Rabu, 30 Juni 2010

Mengalami gangguan dengar? Jangan malu..

Seorang guru SD tak sengaja menemukan multiply saya. Guru itu bercerita mengenai anak didiknya di sekolah yang juga mengalami gangguan dengar. Namun guru itu masih belum belum berhasil meyakinkan muridnya agar mau mengenakan hearing aid ketika bersekolah. Padahal orangtua murid tersebut sudah memberlikan anaknya hearing aid agar bisa digunakan kala bersekolah dan kegiatan sehari-hari.
Mengetahui cerita itu, saya maklum. Memang tak mudah bagi seorang anak yang tadinya normal kemudian harus menerima kenyataan bahwa salah satu inderanya tak berfungsi. Ini jelas berbeda ketika seorang anak mengalami mata minus dan harus mengenakan kacamata.

Untuk seorang anak agar mau mengenakan hearing aid itu lebih sulit, butuh pengertian. Selain karena bentuknya aneh, juga tak terbiasa bila telinganya tersumbat. Kemudian perasaan malu, karena mengenakan hearing aid sudah tentu seroang anak akan terlihat lain dengan teman-temannya.

Maka peran guru, orangtua dan sekitarnya sangat penting bagi seorang anak yang terkena gangguan dengar agar mau mengenakan hearing aid (alat bantu dengar). Karena bila seorang anak merasa nyaman saat mengenakan hearing aid tentunya ia takkan malu.

Apa yang saya lakukan?
Karena beda kota, saya hanya bisa minta tolong guru tersebut agar mau terus meyakinkan muridnya untuk tidak malu akan keadaannya. Tolong ceritakan kalau ia tidak sendiri. Ada saya yang juga mengalami hal yang sama, bahkan masih banyak pula mengalami kejadian yang sama dengannya. Karena toh bagaiamana pun juga murid tersebut tetap sama dengan teman-temannya. Ia masih bisa melakukan banyak hal. Termasuk dalam mendengar musik kesukaannya. Tentunya dengan mengenakan hearing aid.

Dan yang perlu ditekankan ia tak perlu malu akan keadaannya. Karena mengalami gangguan dengar bukan akhir dari segalanya. Apapun masih bisa diraihnya, selama itu mungkin dan ada orang-orang yang mendukung langkahnya.

Jadi bila mengalami gangguan dengar, jangalah malu..

Sabtu, 19 Juni 2010

Borosnya Penggunaan Baterai Hearing Aid

Tak di pungkiri yang namanya alat elektronik memerlukan energi. Dimana energi tersebut bisa berupa baterai. Begitupun dengan hearing aid juga memelurkan baterai agar bisa berfungsi.

Bisa dibilang bagi pengguna hearing aid, baterai adalah hal yang paling boros untuk mereka. Untuk saya sendiri pemakaian baterai untuk satu hearing aid bertahan kurang lebih 3 minggu. Itu di karenakan hearing aid yang saya kenakan hanya di pakai secara full ketika hari kerja saja, sedangkan saat sabtu-minggu. Baisanya saya tak selalu mengenakan hearing aid.

Sedangkan pada anak tuna rungu (ATR) penggunaan baterai hearing aid lebih cepat habis di pakai. Biasanya untuk anak TR penggunaan baterai hanya bertahan 7-10 hari saja. Ini lebih di sebabkan karena pada anak-anak harus lebih banyak mendengar. Dengan begitu anak TR akan belajar mengenal banyak suara dan kosa kata. Maka dari itu pemakaian pun harus full setiap harinya. Hearing aid mereka baru dilepas ketika akan mandi dan tidur saja.
Maka tak heran baterai hearing aid yang di gunakan juga cepat habis.

Dalam menggunakan baterai hearing aid juga harus hati-hati. Jangan sampai hearing aid lembab ataupun basah. Sebab bisa menimbulkan karat pada baterai. Hal ini apabila tidak diwaspadai, baterai yang berkarat tersebut bisa merusak amplifier. Dimana amplifier inilah yang berfungsi menguatkan suara dari luar ke dalam telinga.

Apabila amplifier rusak, maka hearing aid tidak bisa digunakan. Biaya service penggantian amplifier pun bisa mencapai jutaan setara dengan harga hearing aid yang baru. Untuk itulah bila terjadi kasus ampliefier rusak, sedangkan masa garansi sudah habis. Maka orangtua anak TR lebih memilih untuk membelikan yang baru ketimbang memperbaikinya. Sebab harga perbaikan sudah setara dengan hearing aid yang baru. *Untuk lebih jelas dimana letak amplifier lihat gambar penampang hearing aid.

Perlu di ketahui baterai hearing aid itu bulat, tidak bisa di charge (isi ulang). Sebab merupakan jenis zinc batteries. Di jualnya pun tidak secara satuan, tapi dalam bentuk roll dimana satu roll itu biasnaya berisi 6 butir batre. Karena baterai hearing aid juga merupakan barang impor, maka harganya juga termasuk mahal. Untuk saat ini harga satu roll baterai hearing aid dengan kode 675 harganya Rp.45.000,-

Jadi bisa anda bayangkan berapa pengeluaran untuk baterai pada anak-anak TR bila hanya dikenakan dalam rentang waktu 7-10 hari saja.

Untuk itulah bisa dibilang berat sekali biaya dalam mengenakan hearing aid. Tentunya perlu kebesaran hati dari pada orangtua maupun penggunanya sendiri ketika harus mengeluarkan biaya untuk membeli baterai. Namun perlu saya tekankan hal ini tak lain demi untuk kelangsungan dalam mendengar suara.

Setidaknya untuk saya sebagai pengguna hearing aid bisa diambil pelajaran yaitu:
  • Lepas hearing aid sesaat setelah sampai di rumah, hal ini untuk memberikan waktu agar alat bisa istirahat setelah seharian dikenakan.
  • Bila akan tidur lepas sekalian baterainya, jangan hanya berada di posisi off. Sebab inilah yang akan menyebabkan baterai berkarat karena lembab.
  • Rajin dibersihkan (di lap) menyeluruh, sampai tempat batrenya.
  • Lakukan service berkala yaitu 4-6 bulan sekali.

Peduli dengan hearing aid, maka masa pakainya pun bisa lama.

*ditulis dari pengalaman pribadi dan sharing dengan ortu ATR
_______________________________________
sumber gambar :
- dok.pribadi

Minggu, 13 Juni 2010

Seperti apakah suara yang terdengar melalui alat?

"Seperti apakah Suara yang terdengar melalui hearing aid?"


Itulah pertanyaan yang kadang di tanyakan oleh ortu anak Tuna Rung (TR).
Memang pada umumnya orang tua anak TR banyak penasaran, apakah hearing aid yang di kenakan anaknya berfungsi, apakah anaknya mendengar suara, seperti apakah suara yang mereka dengar? Samakah suara itu dengan suara yang di dengar oleh orangtuanya?

Sebagai orang yang tadinya memiliki pendengaran normal, dan akhirnya harus tergantung dengan alat untuk mendengar tentu merasakan perbedaannya. Bagiku suara yang terdengar melalui alat memang terasa berbeda,

Suara yang terdengar melalui alat memang bukanlah suara seperti yang terdengar oleh telinga kalian. Aku mengibaratkannya suara itu sebagi suara mikrofon. Yaa itulah yang sering ku bilang bila mana orang bertanya seperti apa suara yang kudengar. Dengan begitu setidaknya orantua TR atau orang lain yang menanyakan bisa ada gambaran seperti apa bunyi suara melalui hearing aid.

Di dalam hearing aid ada mikrofon yang berfungsi menangkap suara. Bila alat yang di gunakan sudah semi digital biasa lubang penangkap suara itu ada di dua sisi yaitu kanan dan kiri. Sedangkan untuk analog mikrofonnya biasanya ada di atas alat dan cuma satu saja. Maka tak heran suara yang di dengar melalui hearing aid analog terasa berbeda dengan suara yang di dengar melalui hearing aid semi digital.

Untuk itulah bila ada yang bertanya mengenai hearing aid apa yang sebaiknya di kenakan, saya lebih menganjurkan mengenakan hearing aid semi digital yang harganya masih terjangkau. Bila memiliki dana lebih tak da salahnya mengenakan hearing aid digital.

Satu hal yang pasti, secanggih apapun alat itu takkah pernah bisa menyamai suara yang terdengar secara alami tanpa melalui bantuan alat. Untuk itu bersyukurlah anda yang tak perlu mengenakan alat.


*sumber gambar http://www.hearinghub.com/

Kamis, 03 Juni 2010

Sinetron 3 Mas Ketir, Seperti Itukah Gambaran Difabel?

Bermula keluhan salah satu orangtua ATR di facebook. Dimana mengeluhkan keberatan atas penayangan Sinetron 3 Mas ketir. Sinetron yang di tayangkan oleh Global TV Indonesia setiap hari senin-selasa pukul 19.00 WIB.

Sinetron yang dibintangi oleh Ricky Harun (Sani), Zaky D Zimah (Oik), dan Desta (Sony). Menceritakan tentang kisah 3 pemuda keren yang bersahabat namun mereka cacat. Dimana yang satu buta (Sani), yang satu bisu (Oik), dan yang lainnya Tuli (Sony).

Dalam sinopsisnya diceritakan bahwa ketiga pemuda ini tidak bisa hidup terpisah satu dengan lainnya. Apabila mereka berpisah maka akan ada kejadian yang bikin ketar ketir karena mereka bagaikan satu tubuh yang saling melengkapi satu dan lainnya. Begitupun dalam mencari kerja, mereka berusaha untuk tetap bersama.

Seperti yang di kutip dari www.selebonfire.com
Dalam sinetron ini saya ingin menunjukkan bahwa, sebenarnya orang buta, tuli dan gagu ingin tetap di anggap sebagai manusia normal. Jadi bukan maksud saya ingin mengeksploitasi kekurangan mereka.Contohnya, kalo orang buta jatuh kekolam renang kan wajar, namanya juga nggak ngeliat. Kalo soal di tertawakan, orang normal juga kalo kecebur kolam juga pasti di ketawakan orang lain juga bukan?. Jadi saya buat jalan cerita dan aksinya yang wajar-wajar saja,” kata Muchyar Syamas selaku sutradara sinetron 3 Masketir
Apakah lucu, menjadikan orang dengan kekurangannya menjadi bahan tertawaan dalam acara komedi tak mendidik?
Karena pada kenyataannya kehidupan orang-orang yang memiliki keterbatasan fisik itu sama seperti orang normal lainnya.

Pada orang buta, apakah sampai sebegitunya karena tidak melihat maka akan jatuh ke kolam renang? Bukankah orang yang mengalami kebutaan sedari kecil akan terbiasa mengenali keadaan sekitarnya tentunya dibantu dengan tongkat. Begitupun ketika berada dilingkungan baru bagi tunanetra tentu akan segera beradaptasi mengenali sekitarnya dengan bantuan indera peraba dan tongkatnya.

Pada orang bisu, apakah karena kebisuannya lalu akan mengalami kegagagalan komunikasi. Dalam arti tidak bisa berkomunikasi dua arah? Nyatanya tidak juga, orang bisu akan menyampaikan maksudnya dengan isyarat maupun lewat tulisan.

Pada orang tuli, apakah orang yang mengalami ketulian tak bisa menangkap apa yang dibicarakan? Kenyataannya tidak juga. Kan sudah ada hearing aid (alat Bantu dengar) tentunya yang tuli bisa mendengar dan berkomunikasi. Kalaupun tak menggunakan hearing aid (alat Bantu dengar) toh bisa menggunakan bahasa tulisan maupun isyarat dalam bekomunikasi seperti halnya yang bisu.

Perlu ditegaskan bahwa sinetron 3 Mas Ketir ini TIDAK SAMA dengan judul film Tri Mas Getir. Dimana dalam Film Tri Mas Getir sama sekali tidak menyinggung kaum difable. Cerita dalam film lebih seputar tentang mempertahankan perguruan wushu yang terbelit hutang. Informsi lebih jelas mengenai film ini silkan cek situs cineplex di sini

Pada dasarnya sinetron difable boleh saja di tayangkan, namun sebaiknya di buat dalam bentuk lain seperti bagaimana perjuangan mereka yang difable dalam bertahan menghadapi kehidupan walaupun dengan segala keterbatasan yag ada. Bukan dengan Sinetron seperti ini penuh adegan hiperbola.

Sebagai Bentuk penolakan, di FB sudah ada grup STOP PENAYANGAN SITKOM "3 MAS KETIR" dengan link

Semoga Komisi Penyiaran Indonesia merespon bentuk penolakan terhadap sinetron tersebut.

Tulisan ini hanya opini, diharapkan agar lebih bijak lagi dalam memilih tayangan di telivisi. 

Senin, 31 Mei 2010

Cerita Dari Acara Parenting Support

Pertemuan rutin Parenting Support kembali diadakan di Taman bunga Wiladatika saung Alamanda Cibubur pada hari minggu, 30 Mei 2010 pukul 10.00 WIB

Tema acara kali ini :
"Persiapan Masuk Sekolah Umum bagi Anak Tuna Rungu dan Orang Tuanya"


Pada acara ini beberapa orangtua ATR yang menyekolahkan anaknya di sekolah umum berbagi kisah bagaimana mepersiapkan anaknya sebelum memasuki sekolah. Mengingat bersekolah di sekolah umum sudah tentu anaknya akan menjadi anak "istimewa".

Bapak Sulasmo (Ayah Menur yang berusia 7 thn), berbagi pengalaman bagaimana mempersiapkan Menur memasuki sekolah umum. Tentunya ini sudah di persiapkan ketika Menur masih berusia balita dengan memberikan terapi wicara, pengenalan terhadap suara dan membiasakan pengenaan alat bantu dengar (hearing aid).

Kini Menur sudah bisa berkata-kata dan bersekolah di TK PB Soedirman Jakara, dimana tahun ajaran nanti akan masuk SD, namun orangtuanya masih mengikutkan Menur untuk terapi wicara. Hal ini agar Menur makin fasih berbicara.

bapak Sulasmo(ayah Menur)  berbagi pengalaman


Amma Ato (ibunda Lala) berbagi kisah apa saja yang ia persiapkan ketika akan memindahkan Lala ke sekolah umum. Selain terapi wicara, Lala juga di ajarkan banyak kosa kata melalui kartu bergambar yang dibuat sendiri oleh Amma Ato. Melalui kartu itulah Lala mengenal banyak kosa kata dan mengenal nama-nama benda.
Lala yang saya temui kemarin tak nampak seperti anak dengan gangguan dengar, karena bicaranya sudah fasih sekali. Tentunya ini tak lepas dari kerja keras orang tuanya.

Lala bercerita tentang sekolahnya  

 Amma Ato berbagi tips mengenalkan kosa kata

Ada pula Shafa dan Azie yang meceritakan bagaimana pengalamanannya bersekolah di sekolah umum. Mengingat mereka berdua mengalami gangguan dengar sedari lahir.

Shafa yang baru lulus SMA, menceritakan pengalaman saat bersekolah

Azie yang baru saja selesai menamatkan kuliah, berbagi pengalaman

Lalu ada pula dokter THT yang diundang ke acara tersebut untuk memeberikan pemahaman mengenai gangguan dengar. Hal ini dimkalumi masih banyak orangtua ATR yang masih belum paham apa itu gangguan dengar dan manfaat dari penggunaan alat bantu dengar (hearing aid)

Saya akui tak begitu mengikuti acara obrolan tersebut, karena lebih banyak menyapa anak-anak TR yang ada disana. Setidaknya dengan menyapa mereka saya jadi tau bagaimana perkembangan bicaranya.
Ada yang sudah lancar berbicara, namun masih banyak yang malu-malu berbicara dan masih sulit keluar dengan jelas suaranya.

Acara selesai sekitar pukul 12.00 WIB. Ada yang langsung pamit pulang namun ada pula yang orangtua sekedar sharing dengan orangtua lain. Tak lupa saya pun juga menyapa para orangtua ATR dan berdiskusi mengenai alat bantu dengar (hearing aid).

Alhamdulillah acara ini berlangsung dengan lancar. Bagaimanapun pertemuan ini sungguh bermanfaat bagi para orangtua untuk bertukar informasi mengenai gangguan dengar. Tentu saja acara melalui acara ini juga saling menguatkan mereka agara tidak putus asa akan keadaan anaknya. karena apapun masih mungkin terjadi selama orangtua mau berusaha mendukung setiap langkah anaknya.

berfoto bersama beberapa orangtua ATR

Senin, 24 Mei 2010

Pengumuman Parenting Support

Untuk anda yang peduli dengan anak-anak gangguan dengar ataupun memiliki kenalan orangtua dimana memiliki anak dengan gangguan pendengaran.

Yayasan AKRAB (AKu bisa dengaR dAn Bicara) mengadakan Pertemuan Rutin -Parenting Support-
Pertemuan ini sebagai sarana menggali ilmu dan mendapatkan support untuk melatih anak agar dapat mendengar dan berbicara. 

Pertemuan ini akan di adakan pada

Hari/ Tanggal  : Minggu, 30 Mei 2010
Jam                   : 10.00 WIB
Tempat             : Taman Bunga Wiladatika
                             Saung Alamanda Cibubur, Jakarta
Tema                 : Persiapan Masuk Sekolah Umum bagi Anak Tuna Rungu 

                             dan Orang Tuanya.

Untuk konfirmasi bisa menghubungi
Ibu Dwi 0818186066
Ibu Dion 0811150315

Acara ini GRATISS.
Di tunggu kehadirannya

nb:
Acara ini terbuka untuk semua yang peduli ataupun orangtua, keluarga yang memiliki anak gangguan dengar. Untuk itu mohon bila anda mengenal orangtua yang memiliki anak dengan gangguan dengar tolong informasikan acara ini.


Terimakasih,


  © Free Blogger Templates Autumn Leaves by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP