Hari ini (07-02-2010) saya menghadiri acara parenting support anak-anak Tuna Runggu (TR) di taman bunga Wiladatika Cibubur. Memang saya hanya hadir sebagai undangan saja, lagipula kasus saya berbeda dengan mereka dimana anak-anak tersebut mengalami gangguan dengar sejak bayi. Walaupun begitu saya cukup senang bisa hadir di sana.
Bertemu kembali dengan teman-teman kecil saya yang biasanya saya kenal melalui jejaring multiply dan melihat perkembangan mereka cukup menyenangkan. Saya mulai mengikuti cara seperti ini setahun yang lalu. Acara ini rutin diadakan setiap 3-4 bulan sekali. Tujuan acara ini tentu saja untuk saling mendukung dan menguatkan para orangtua anak-anak TR agar mereka tetap berusaha untuk kebaikan anaknya kelak.
Pertemuan kali ini membahas tentang "bagaimana membesarkan anak Tuna Runggu". Sayangnya saya tidak begitu menangkap apa yang di bicarakan pada pertemuan itu karena saya lebih banyak menyapa teman-teman kecil yang saya kenal didunia maya. Setidaknya yang saya tangkap secara garis besar, orang tua yang memiliki anak TR diharapkan untuk tetap berusaha agar anaknya bisa mandiri kelak. Karena bagaimanapun nantinya anak-anak tersebut akan mereka lepas.
Mengenal anak-anak tersebut, mengetahui perkembangannya sangat menyenangkan. Seperti misalnya Naila (4 thn), setahun yang lalu kala mengenalnya dia masih begitu pendiam belum banyak berkata-kata. Namun kali ini kemajuannya bagus sekali, ia sudah ceriwis sekali. Sudah banyak kosa kata yang dikuasainya. Tentunya ini tak lepas dari ketekunan orangtuanya yang rajin membawa Naila untuk terapi wicara.
Begitupun dengan Menur (7 thn), sudah bisa mengutarakan rasa kesalnya melalui kata-kata. Bisa anda banyangkan tak mudah untuk seorang anak yang sedari lahir mengalami gangguan dengar untuk mengungkapkan emosinya melalui kata-kata. Dengan kata-kata pun orang normal yang ada didekatnya akan tau apa yang membuat dirinya kesal.
Menur (7 thn)
Lalu ada lagi Shafa (18 tahun) yang bersekolah di sekolah umum, dia Cerdas bisa berbicara sama baiknya dengan orang lain. Sayang ketika acara ada orang yang meragukan bahwa dia benar-benar TR. Maklum saja dia berkerudung jadinya hearing aid yang dikenakannya tak terlihat. Syukurlah di berbesar hati mau melepas hearing aid sejenak, agar orang tahu bahwa dia benar-benar mengalami gangguan dengar.
Shafa (berbaju merah) dan aku
Memang sebagai orang yang mengalami gangguan dengar sangat tak mudah untuk bisa membaur dengan orang normal. Ada saja yang sinis, meremehkan bahkan tak suka akan keberadaan orang-orang seperti kami. Belum lagi mengenai penggunaan hearing aid, masih banyak orang yang tak sepaham akan kegunaan hearing aid. Memang hearing aid mahal sekali, tetapi kalau mengingat besarnya manfaat yang saya dapatkan rasanya tak percuma mengeluarkan uang yang besar (untuk diketahui harga hearing aid minimal sekitar 4 juta rupiah).
Saya memahami perbedaan pendapat itu, bila tak suka mengenakan hearing aid yaa tak mengapa itu adalah pilihan. Namun bagi saya dan teman-teman kecil saya yang sudah dibiasakan mengenakan hearing aid tentu sudah merasa nyaman akan suara yang kami dengar.
Saya nyaman dengan pilihan untuk mengenakan hearing aid, karena orangtua dan sudara mendukung saya untuk tetap bisa terus mendengar, walaupun hanya melalui alat bernama hearing aid...
foto bersama dengan orangtua yang jadi panitia sebelum pulang
kalau yang dari kecil udah TR, masih bisa ditolong dengan hearing aid ?
BalasHapusBisa kok, tentunya dengan pemilihan hearing aid yang tepat. Bila gangguan dengar lebih dari 100db biasanya pakai yang super power.
BalasHapusKalau dibiasakan dari kecil lebih baik lagi, karena lebih mudah lagi adaptasinya pada suara.
teruskan saja apa yang lebih nyaman dan baik menurut anda, tak perlu risaukan pendapat orang lain yang bersebarangan,sebab mendengarkan orang lain itu memang perlu, tapati menuruti apa kata orang lain tidaklah selalu...
BalasHapusmendengar adalah hak setiap manusia, selagi bisa mendengar meski dengan bantuan hearing aid kenapa tidak?
BalasHapussaya turut menyimak kisah yang cukup menggugah ini :)
BalasHapus@Abi Sabila : benar pak, yang terpenting apa yang terbaik bagi diri sendiri dan tentunya selama itu nyaman unduk diri pribadi.
BalasHapus@Syifa : Yup, Tentunya itu berkat kemajuan teknologi, kalau memang bisa dimanfaatkan kenapa tidak, Mahal memang tai setidaknya kalau melihat besar manfaatnya kan setara =)
@secangkir teh dan sekerat roti: terimakasih sudah turut menyimak.. =)
Ternyata mahal juga ya harga hearing aid ? Bagaimana dg orang-2 yg tak mampu membelinya ya ?
BalasHapusPasti mereka selamanya tak pernah bisa mendengar dg baik.
Penerimaan orang tua terhadap kekurangan anaknya adalah modal yang utama untuk anaknya dalam mengembangkan diri dan berbaur dengan orang-2 normal lainnya.
BalasHapusPertemuan yg diselenggarakan itu pasti memberi banyak manfaat, apalagi dengan sharing antar mereka yang hadir.
@the others : Itulah mba, masalahnya hearing aid masih belum bisa dimasukan dalam askes. Kalaupun bisa proses berbelit. Waktu saya berkenalan dengan ortu yang anaknya masih bayi ternyata hearing aid yang dikenakan anaknya satu unit seharga 8jt jadi bila sepasang 16 jt.
BalasHapusPerlu ada kebijakan pemerintah menghapus Pajak hearing aid. Agar semua anak yang memiliki gangguan dengar bisa mendapatkan hearing aid yang layak.
@catatan kecilku : Yaa betul banget mba, dengan adanya penerimaan tersebut setidaknya anaknya terlihat percaya diri saat mengenakan hearing aid. Setidaknya melalui pertemua itu jadi tahu bagaimana perkembangan anak-anak itu dalam berbicara dan mendengar.
terus berkarya ya mba,walaupun telinga tak mendengar tapi kita masih punya hati untuk merasakannya,,
BalasHapussalam persahabatan
Saya jadi tersentuh dengan apa yang mbak nita ceritakan,saya juga baca tulisan mbak tentang "kekuranganku bukan aib".Lebih baik tidak mendengar tapi respek thd orang lain dari pada punya semuanya tapi tidak punya kepedulian terhadap orang lain.Apapun yang mbak nita perjuangkan dengan teman-teman yang lainya, suatu hal yang membuat saya kagum.Semangat ya mbak,berkarya terus dengan tulisan,sebab kita juga bisa mensuarakan keinginan.
BalasHapusseneng bgd Mba Nita.. bisa berkumpul.. =D
BalasHapuswah... terharu..
@berita untuk negri : terimakasih supportnya, oh iya telinga saya masih bisa mendengar kok walau tak sejelas dulu lagi. Maka untuk memperjelas menggunakan hearing aid (alat Bantu dengar). =)
BalasHapus@Anton : yaa.. begitulah, lebih baik pakai alat dengan begitu jadi sadar untuk mendengar yang baik. Karena seringkali telinga itu susah untuk cegah dalam mendengar yang gak perlu.
@Poedji : biasanya komunikasi untuk saling tukar kabar paling lewat FB atau jejaring multiply =)
Seneng tu bisa nostalgia dan kopdaran ??
BalasHapusSaya jadi tersentuh dengan apa yang mbak nita ceritakan
Mbak nita mampir balik di rumah gus ikhwan ya
Gus Ikhwan, terimakasih sudah mampir..
BalasHapussebenrnya bukan nostalgia sih. Karena saya juga baru kenal mereka setahun yang lalu.
Sebab selama ini saya tak pernah tahu kalau ternyata anak2 TR pun bisa dibantu mendengar dengan hearing aid.
TERNYATA MASIH ADA ORANG YANG MEMANDANG SEBELAH MATA TERHADAP ORANG YANG MEMILIKI KEKURANGAN. MBAK TERMASUK ORANG YANG MEMILIKI KEPEKAAN SOSIAL TINGGI DENGAN BERGAUL DAN BERBAUR DENGAN MEREKA. TERUS BERKARYA YA MBAK.
BalasHapusSaya mendukung Mb Yusnita untuk selalu bersemangat berbagi agar menambah semangat sesama kita yang mengalami kekurangan. Teruskan, Mb Yusnita ...
BalasHapus@Pelangi anak: Memang masih ada yang memandang sebelah maa terhadap orang yang memiliki kekurangan. Begitupun dengan teman saya, banyak yang diremehkan. Syukurlah mereka itu rata-rata sudah terbiasa diperlakukan seperti itu. Karena kami juga yakin masih banyak orang yang baik.
BalasHapus@Edwin : Terimakasih mas, atas dukungannya. =)