untuk bisa mendengar, tanpa takut terkena air.

Sebagai pengguna Hearing Aid repot sekali di kala musim hujan. Selain harus sedia payung, tentunya harus di jaga agar kepala jangan sampai basah. Tapi apa boleh buat, itulah hidup yang pasti ada saja rintangannya. Tinggal bagaimana saja kita menyikapi semua rintangan itu.

Di saat orang lain kadang bersuka ria bermain dalam hujan, kami yang menggunakan Hearing Aid hanya bisa melihatnya. Karena kami tahu mendengar lebih penting daripada sekedar bermain air di kala hujan…

*gambar di ambil di sini

Minggu, 15 November 2009

Hearing Aid itu...

Hearing Aid itu merupakan suatu perangkat elektrionik yang dipasang pada telinga, dengan maksud untuk memperkeras (amplifikasi) suara disekitar pemakainya. Kemudian suara tersebut di teruskan ke dalam telinga, sehingga para pemakainya dapat mendengar dan berkomunikasi dengan jelas.

Memang masih masih banyak orang yang belum mengetahui dan memahami apa manfaat si kecil mungil itu. Syukurlah teknologi yang semakin maju, memungkin orang-orang yang mengalami gangguan dengar dan tuli bisa mendengar kembali melalui sebuah alat elektronik yang bernama Hearing Aid (Alat Bantu Dengar).

Hearing Aid ini memiliki berbagai jenis, sesuai kebutuhan penggunanya. Yang paling umum di pakai oleh orang yang mengalami gangguan dengar adalah tipe BTE (Behind The Ear), dimana dalam menggunakannya di kaitkan ke daun telinga. Tipe ini kebih menjangkau pada ketegori ganguan dengar ringan hingga sangat berat.

Hearing Aid ini dijalankan dengan menggunakan sebuah baterai, adapun baterai yang digunakan berupa baterai berbentuk bulat dengan berbagai macam seri. Untuk Hearing Aid saya, baterai  yang digunakan yaitu seri 675.

Walaupun kecil bentuknya dan ringan, namun alat ini sangat mahal harganya. Ini di karenakan Hearing Aid tidak tersedia di dalam negeri, jadi masih harus di impor dari luar negeri. Biasanya dari negara eropa seperti misalnya Jerman, Swiss.

Untuk mendapatkannya harus impor, itulah mengapa Hearing Aid masih digolongkan kedalam kategori barang mewah. Sehingga di kenai pajak yang besar dan harga jualpun menjadi mahal. Selain itu Hearing Aid ini sangat sensitif, alat ini tidak boleh terjatuh, terkena air, terpapar suhu panas. Maka dari itu penggunaan hearing aid ini sangat eksklusif dan harus hati-hati.

Harga Hearing Aid tergantung pada kategori gangguan dengar. Untuk gangguan pendengaran kategori ringan-sedang masih bisa dibeli seharga 2jt rupiah. Sedangkan semakin berat gangguannya maka makin mahal pula hearing aid yang harus di beli.

Sungguh sangat di sayangkan karena harganya yang begitu mahal, banyak sekali orang yang mengalami gangguan dengar tidak dapat membelinya. Apalagi untuk anak-anak Tuna Runggu, Hearing Aid sangat penting untuk pekembangan komunikasi mereka. Dengan mendengar anak-anak Tuna Runggu dapat di latih untuk berbicara dan mengeluarkan suara. Sehingga anak-anak itu bisa bebas dari stigma tuli-bisu. Karena melalui Hearing Aid mereka bisa mendengar dan berbicara..

*gambar di ambil di sini

Rabu, 04 November 2009

Pentingnya Support



Bila ada yang bertanya sulit mana mendengar dengan berbicara? Bagi saya yang kasusnya kehilangan pendengaran, lebih sulit untuk mendengar ketimbang berbicara. Mendengar itu membutuhkan konsentrasi, fokus yang baik antara telinga yang menggunakan Alat Bantu Dengar (ABD) dan mata.

  © Free Blogger Templates Autumn Leaves by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP