Sabtu, 30 Januari 2010

Kekuranganku Bukan Aib

Adakalanya manusia malu mengakui apa kekurangannya. Banyak orang berpikir bahwa kekurangan itu sama artinya dengan aib. Padahal bila mau ditelusuri dengan baik, bahwa kekurangan itu bukanlah aib. Seringkali orang yang mengakui kekurangannya dibilang mengumbar aib. Padahal tidak demikian. Karena kenyataannya Aib tidak sama dengan kekurangan.

Merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)berikut arti kata aib dan kekurangan.
Aib             = cela, noda.
Kekurangan = tidak mempunyai (sesuatu yg diperlukan), tidak cukup mendapat (beroleh).
Dari keterangan di atas jelaslah bahwa aib berbeda artinya dengan kekurangan.

Mengakui kekurangan itu tidak mudah, perlu kebesaran hati menerima sepenuhnya apa yang kurang pada diri sendiri. Begitupun dengan saya tak mudah mengakui kekurangan, walau itu nampak jelas sekali terlihat. Setidaknya perlu proses untuk menerima keyataan akan kekurangan yang ada.

Mengakui kekurangan yang dimiliki, bukan berarti ingin dikasihani. Hanya untuk menyadarkan diri bahwa saya adalah manusia yang jauh dari sempurna.
Bila ada yang bertanya, mengapa tak malu mengakui kekurangan saya?

Itu karena saya merasa kekurangan dalam hal pendengaran bukanlah aib. Bagi saya daripada membohongi diri untuk terlihat sempurna, lebih baik tidak. Lagipula kekurangan itu masih bisa diatasi dengan penggunaan hearing aid. Jadi tak ada alasan untuk malu mengakui kekurangan yang ada.

Memang dalam dunia nyata maupun maya, banyak orang ingin telihat sempurna di mata orang lain. Saya tak menyalahkan hal itu, karena semua tergantung pada pribadi masing-masing. Namun bila kekurangan itu bukan aib dan tidak menjatuhkan diri, mengapa harus malu mengakuinya. Dengan begitu setidaknya bila menemui kekurangan orang lain akan menjadi maklum, tiada niat untuk mencela.

Tak ada manusia yang sempurna, karena kesempurnaan itu hanyalah milik Tuhan.

*gambar dari sini

Selasa, 26 Januari 2010

Syukurlah Tak Terkena Latah

Salah satu sisi positif dari gangguan dengar adalah tidak mudah terkena latah. Sebagaimana diketahui kondisi latah itu dipicu oleh refleks mengagetkan, sehingga orang yang latah akan melakukan pengulangan verbal atau fisik secara automatis.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Latah adalah menderita sakit saraf dengan suka meniru-niru perbuatan atau ucapan orang lain.

Latah dapat muncul dalam beberapa macam bentuk antara lain pengulangan kata ( echolalia ). Diambil dari bahasa Yunani, ‘echo‘ berarti mengulang, dan ‘alia‘ yang berarti ‘babbling‘ atau percakapan tak bermakna. Contohnya saja orang latah yang sering mengucapkan ‘eh copot-copot’ saat panik. Latah yang seperti ini paling sering terjadi.

Ada juga latah yang bila terjadi pada saat kaget langsung mengeluarkan kata-kata bernada keras seperti sumpah serapah dan kata-kata kasar. Latah jenis ini disebut coprolalia yang artinya percakapan nggak bermakna, yang sifatnya tabu dan tidak sesuai dengan norma sosial.

Selain latah verbal seperti yang dijelaskan di atas, ada juga latah non verbal, yaitu berupa gerakan tubuh. Kalau gerakan itu mengikuti gerakan orang lain, maka latah ini disebut echopraxia. Misalnya saat kaget, dia melompat-lompat atau mengerak-gerakkan tangan.

Sedangkan gerakan yang mengarah pada gerakan yang dinilai tabu, disebut copropraxia. Masih ada lagi, yaitu latah mengikuti gerakan sesuai perintah (automatic obedience).

Latah menurut saya sangat mengganggu, apabila kata-kata latah yang dikeluarkan sangat tidak pantas dan tidak sopan untuk didengar. Untuk itulah mengapa orang yang latah kadang mengiba kepada orang-orang didekatnya agar tidak membuat dirinya latah.Selain itu latah yang mengeluarkan gerakan juga melelahkan bagi orang yang terkena latah.Dalam hal ini Latah biasanya di sembuhkan melalui hipnoterapi.

Bagi orang yang terkena gangguan dengar, tentunya akan sulit untuk di kejutkan. Bagaimana mungkin orang terkena gangguan dengar trekejut bila suara yang ditangkap kurang. Ini sudah sering saya alami ketika masih bersekolah, ketika ada yang iseng untuk membuat saya terkejut namun tak pernah berhasil. Maka dari itu seringkali saya dianggap tak asik karena tak bisa dibuat terkejut. Untuk itulah saya bersyukur karena tak mudah terkena latah.
Karena bila mau menyikapi secara baik suatu hal yang dianggap negatif akan menjadi hal postif bagi yang mengalaminya.


sumber
* pengalaman pribadi
gambar diambil di sini

Kamis, 21 Januari 2010

Sisi Positif dari Gangguan Dengar

Ketika pedengaran terganggu, memang ada rasa sedih. Namun jangan berkecil hati, ada beberapa hal yang menarik ketika seseorang mengalami gangguan dengar. Berikut hal-hal possitif itu:

  1. Tidak mencuri dengar pembicaraan orang, dengan begitu bebas begosip pula.
  2. Dapat memilih dalam mendengar. Ada kalanya orang tak ingin mendengar sesuatu tapi ada apa daya telinga tetap mendengarnya. Namun bila menggunakan hearing aid tentunya dapat mengatur mana yang ingin di dengar mana yang tidak.
  3. Tidak perlu takut dengan suara guntur yang menggelegar.
  4. Tidak perlu takut Latah. Karena Latah berhubungan erat dengan rasa kaget. Sedangkan bila mengalami gangguan dengar tentunya sangat sulit untuk di kejutkan
  5. tak perlu jauh-jauh kalau ingin menyepi, cukup matikan saja hearing aid. Maka suara yang di dengar akan sama-samar 
  6. Bila salah menangkap pembicaraan orang kan maklum, bandingkan dengan yang berpendengaran normal tentu lawan bicaranya akan sebal bila salah tangkap pembicaraan.

Itulah hal positif yang saya tangkap. Memang ada baiknya melihat kekurangan dari sisi positif. Dengan begitu tidak merasa terbebani karena kehilangan. Walau tak di pungkiri kehilangan suara yang di dengar itu memang berat. Namun setelah hilang bukan berarti harus kehilangan yang lainnya bukan?


Senin, 18 Januari 2010

Aminoglikosida itu..

Ketika untuk pertama kalinya mengenakan hearing aid, aku bertanya-tanya.
Kemana suara yang kudengar, mengapa suara itu menjauh menjadi samar-samar dalam telingaku? Sulit mendapat jawaban yang pasti kemana suara itu pergi dan mengapa?

Seiring bertambah usia, makin besarlah rasa ingin tahu. Syukurlah informasi semakin mudah didapatkan. Dukungan media Internet turut pula membantuku menemukan apa yang sebenarnya yang membuat suara itu menjauh dari telingaku.

Dia adalah Aminoglikosida yang ternyata telah merenggut suara dariku. Membuat suara yang kudengar menjadi samar-samar.


Aminoglikosida adalah kelompok antibiotika penting yang digunakan baik secara topikal atau pun sistemik untuk pengobatan infeksi yang disebabkan bakteri gram negatif. Aminoglikosida memberi efek membunuh bakteri melalui pengikatan subunit ribosomal 30S dan mengganggu sintesis protein.

Aminoglikosida dihasilkan oleh fungi Streptomyces dan micromonospora. Mekanisme kerjanya: bakterisid, berpenetrasi pada dinding bakteri dan mengikatkan diri pada ribosom dalam sel
Contoh : streptomisin, kanamisin, gentamisin, amikasin, neomisin

Penggunaan Aminoglikosida Streptomisin dan kanamisin berupa injeksi pada TBC juga pada endocarditis, Gentamisin, amikasin bersama dengan penisilin pada infeksi dengan Pseudomonas,Gentamisin, tobramisin, neomisin juga sering diberikan secara topikal sebagai salep atau tetes mata/telinga,

Efek samping : kerusakan pada organ pendengaran dan keseimbangan serta nefrotoksik.

Dulu saat usia 9-10 tahun memang pernah mengalami sakit cukup parah. Paru-paruku basah dan terinfeksi banyak bakteri. Hal ini di karenakan paru-paru tak kuat terpapar udara dingin.

Seingatku memang dalam pengobatan menerima banyak obat baik melalui infus, tablet, maupun injeksi. Syukurlah tak ada alergi terhadap obat. Namun tak disangka bahwa obat itulah yang menyebabkan pendengaranku pada akhirnya mengalami kerusakan.

Bagaimanapun pilihan untuk menggunakan obat itu tentunya ada pada penyelamatan nyawa. Dimana saat itu memang parah sekali, paru-paru sulit untuk berkerja. Namun syukurlah kini aku bisa bernafas kembali, paru-paruku bisa bekerja kembali. Walaupun pendengaranku tak seperti dulu lagi, tak mengapa. Bukankah semua itu memang perlu pengorbanan.

Kini semua itu sudah lewat, tak boleh disesali. Suara itu memang sudah samar-samar. Namun masih ada hearing aid yang membantuku. Walaupun memang mahal sekali harganya setidaknya aku berusaha untuk mendapatkannya. Insyaallah aku masih bisa mendengar


*sumber:
    pengalaman pribadi

Rabu, 13 Januari 2010

Ketika Uang Lebih Berkuasa

Berita mengenai terbongkarnya fasilitas mewah yang diterima terpidana di Rutan Pondok bambu seperti ibu ayin dan ibu aling. Membuat saya termangu, saya berpikir alangkah tiada jeranya mereka walaupun telah berada di rutan, namun kehidupan mereka tetap berjalan dengan normal. Aktifitas mereka tetap seperti biasanya, usaha mereka bisa tetap berjalan walaupun mesti dikendalikan dari balik Rutan.

Betapa uang ternyata masih sangat diangungkan di negeri ini, dengan uang semua menjadi mudah. Jabatan tinggi tidak menjamin seseorang kuat akan iming-iming uang. Asalkan ada uang semua menjadi mudah, moral pun bisa dikesampingkan.

Hati nuraniku pun bertanya:
"Mengapa mereka yang merugikan negara bisa hidup dengan mudah, sementara aku dan teman-teman kecilku kesulitan hanya untuk membeli hearing aid agar kami bisa mendengar dengan baik?"

Sekedar gambaran, untuk sebuah hearing aid dimasukkan ke dalam kategori pajak barang mewah, sehingga harga jual pun menjadi mahal. Maka tak heran banyak anak-anak yang mengalami gangguan dengar kesulitan untuk membelinya.

Belum lagi bila melihat ke masalah sosial lainnya, banyak orang bekerja keras tapi uang yang didapat hanya cukup untuk sebulan, bahkan seringkali kurang. Begitupun dengan diriku, sebisa mungkin menghemat setiap rupiah agar bisa mengganti hearing aid kelak. Mengingat hearing aidku yang kanan sudah terlalu lama digunakan (sekitar 8 tahun) sehingga sudah sember suara yang ditangkap.

Ditengah keadaan negara yang masih gonjang ganjing, jelas saja penemuan sel mewah yang digunakan ibu ayin dan ibu aling turut memicu kemarahan. Belum lagi Kepala rutan Pondok bambu yang seakan tak merasa bersalah atas kejadian tersebut.

Inilah potret hukum negri ini, narapidana kaya yang berkelimpahan harta tak perlu takut bila masuk penjara. Sementara orang-orang bebas diluar sana, yang hanya biasa saja, tak memiliki banyak harta harus bekerja keras sekedar untuk bertahan hidup

Dan aku hanya bisa memandangi hearing aid tuaku, yang tetap setia bersamaku sambil menanti gantinya

Kamis, 07 Januari 2010

Biarkan Aku Bersuara dan Berkata-kata

Aku terperangah ketika seorang Tuna Runggu (TR) yang baru saja dikenal melalui media Facebook menyayangkan diriku yang tidak menguasai bahasa isyarat atau Sign Language (SL). Menurut dia Sign Language jembatan komunikasi agar bisa berkomunikasi lebih luas lagi.

Kalau saja dia tahu mengapa saya tak menguasai Sign Language, ia pasti akan maklum. saya tak menguasai bahsa isyarat, karena tak pernah dianggap sebagai anak tuna rungu. Memang saya mengalami gangguan dengar, namun bukan berarti tak bisa mendengar lagi. Bukan berarti saya harus menyingkir dari dunia penuh suara dan tenggelam dalam dunia sunyi yang samar-samar.

Dunia saya adalah dunia bersuara, dunia kata-kata. Semua diungkapkan dengan kata-kata bukan dengan isyarat. Sudah tentu saya tak menguasai bahasa isyarat (Sign Language).
Begitupun dengan keseharian saya, lebih banyak bergaul dengan orang-orang normal. Sudah tentu saya harus menggunakan suara untuk bekomunikasi dengan mereka.

Saya yang sudah terbiasa menggunakan suara dan berkata-kata, tentu akan merasa tak nyaman apabila berkomunikasi dengan menggunakan bahasa isyarat. Untuk itulah saya rasa belum perlu mempelajari bahasa isyarat . Karena setahu saya tiap komunitas memiliki bahasa isyarat tersendiri, belum ada standar nasional. Kalau untuk internasional memang sudah ada.

Walaupun begitu saya menghargai mereka yang yang belajar berbahasa isyarat dan membentuk komunitas tersendiri, saya salut akan hal itu. Dengan begitu bahasa isyarat bisa mereka praktekan dengan orang yang mengerti. Oiya komunitas untuk bahsa isyarat ternayat juga ada di kota-kota besar indonesia.


Aku menyukai suara, aku senang mendengar. 
Walau telah mengalami gangguan dengar setidaknya tak kehilangan suara. Karena suara itu masih bisa kudengar melalui Hearing Aid. 
Duniaku adalah dunia suara, biarkan aku bersuara dan berkata-kata...


*gambar dari sini

Minggu, 03 Januari 2010

Sedikit harapanku di tahun baru

Pergantian tahun, membawa harapan baru. Berbagai macam resolusi pun di tuliskan oleh banyak orang dengan harapan tahun yang akan dijalani bisa sesuai dengan resolusinya.

Membicarakan soal resolusi, tak banyak harapanku untuk tahun 2010. Bukan berarti aku menyerah begitu saja melewati tahun 2010. Aku hanya tak ingin terlalu banyak berharap. Karena hari-hari yang kulalui kadang tak bisa di tebak.

Aku berharap diberi kesehatan dan bisa tetap mendengar. Karena bila sakit sudah tentu akan terhambat pula aktifitasku, lalu ada kemungkinan, pendengaranku bisa terganggu lebih banyak lagi atau bahkan hilang sama sekali karena konsumsi antibiotik. Untuk itulah tak berlebihan aku berharap untuk bisa sehat.

Begitupun harapan untuk bisa terus mendengar, walaupun hanya melalui alat dengan begitu aku bisa terus berkomunikasi. Tentunya dengan catatan hearing aid yang kugunakan baik-baik saja. Semoga saja hearaing aid ini bisa mengerti untuk tetap membantuku mendengar.

Dengan mendengar aku merasakan dunia, merasakan suara kehidupan.
Dengan mendengar kuberharap dapat menggapai yang lain.
Karena dengan mendengarlah kurasakan hidup ini begitu berarti..


*tulisan awal tahun sekedar update blog

  © Free Blogger Templates Autumn Leaves by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP