Adakalanya manusia malu mengakui apa kekurangannya. Banyak orang berpikir bahwa kekurangan itu sama artinya dengan aib. Padahal bila mau ditelusuri dengan baik, bahwa kekurangan itu bukanlah aib. Seringkali orang yang mengakui kekurangannya dibilang mengumbar aib. Padahal tidak demikian. Karena kenyataannya Aib tidak sama dengan kekurangan.
Merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)berikut arti kata aib dan kekurangan.
Aib = cela, noda.
Kekurangan = tidak mempunyai (sesuatu yg diperlukan), tidak cukup mendapat (beroleh).
Dari keterangan di atas jelaslah bahwa aib berbeda artinya dengan kekurangan.
Mengakui kekurangan itu tidak mudah, perlu kebesaran hati menerima sepenuhnya apa yang kurang pada diri sendiri. Begitupun dengan saya tak mudah mengakui kekurangan, walau itu nampak jelas sekali terlihat. Setidaknya perlu proses untuk menerima keyataan akan kekurangan yang ada.
Mengakui kekurangan yang dimiliki, bukan berarti ingin dikasihani. Hanya untuk menyadarkan diri bahwa saya adalah manusia yang jauh dari sempurna.
Bila ada yang bertanya, mengapa tak malu mengakui kekurangan saya?
Itu karena saya merasa kekurangan dalam hal pendengaran bukanlah aib. Bagi saya daripada membohongi diri untuk terlihat sempurna, lebih baik tidak. Lagipula kekurangan itu masih bisa diatasi dengan penggunaan hearing aid. Jadi tak ada alasan untuk malu mengakui kekurangan yang ada.
Memang dalam dunia nyata maupun maya, banyak orang ingin telihat sempurna di mata orang lain. Saya tak menyalahkan hal itu, karena semua tergantung pada pribadi masing-masing. Namun bila kekurangan itu bukan aib dan tidak menjatuhkan diri, mengapa harus malu mengakuinya. Dengan begitu setidaknya bila menemui kekurangan orang lain akan menjadi maklum, tiada niat untuk mencela.
Tak ada manusia yang sempurna, karena kesempurnaan itu hanyalah milik Tuhan.
Merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)berikut arti kata aib dan kekurangan.
Aib = cela, noda.
Kekurangan = tidak mempunyai (sesuatu yg diperlukan), tidak cukup mendapat (beroleh).
Dari keterangan di atas jelaslah bahwa aib berbeda artinya dengan kekurangan.
Mengakui kekurangan itu tidak mudah, perlu kebesaran hati menerima sepenuhnya apa yang kurang pada diri sendiri. Begitupun dengan saya tak mudah mengakui kekurangan, walau itu nampak jelas sekali terlihat. Setidaknya perlu proses untuk menerima keyataan akan kekurangan yang ada.
Mengakui kekurangan yang dimiliki, bukan berarti ingin dikasihani. Hanya untuk menyadarkan diri bahwa saya adalah manusia yang jauh dari sempurna.
Bila ada yang bertanya, mengapa tak malu mengakui kekurangan saya?
Itu karena saya merasa kekurangan dalam hal pendengaran bukanlah aib. Bagi saya daripada membohongi diri untuk terlihat sempurna, lebih baik tidak. Lagipula kekurangan itu masih bisa diatasi dengan penggunaan hearing aid. Jadi tak ada alasan untuk malu mengakui kekurangan yang ada.
Memang dalam dunia nyata maupun maya, banyak orang ingin telihat sempurna di mata orang lain. Saya tak menyalahkan hal itu, karena semua tergantung pada pribadi masing-masing. Namun bila kekurangan itu bukan aib dan tidak menjatuhkan diri, mengapa harus malu mengakuinya. Dengan begitu setidaknya bila menemui kekurangan orang lain akan menjadi maklum, tiada niat untuk mencela.
Tak ada manusia yang sempurna, karena kesempurnaan itu hanyalah milik Tuhan.
*gambar dari sini