Selasa, 24 Agustus 2010

Di SMP Saatnya ATR Belajar Beradaptasi Dengan Cepat

Ketika seorang anak yang memiliki gangguan dengar bersekolah di SMP (Sekolah Menengah Pertama) tentu akan merasakan perbedaan. Sebab berbeda dengan SD (Sekolah Dasar), dimana selain pelajaran yang makin bertambah, sistem belajarpun menjadi berbeda.

Dalam hal ini seorang anak tuna rungu (ATR) atau anak dengan gangguan dengar yang bersekolah di SMP umum dituntut untuk bisa beradaptasi dengan lingkungan sekolahnya yang baru.

Mudahkah beradaptasi saat berada di SMP?
Tentu bukan hal yang mudah, karena anak dengan gangguan dengar harus dibiasakan mengenal suara dan gaya bicara guru yang mengajar di SMP.

Apa yang harus dilakukan orangtua dengan anak yang memiliki gangguan dengar saat bersekolah di SMP?

  • Beritahu kepada wali kelas mengenai kondisi anaknya yang mengalami gangguan dengar. Ini bukan berarti meminta perlakukan istimewa, tetapi agar guru paham bagaimana kondisi anak dengan dengan gangguan dengar. Sehingga apabila anak mengalami kesulitan dengan mata pelajaran tertentu wali kelas bisa berbicara pada guru mata pelajaran tersebut.
  • Beri pemahaman pada anaknya, bahwa di SMP satu guru mengajar satu mata pelajaran. Tidak lagi sama seperti SD.
  • Beri dukungan pada anaknya agar tidak minder sekolah di SMP umum.

Tak bisa dipungkiri saat SMP aku pun kesulitan menangkap apa yang diajarkan oleh salah seorang guru mata pelajaran. Hal ini disebabkan guru tersebut tidak memiliki artikulasi bicara yang baik. Karena guru tersebut sudah sulit untuk memperbaiki artikulasinya. Untuk itulah murid dengan gangguan dengar harus cerdik mencari cara lain agar tidak tertinggal pelajaran.

Lalu apa yang kulakukan?
Saat itu yang kulakukan adalah dengan lebih giat membaca materi pelajaran melalui buku-buku penunjang. Selain itu untuk catatan yang di dikte, jangan pernah sungkan meminjam catatan pada teman yang lain. Buang rasa malu akibat ketinggal dalam hal mecatat pelajaran yang di dikte. Sebab pasti ada teman yang mengerti kekurangan dalam hal mendengar, dan dengan senang hati membantu. Maka dari itu seorang anak dengan gangguan dengar jangan malu mengakui apa kekurangannya.

Bisa dibilang masa SMP ini adalah masa peralihan dari dunia anak-anak menjadi remaja. Pada masa SMP ini pula seorang anak dengan gangguan dengar makin sadar akan keberadaan dirinya yang berbeda. Tak dipungkiri pula masalah yang ada, akan semakin kompleks. Disinilah peran orangtua diharapkan untuk menguatkan anaknya agar tetap percaya diri.

Masa SMP ini juga saatnya seorang anak dengan gangguan dengar belajar beradaptasi secara cepat. Karena ketika seorang anak melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi lagi yaitu SMA (Sekolah Menengah Atas) kemudian kuliah. Maka diharapkan proses adaptasi terhadap lingkungan belajarnya bisa berlangsung lancar sebab saat di SMP anak sudah belajar bagaimana beradaptasi dengan lingkungan yang baru dan guru-guru yang berbeda.


*diposting dalam rangka mendukung gerakan SEO postif untuk kata "SMP"

Senin, 16 Agustus 2010

Beberapa hal yang harus diperhatikan ketika ATR akan sholat

Tidak seperti anak yang berpendengaran normal, pada anak yang mengenakan hearing aid (alat bantu dengar) ada hal yang harus di perhatikan ketika orangtua mengajarkan anak sholat.  Apalagi di bulan Ramadan seperti saat ini, tentunya anak TR pun tidak ingin ketinggalan bisa ikut sholat berjamaah di mesjid bersama kawan-kawannya.

Berikut beberapa hal yang sangat penting diperhatikan untuk anak yang mengenakan hearing aid (alat bantu dengar) ketika akan sholat:
  1. Pastikan saat berwudhu hearing aid di lepas dari telinga. Simpan di tempat yang aman agar tidak terkena percikan air.
  2. Pastikan telinga dikeringkan dahulu sebelum mengenakan hearing aid. Untuk itu penting sekali selalu membekali anak TR dengan saputangan.
  3. Pada anak perempuan untuk menghindari agar hearing aid tidak menimbulkan feedback, maka saat mengenakan mukena tali pengikat sebaiknya tidak berada pada bagian telinga.
  4. Untuk anak perempuan yang mengenakan jilbab. Pilih jilbab yang tidak ketat dibagian telinga. Bila mengenakan dalaman, ada baiknya untuk anak perempuan ikatannya tidak terlalu kencang.

Memang sebagai orang terkena gangguan dengar ritual sholat pastinya akan menjadi lebih ribet dengan adanya alat yang harus dijaga. 
Namun bagaimanapun juga melalui alat itulah seorang anak yang memiliki kebutuhan khusus dalam mendengar, diajarkan lebih sabar dan telaten serta menghargai alatnya sebagai bagai bagian dari telinganya.

Senin, 09 Agustus 2010

Cerita dari Parenting support tentang Terapi Wicara

Parenting Support kembali diadakan di Taman bunga Wiladatika gd.Seruni Cibubur pada hari minggu, 8 Agustus 2010 pukul 10.00 WIB

Tema acara kali ini :
"Peranan Terapi Wicara dalam Penanganan Anak Tuna Rungu"

Sebagai pembicara kali ini adalah Dwi Yanti, A.Md.TW dimana beliau juga merupakan orangtua anak tunarungu yang masih harus diterapi wicara.

Dalam pembahasan kali ini ditekankan pentingnya peranan terapi wicara pada anak tunarungu. Berbeda dengan anak yang mengalami autisme. Pada anak yang mengalami gangguan dengar. Lebih di tekankan pengenalan suara melalui hearing aid (alat bantu dengar) yang dikenakan.

ibu Dwi menerangkan tentang terapi wicara

Anak-anak yang mengalami gangguan dengar biasanya tidak tahu seperti apa bentuk suara itu. Tidak seperti anak yang berndengaran normal, dimana pengenalan suara terjadi secara alami sejak anak tersebut baru lahir. Untuk anak tunarungu pengenalan suara dilakukan dengan dengan penuh tahapan.

Pengenaan alat menjadi begitu penting sebab melalui hearing aid (alat bantu dengar), anak akan diajarkan mengenal suara dan bagaimana mengeluarkan suara.

Terapi wicara pada anak yang mengalami gangguan dengar bukan sekedar agar anak bisa bersuara dan mengeluarkan kata-kata. Tetapi lebih dari itu. Terapi wicara ini juga maksudkan agar anak mengerti kata yang diucapkan. Sebab seringkali anak suka meniru apa yang dilihat dan didengar tanpa mengetahui arti kata yang ditirukan. Tentu tak ada orangtua yang mau anaknya hanya sekedar peniru saja tanpa memahami apa yang diucapkan.
ibu Dwi mengenalkan tahapan pada terapi wicara


Dalam acara ini juga diperdengarkan rekaman Shafa (putri ibu Royke) saat berusia 5 tahun. Dimana setelah melewati tahap terapi wicara yang panjang saat usia 3-5 tahun. akhirnya putrinya bisa juga mengucapkan kata-kata dan berbagai pertanyaan.
Pada sesi ini ibu Royke juga menjabarkan bagaimana tak mudahnya sebagai orangtua melatih anak berbicara. Harus punya pendirian kuat dan tak mudah menyerah. Karena seringkali orangtua enggan melatih kembali anaknya.

mendengarkan rekaman putri ibu Royke

Maka dari itu selain melalui terapi wicara orangtua juga harus aktif berperan serta mengulang kembali apa yang diajarkan oleh terapisnya. Dengan begitu diharapkan perkembangan bicara anak yang mengalami gangguan dengar bisa lebih mudah ditangani.
orangtua ATR antusias medengarkan bagaimana terapi wicara itu

Secara keseluruhan acara ini mendapat respon postif terutama pada orangtua ATR yang anaknya masih berusia balita dan sedang dalam tahap melatih mendengar dan bicara.


Senin, 02 Agustus 2010

Undangan Parenting Support

Yayasan AKRAB (AKu bisa dengaR dAn Bicara) Kembali mengadakan Parenting Support

Pertemuan ini sebagai sarana menggali ilmu dan mendapatkan support untuk melatih anak agar dapat mendengar dan berbicara.

Pertemuan ini akan di adakan pada

Hari /Tanggal  : Minggu, 8 Agustus 2010
Jam               : 10.00 WIB

Tempat          : Taman Bunga Wiladatika Cibubur - Saung Seruni

Tema             : Peranan Terapi Wicara dalam Penanganan Anak Tuna Rungu

Narasumber    : Dwi Yanti, A.Md.TW.

...GRATIS...

Informasi:
Bu Dwi 0818186066
Bu Dion 0811150315


Acara ini terbuka untuk semua yang peduli ataupun orangtua, keluarga yang memiliki anak gangguan dengar. Untuk itu mohon bila anda mengenal orangtua yang memiliki anak dengan gangguan dengar tolong informasikan acara ini.

Terimakasih..

  © Free Blogger Templates Autumn Leaves by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP