Hidup tergangtung dengan sebuah alat sungguh tidak mudah. Selain tentunya ada keterbatasan juga mesti memikirkan usia pakai alat tersebut. Begitulah yang terjadi pada saya. Perlu memikirkan sampai kapan hearing aid (alat bantu dengar) itu masih bisa digunakan.
Dulu karena belum mengerti saya tak pernah berpikir bahwa selama sisa hidup akan selalu bersama hearing aid (alat bantu dengar). Semakin besar saya sadar memang ditakdirkan untuk selalu menggunakan hearing aid (alat bantu dengar).
Semakin besar dan dewasa sayapun mengerti bahwa hearing aid adalah kebutuhan pokok saya. Tanpa alat itu tentu akan terganggu berbagai aktifitas karena kurang mendengar. Saya pun juga akhirnya tahu bahwa hearing aid itu sangat mahal dan setiap tahun harganya selalu naik. Selain karena merupakan barang import, hearing aid juga masih belum ada buatan dalam negeri.
Ini saya sadari saat harus mengganti sendiri hearing aid (alat bantu dengar) dengan uang yang saya kumpulkan selama beberapa tahun. Berat memang rasanya melihat uang yang terkumpul bertahun-tahun hanya ditukar sebuah alat mungil. Namun bila mengingat betapa pentingnya dan besarnya manfaat alat tersebut rasanya sebanding juga.
Apalagi saat saya tahu betapa seorang bayi yang mengalami gangguan dengar sejak dini perlu menggunakan hearing aid super power seharga 8 juta rupiah per unit. Ini membuat saya bepikir berarti sepasang hearing aid untuk bayi tersebut butuh dana 16 juta rupiah. Besar sekali uang diperlukan untuk sekedar bisa mendengar. Untuk saya memang tak perlu menggunakan yang super power, namun tetap saja saya butuh biaya besar juga untuk sekedar mengganti hearing aid.
Bila memikirkan hearing aid, saya akan mengingat untuk berhemat. Barang-barang yang tidak saya butuhkan biasanya tak akan saya beli. Sebisa mungkin saya meminimalkan pengeluaran untuk menabung guna mengganti hearing aid tentunya agar saya bisa terus mendengar.
Memang jadinya merasa terbatas saat mengingat hearing aid yang mesti diganti, serasa tak bebas saat membelanjakan uang. Namun sekali lagi perlu dipikirkan memilih mana yang akan didahulukan. Karena melalui hearing aid suara bisa saya tangkap dengan jelas. Bagi saya tak masalah bila saya tak ikut trend seperti mengganti ponsel dengan Blackberry misalnya, karena saya tahu ponsel biasa sudah cukup bagi saya. Apalah gunanya mengikuti trend, bila saya tak bisa mendengar dengan baik.
Menggunakan hearing aid setidaknya membuat saya sadar, bahwa hidup itu jangan boros karena ada kebutuhan yang lebih penting untuk didipikirkan dan didahulukan. Bahwa mendengar merupakan harga mati yang harus saya tebus dengan membelinya.
Maka dari itu saya anggap hearing aid sebagai pengingat dikala ada keinginan hati untuk membeli barang yang tak perlu.
Dulu karena belum mengerti saya tak pernah berpikir bahwa selama sisa hidup akan selalu bersama hearing aid (alat bantu dengar). Semakin besar saya sadar memang ditakdirkan untuk selalu menggunakan hearing aid (alat bantu dengar).
Semakin besar dan dewasa sayapun mengerti bahwa hearing aid adalah kebutuhan pokok saya. Tanpa alat itu tentu akan terganggu berbagai aktifitas karena kurang mendengar. Saya pun juga akhirnya tahu bahwa hearing aid itu sangat mahal dan setiap tahun harganya selalu naik. Selain karena merupakan barang import, hearing aid juga masih belum ada buatan dalam negeri.
Ini saya sadari saat harus mengganti sendiri hearing aid (alat bantu dengar) dengan uang yang saya kumpulkan selama beberapa tahun. Berat memang rasanya melihat uang yang terkumpul bertahun-tahun hanya ditukar sebuah alat mungil. Namun bila mengingat betapa pentingnya dan besarnya manfaat alat tersebut rasanya sebanding juga.
Apalagi saat saya tahu betapa seorang bayi yang mengalami gangguan dengar sejak dini perlu menggunakan hearing aid super power seharga 8 juta rupiah per unit. Ini membuat saya bepikir berarti sepasang hearing aid untuk bayi tersebut butuh dana 16 juta rupiah. Besar sekali uang diperlukan untuk sekedar bisa mendengar. Untuk saya memang tak perlu menggunakan yang super power, namun tetap saja saya butuh biaya besar juga untuk sekedar mengganti hearing aid.
Bila memikirkan hearing aid, saya akan mengingat untuk berhemat. Barang-barang yang tidak saya butuhkan biasanya tak akan saya beli. Sebisa mungkin saya meminimalkan pengeluaran untuk menabung guna mengganti hearing aid tentunya agar saya bisa terus mendengar.
Memang jadinya merasa terbatas saat mengingat hearing aid yang mesti diganti, serasa tak bebas saat membelanjakan uang. Namun sekali lagi perlu dipikirkan memilih mana yang akan didahulukan. Karena melalui hearing aid suara bisa saya tangkap dengan jelas. Bagi saya tak masalah bila saya tak ikut trend seperti mengganti ponsel dengan Blackberry misalnya, karena saya tahu ponsel biasa sudah cukup bagi saya. Apalah gunanya mengikuti trend, bila saya tak bisa mendengar dengan baik.
Menggunakan hearing aid setidaknya membuat saya sadar, bahwa hidup itu jangan boros karena ada kebutuhan yang lebih penting untuk didipikirkan dan didahulukan. Bahwa mendengar merupakan harga mati yang harus saya tebus dengan membelinya.
Maka dari itu saya anggap hearing aid sebagai pengingat dikala ada keinginan hati untuk membeli barang yang tak perlu.
*gambar di ambil disini
Menabung harus kita lakukan! kadang kita melakukan pengeluaran tak terduga! menabung juga wujud dari kesabaran!
BalasHapussetuju mba.. menabung itu perlu banget, demi masa depan
BalasHapuswah bner bgt k'nita,,mank hrs nabung untuk masa depan apa gy uang dr keringat sndri,,bang bing bung,,mari kita nabung hehehehe
BalasHapusSaya teringat acara kick andy yang mengisahkan seorang yang cacat pada kakinya akhirnya menginspirasi yayasan yang memberi bantuan kaki palsu
BalasHapusBagaimana kalau mbak nita menggagas yayasan serupa utk hearing aid?
@nuansa pena: iya betul apakali di saat sekarang semua serba tak terduga. Menabung jdi hal yg penting.
BalasHapus@Syifa Ahira: apalagi klo udah menikah yaa kayak syifa penting banget kaan =)
@CORAT CORET: bener pit, ngerasain susah banget untuk dapetin tuh uang. sayangkan klo dibelanjain begitu aja. :)
@ridwan : tayangan itu saya juga pernah melihatnya mas Ridwan. Untuk yayasan, saya rasa terlalu besar. Untuk saat ini saya gabung aja dg para Ortu ATR di Yayasan AKRAB. Saya juga sedang membicarakan dg salah satu ortu ATR mengenai kemungkinan pajak bea masuk dan cukai untuk hearing aid (ABD yang kelewatan itu. Karena ternyata saya baru tau ada Kepmen yang mengatur bahwa alat semacam hearing aid bisa di kategorikan alat kesehatan. Btw makasih masukannya Mas :)
Wah menginspirasi saya mbak,harus berhemat.
BalasHapusiya mesti hemat nih, saat negara juga masih gonjang ganjing kat jelas gini :)
BalasHapusManusia punya dua naluri yaitu kebutuhan dan keinginan. Fokus pada kebutuhan, niscaya penghematan mesti ada. Kalo nurutin keinginan sih ga ada habisnya. Betul begitu teman2? :)
BalasHapuskunjungan balik.. :)
BalasHapuswah, luar biasa kisahnya mbak. menginspirasi saya untuk selalu bersyukur atas nikmat yang selama ini tidak saya sadari: bisa mendengar dengan baik.
terimakasih, mbak :)
ada getaran yang basgus... yakni berhemat.. :)
BalasHapusPha kabar Nita? maaf lama baru berkunjung nih. Semoga dalam keadaan sehat ya
BalasHapusJadi masih sulit ya mbak cari hearing aid buatan lokal. kalau impor memang mahal. Memang nih mbak Yusnita harus pandai2 menyisihkan uang. Semoga selalu banyak rezeki mbak...
BalasHapusTernyata kita belum tukeran link. Mau kan Mbak tukeran? Link Yusnita Febri sudah kupasang. Silakan dicek mbak Febri... Thx...
BalasHapusIni Edwin juga Mbak. Ini blog baruku. Tukeran link juga yuk. Link Yusnita Febri juga sdh kupasang. Dicek juga ya mbak. Jangan lupa follow me juga yach ^_^
BalasHapus@Darin : bener anget tuh.. klo keinginan di turutin gak akan ada habisnya, gak selesai selesai nanti karena gak pernah puas
BalasHapus@Huda Albanna : terimakasih sudah mampir balik. Yaa.. setidaknya saat sudah hilang jadi lebih bersyukur apa yang amsih ada.
@secangkir teh dan sekerat roti : yup Hemat.. itu wajib banget buat saya kalau memeng pengen bisa terus mendengar
@Nadine : Alhamdulillah kabarnya baik mba..
@Edwin : karena memang belum ada hearing aid buatan lokal, Kalau teknisi untuk membetulkan n service sudah ada. Jadi emang masih susah dan harganya tergantung kurs asing.
Oh iya.. saya udah follow Edin kuk. Nanti saya pasang linknya dan berikut link blog yang satunya..Ok thx yaa udah mampir
benar juga niih dari semenjak dini khususnya anak2 kita sudah diajarkan berhemat tuk masa depannya. menabung salah satu jalan terbaik untuk meringankan beban hidup di kemudian hari.
BalasHapuskisahnya inspiratif mba,mudah2an di beri kemudahan oleh Allah,,,
BalasHapus@harto : Iya pak, gak mesti pake hearing aid juga mesti hemat yaa..
BalasHapus@aam : terimakasih sudah mampir
Halo Nita,
BalasHapusboleh kenal ngga? saya kebetulan juga kehilangna pendengaran di usia 10 tahun. kebetulan sekali menemukan blog mu saat saya sedang mencari hp yang support hearing aids. saya juga mengenakan sepasang hearing aid yang memang sangat mahal....