Anak yang dilahirkan dengan kondisi mengalami gangguan dengar biasanya akan mengalami kesulitan dalam berbicara. Hal ini disebabkan karena indera pendengaran mereka tak merespon suara, sehingga mulut kesulitan untuk menirukan suara. Tak heran apabila seorang anak yang mengalami gangguan dengar (Tuna Runggu) sejak bayi, biasanya akan di vonis jadi bisu.
Namun benarkan anak-anak yang terlahir dengan gangguan dengar (Tuna Runggu) berarti juga bisu?
Ternyata belum tentu anak yang terlahir dengan gangguan dengar akan bisu. Karena ternyata anak-anak yang memiliki gangguan dengar bisa dilatih berbicara.
Bagaimana caranya?
Tentunya dengan mengenalkan suara terlebih dahulu. Tanpa tahu bunyi suara seperti apa, anak akan susah menirukan suara. Untuk itulah pentingnya pemakaian hearing aid (alat bantu dengar). Dengan terbiasa menggunakan hearing aid (alat bantu dengar), maka anak akan di latih untuk mulai berbicara. Dalam hal ini orangtua anak mendaftarkan anaknya mengikuti terapi wicara.
Melatih berbicara anak dengan gangguan dengar itu bukan perkara mudah, perlu kesabaran orangtuanya. Anak yang sudah mengenakan hearing aid (alat bantu dengar) dan mengikuti terapi wicara tidak serta merta akan berbicara. Tapi butuh waktu dan proses. Agar anak lebih terbiasa lagi berbicara, maka orangtua perlu berperan aktif melatih anaknya kala dirumah.
Teman kecilku yang bernama Arum usianya hampir 3 tahun. Saat ini masih menjalani terapi wicara. Melalui jejaring Multiply aku tahu bagaimana perkembangan bicaranya. Ibunya rajin mengupload video saat Arum belajar bebicara, bernyanyi. Sungguh luar biasa mendengar Arum ternyata juga bisa bernyanyi sama seperti anak lainnya.
Memang bila dibandingkan dengan anak seusianya yang berpedengaran normal. Kemampuan bicara Arum belumlah selancar anak lain. Tapi melihat dia sudah bisa berbicara walau hanya kata-kata pendek itu sudah merupakan kemajuan yang besar bagi orangtuanya. Aku yakin seiring bertambahnya usia kelak, Arum pasti bisa lancar berkata-kata.
Anak-anak dengan gangguan dengar tidak seharusnya menjadi bisu. Dengan bisa berbicara, maka kesempatan anak-anak yang mengalami gangguan dengar untuk bersosialisai bisa lebih luas lagi. Dengan bisa berbicara anak-anak tersebut bisa mengungkapkan apa yang dirasakan. Ini tentunya berbeda apabila anak tersebut bisu. Besar kemungkinan sering terjadi salah pengertian komunikasi antara anak dengan orang lain.
Jadi bilamana mungkin, masihkah anak-anak dengan gangguan dengar harus mengalami bisu juga? Beri kesempatan pada anak-anak tersebut agar mereka bisa berbicara dan tak perlu menjadi bisu.
*sumber gambar http://www.cdslp.net/index.php/gallery/
Namun benarkan anak-anak yang terlahir dengan gangguan dengar (Tuna Runggu) berarti juga bisu?
Ternyata belum tentu anak yang terlahir dengan gangguan dengar akan bisu. Karena ternyata anak-anak yang memiliki gangguan dengar bisa dilatih berbicara.
Bagaimana caranya?
Tentunya dengan mengenalkan suara terlebih dahulu. Tanpa tahu bunyi suara seperti apa, anak akan susah menirukan suara. Untuk itulah pentingnya pemakaian hearing aid (alat bantu dengar). Dengan terbiasa menggunakan hearing aid (alat bantu dengar), maka anak akan di latih untuk mulai berbicara. Dalam hal ini orangtua anak mendaftarkan anaknya mengikuti terapi wicara.
Melatih berbicara anak dengan gangguan dengar itu bukan perkara mudah, perlu kesabaran orangtuanya. Anak yang sudah mengenakan hearing aid (alat bantu dengar) dan mengikuti terapi wicara tidak serta merta akan berbicara. Tapi butuh waktu dan proses. Agar anak lebih terbiasa lagi berbicara, maka orangtua perlu berperan aktif melatih anaknya kala dirumah.
Teman kecilku yang bernama Arum usianya hampir 3 tahun. Saat ini masih menjalani terapi wicara. Melalui jejaring Multiply aku tahu bagaimana perkembangan bicaranya. Ibunya rajin mengupload video saat Arum belajar bebicara, bernyanyi. Sungguh luar biasa mendengar Arum ternyata juga bisa bernyanyi sama seperti anak lainnya.
Memang bila dibandingkan dengan anak seusianya yang berpedengaran normal. Kemampuan bicara Arum belumlah selancar anak lain. Tapi melihat dia sudah bisa berbicara walau hanya kata-kata pendek itu sudah merupakan kemajuan yang besar bagi orangtuanya. Aku yakin seiring bertambahnya usia kelak, Arum pasti bisa lancar berkata-kata.
Anak-anak dengan gangguan dengar tidak seharusnya menjadi bisu. Dengan bisa berbicara, maka kesempatan anak-anak yang mengalami gangguan dengar untuk bersosialisai bisa lebih luas lagi. Dengan bisa berbicara anak-anak tersebut bisa mengungkapkan apa yang dirasakan. Ini tentunya berbeda apabila anak tersebut bisu. Besar kemungkinan sering terjadi salah pengertian komunikasi antara anak dengan orang lain.
Jadi bilamana mungkin, masihkah anak-anak dengan gangguan dengar harus mengalami bisu juga? Beri kesempatan pada anak-anak tersebut agar mereka bisa berbicara dan tak perlu menjadi bisu.
*sumber gambar http://www.cdslp.net/index.php/gallery/
Harus diberikan kesempatan yang besar kalau bisa jangan dibeda2 kan
BalasHapussubhanallah, hanya dengan ijin allah dan usaha mereka bisa berbicara. Salam kenal :D
BalasHapus@Mba Lidya : selain kesempatan, tentunya memerlukan dana besar juga. mengingat biaya terapi yang dihitung perjam. dalam hal ini orang tua setidaknya lebih berbesar hati, lebih bersemangat lagi mencari biaya.
BalasHapus@kharis sulistiyono : Iya, saya pun akhirnya jadi tahu kalau anak TR bisa juga berbicara sama baiknya dengan anak normal. Terimkasih kunjungannya.
Memang mbak, selama ini yang aku tahu bahwa anak-2 tuna rungu akan menjadi bisu.
BalasHapusMakasih infonya
dulu saya juga berpikir begitu looh. Makanya ketika saling share dan kenalan dengan orangtua anak TR bahwa anaknya juga sama dengan saya di pakaikan hearing aid, jadi tahu bahwa anak tersebut bisa berbicara.
BalasHapusSetiap kali membaca tulisan Mbak Nita
BalasHapusselalu saya menajdi terharu
semoga anak-anak itu bisa berbicara
Amin Ya Rabb
amiin..
BalasHapusInsya Allah anak-anak tersebut bisa berbicara.
Sayapun senang rasanya bila dalam pertemuan mereka merespon apa yg saya tanyakan.
ini memang opini lama yang harus didobrak. anak tunarungu sejak lahir tak pernah dilatih bicara, sehingga seterusnya mereka menjadi tunaaksara juga.
BalasHapussekarang sudah ada teknologi alat bantu dengar. mengapa tidak dimanfaatkan? kita tidak boleh kalah oleh keadaan ya mbak nita?
BalasHapussalam sobat
BalasHapusbelum tentu bisu mba,,kalau anak tuna rungu.
ya,,karena si anak itu ngga mendengar saja.
tapi dengan alat bantu pendengaran saat ini,,sianak tuna rungu bisa berbicara karena sudah mendengar.
salam kenal dari sahabat di S.A.
Ajarkan sahabat kita tersebut dengan sabar mbak dan motivasi orang tuanya untuk memberi perhatian yang maksimal.
BalasHapusSeandainya orang mau menyisihkan zakat dan shadaqah untuk membantu membeli alat bantu dengar bagi anak-anak ini betapa gembiranya mereka dan orangtuanya, kita semua tahu tidak setiap orang bisa membelinya karena harganya masih mahal!
BalasHapus@Edwin's : untuk itulah ornagtua anak TR saat ini berusaha keras mendobrak stigma bahawa anaknya bisu, karena kenyataannya anak merekapun bisa diajarkan untuk berbicara.
BalasHapus@Belajar Ekspor Impor : Memang untuk menebus teknologi itu terasa sekali mahalnya, mudah-muadah suatu saat kela ada hearing aid buatan dalam negeri
@NURA : Masalah mendengra itu yang menghambat mereke untuk mengenal kata dan berbicara
@Anton : saling support dan menguatan juga penting agar merak tak patah semangat bila anaknya masih belum mersepon dengan kata-kata
@ Achmad Edi Goenawan : Untuk saat ini setahu saya melalui Yayasan yang digagas orang tua TR bernama Yayasan AKRAB mencoba meringankan pembelian hearing Aid dengan diskon sekitar 20%-30% di tempat yang di ajak kerja sama dengan yayasan tersebut.
SEtahu saya, anak yang terlahir dengan gangguan pendengaran akan secara otomatis bisu karena tidak mengenali suara, tapi tidak sebaliknya. Berkat kemajuan teknologi, sekarang anak dengan gangguan pendengaran tetap dapat berbicara dengan lancar. Hebat! Sebarkan berita baik ini pada semua keluarga Indonesia.
BalasHapusyup.. itulah yang selama ini terjadi dan sudah ada dalam stigma masyarakat. Karena kenyataannya dengan dipakaikan hearing aid dan di latih berbicara ternyata anak-anak itu bisa.
BalasHapussayapun senang berbicara dengan mereka, kala ada pertemua sharing dengan orangtua TR.
maav ada yang punya artikel tentang orang bisu pada anak usia 6-12 tahun apa gak??
BalasHapussoalnya penting nie...
Senang sekali membaca blog ini berbagi tentang banyak hal mengenai gangguan pendengaran. Terimakasih mbak Nita yang sudah banyak berbagi.
BalasHapusTidak ada yang tidak mungkin,begitu juga untuk anak gangguan dengar dapat berbicara dan berkomunikasi secara verbal. Asalkan anak difasilitasi dengan alat yang memadai untuk menunjang pendengaran anak gangguan dengarpun bisa berbicara layaknya anak normal.
Saya adalah terapis anak yang membantu anak dengan gangguan dengar agar dapat berkomunikasi secara verbal layaknya anak-anak normal atau biasa dikenal dengan Auditory Verbal Therapy (Terapi Mendengar). Sudah banyak dari anak-anak kami yang kini sudah bersekolah di sekolah umum, karena memang tujuan utama dari terapi ini adalah anak dapat melakukan komunikasi secara verbal melalui modalitas pendengarannya sehingga mereka bisa merasakan pendidikan di sekolah umum.
Jadi bagi siapapun orangtua yang memiliki anak dengan gangguan pendengaran tidak perlu berkecil hati, di jaman teknologi sudah berembang pesat seperti sekarang ii, bahkan untuk anak-anak dengan gangguan pendengaran juga sudah bisa merasakan teknologi pendengaran yang canggih. Berbagai fasilitas yang dapat mengantar anak-anak kita meraih masa depannya, tergantung orang tua bagaimana berusaha memberikan yang terbaik dan sesuai dengan kebutuhan pendengaran anaknya agar mereka bisa mendengar dan mengatakan halo pada dunia :)
Salam.