Senin, 14 November 2011

Memutuskan Mengenakan Hearing Aid itu Tidak Mudah


Mungkin banyak yang mengira memutuskan mengenakan Alat Bantu Dengar semudah memutuskan untuk berkacamata ketika di vonis mengalami minus ataupun plus. Padahal tidak begitu bagi yang mengalaminya.

Ketika seseorang divonis mengalami gangguan dengar, pasti ada rasa tak menerima. Rasa berat hati mengakui bahwa indera pendengarannya telah terganggu. Lalu ketika disarankan untuk mengenakan Alat Bantu Dengar, itu butuh keputusan dan pemikiran lamaa sekali bahkan bisa bertahun-tahun.

Sayapun baru menyadari hal ini ketika menerima pesan baik lewat email ataupun message di Facebook yang menyatakan tak mudah memutuskan mengenakan alat bantu dengar (hearing aid). Selain tentunya masih berharap pendengarannya bisa pulih kembali juga ada rasa malu saat mengenakan alat yang bentuknya tak biasa itu.

Memang tak bisa disalahkan hal itu, sebab belajar menerima kehilangan tak semudah berkata-kata. Apa yang dikatakan belum tentu sama dengan yang dirasa.

Selasa, 01 November 2011

Tetap Berkomunikasi Secara Verbal


Adalah hal yang umum tentang anggapan terhambatnya komunikasi secara verbal (berkata-kata) bagi orang yang mengalami gangguan dengar. Sebab banyak orang menganggap bila terkena gangguan dengar akan sulit berkomunikasi secara verbal (berkata-kata).

Okelah mungkin saja anggapan ini karena banyak tunarungu yang kesulitan dalam mengungkapkan kata-kata. Hal ini dimaklumi dengan keterbatasan kosa kata yang mereka ketahui. Akan tetapi bila mengalami gangguan dengar saja rasanya komunikasi masih bisa dilakukan secara verbal (berkata-kata).

Kadangkala bila saya berkenalan dengan orang baru, dan saya mengatakan kalau saya mengenakan Alat Bantu Dengar (hearing aid). Akan timbul pertanyaan pertama dari mereka seperti.
“Kamu tetap berbicara dengan normal kan?”

Maksudnya tentu saja apakah saya tetap berbicara dengan berkata-kata. Saya tahu pertanyaan ini mungkin untuk mengatisipasi agar mereka mungkin lebih menggunakan bahasa tulisan ketimbang berbicara.

Kamis, 27 Oktober 2011

Berkat Ngeblog, Berani Menebar Semangat

Mengalami gangguan dengar memang bukan sesuatu yang istimewa, bahkan bukan hal yang patut di banggakan. Apalah pentingnya membanggakan gangguan dengar yang ada ini. Saya tak pernah memungkiri di lubuk hati yang paling dalam sebetulnya tak ada keinginan memiliki gangguan dengar.

Tetapi bila memang takdir berkata lain dan memang gangguan dengar ini harus bersama saya. Haruskan saya menolak apa yang sudah di gariskan. Maka tak ada cara selain menerima, berdamai dan mengerti bahwa mengalami gangguan dengar tak seburuk apa yang dipikirkan orang lain.

Dimulai dari rasa menerima itulah akhirnya muncul untuk untuk bisa berbagi dengan orang lain. Saya gunakan media blog dalam berbagi. Alasannya mudah saja, melalui media tulisan lebih mudah dipahami oleh yang membaca.  Untuk itulah saya ngeblog.

Tak mudah memang menuliskan semua itu di blog untuk dibaca secara umum. Butuh keberanian besar untuk mengakui bahwa saya adalah seorang dengan gangguan dengar dan dalam keseharian mengenakan Alat Bantu Dengar (Hearing Aid) dalam berkomunikasi.

Melalui media blog saya mengenalkan apa itu gangguan dengar, bagaimana orang yang terkena gangguan dengar dan stigma-stigma buruk tentang gangguan dengar. Saya jelaskan dengan apa yang saya ketahui dan tentunya dengan bahasa yang sederhana. Agar orang lain tahu gangguan dengar tidaklah seburuk yang mereka kira.


Minggu, 09 Oktober 2011

Hasil Cetak Ulang Earmold Kiri


Sabtu 8 Oktober 2011.
Ketika baru saja menerima hasil cetakan earmold dan menyambungkannya ke hearing aid. Saya kemudian menuliskan status ini di twitter.


tulisan status itu:
"tak ada yang sempurna. Bahkan hasil cetakan earmold sekalipun #hearingaid "

Itulah yang saya tuliskan di status twitter saat melihat hasil cetakan earmold untuk telinga kiri.

Earmold itu berwarna putih, lain dengan permintaan saya yang untuk mencetak agak buram sedikit seperti earmold yang kanan.
Ketika diperhatikan dengan seksama, telihat jelas ada gelembung udara yang tak keluar. Bentuknya seperti balon kecil. Memang sih tak begitu kentara, hanya terlihat ketika earmold itu di lihat di tempat yang agak terang. Kesannya jadi tak rapi.

Senin, 03 Oktober 2011

Cetak Ulang Earmold kiri


Kenyamanan dalam mengenakan Alat Bantu Dengar (Hearing Aid) itu penting sekali. Itulah mengapa saya yang kalem, bisa begitu cerewet bila sudah menyangkut soal telinga dan Alat Bantu Dengar (Hearing Aid).

Dalam pelajaran IPA Biologi tentunya pernah belajar mengenai struktur telinga. Dimana telinga itu memiliki 3 bagian yaitu Telinga Luar, Telinga Tengah dan Telinga Dalam. Tulisan ini bukan untuk membahsa mengenai struktur telinga, tetapi sekedar sharing apa yang  saya rasakan beberapa minggu ini..

Sudah dua minggu ini daun telinga kiri saya sakit rasanya.
Bukan karena gangguan dengar. Tetapi karena earmold yang tak lagi nyaman dikenakan. Akibatnya saya jadi tak betah mengenakan Alat Bantu Dengar (Hearing Aid) yang kiri.
Seperti apa sih penampakan telinga saat mengenakan earmold tipe full.
Yuk saya perlihatkan gambarnya.

Telingan Kanan dan earmodnya


Selasa, 27 September 2011

Tipe Earmold Yang Saya Pakai

Sebagai pemakai Alat Bantu Dengar (Hearing Aid) setidaknya saya mengenal dua macam bahan earmold. Yaitu earmold berbahan keras dan lembut.

Earmold itu berupa cetakan lubang telinga, yang kemudian dihubungkan oleh sebuah selang kecil (tube) pada Alat Bantu Dengar (Hearing Aid) yang pakai.

Berikut jenis earmold yang pernah saya gunakan.

Earmold Tipe Keras.
Secara umum Earmold ini terlihat mengkilap. Biasanya berawarna Coklat.
Cetakan telinganya lebih mungil dan agak masuk kedalam.
Earmold ini bisa dibilang cukup awet. Hanya saja karena berbahan keras tentunya agak tak nyaman bila dikenakan oleh anak-anak. Sebab akan merasakan telinga tersumbat.

  © Free Blogger Templates Autumn Leaves by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP