Ibuku hanya ibu rumah tangga biasa. Kesibukannya hanya mengurus rumah tangga. Sementara bapakku hanyalah seorang PNS Deplu yang kebetulan pernah bertugas sebagai staff di kedutaan RI di LN.
Dimataku ibu sangat bersahaja, biasa saja. Walaupun telah ikut bapak bertugas di kedutaan, bergaul dengan istri-istri diplomat (oh iya bapakku bukan diplomat, cuma staff saja), namun tetap saja tak banyak perubahan darinya. Ibu tetaplah seperti dulu, tak bisa berbahasa Inggris, jalan pikirannya sedehana dan simple.
Ibu, mendampingiku kala aku melewati masa-masa sulit seperti saat aku sakit hingga begitu lama. Ketika tahu aku mengalami gangguan dengar karena efek samping antibiotik, ibu tetap bersikap biasa. Ia tidak terlihat shock, mungkin ini karena ibu tak tahu banyak mengenai gangguan dengar. Setidaknya hal ini patut di syukuri, karena dengan begitu ibu menganggap aku biasa saja tidak perlu di proteksi, walaupun ia tahu aku harus menggunakan hearing aid (alat bantu dengar). Ibu tetap menganggap aku normal sama seperti saudaraku. Maka dari itulah bila berbicara inotasi suaranya biasa saja, tak sampai berteriak-teriak.
Ketika aku, diejek oleh anak lain karena memakai hearing aid, ibu menghibur diriku agar jangan sedih karena ejekan itu. Ibu tahu semenjak mengalami gangguan dengar dan harus mengenakan hearing aid, banyak kesulitan yang menghampiriku. Mungkin karena itulah ia tak terlalu berharap banyak padaku. Namun dengan begitu menjadikan diriku malah terpacu untuk membuktikan bahwa aku pun bisa diandalkan.
Ibuku memang tak mempermasalahkan menganai gangguan dengar, namun ibu berharap aku sehat. Karena tak mau aku sakit seperti dulu lagi. Bagi ibu selama aku baik-baik saja, bisa beraktifitas dengan baik, bekerja itu sudah cukup.
Kini ketika akhirnya aku mulai dapat berdiri sendiri, aku tahu betapa leganya engkau. Karena aku yang dulu begitu kau cemaskan, akhirnya bisa menjawab semua kecemasanmu padaku.
Ibuku hanya wanita biasa, walaupun ia sederhana, namun tak menuntut anaknya agar mencapai ini itu. Untuk itulah aku bersyukur karena ibu tak tak pernah menganggap aku anak cacat, sehingga aku tetap tumbuh normal walaupun aku tahu bahwa diriku kini tak lagi bisa mendengar suara dengan jelas tanpa bantuan alat.
ibu yang selalu mendukungku
*tulisan dalam rangka hari ibu, memang telat di posting..
Met Hari Ibu yah...aku kangen neh sama ibuku...
BalasHapusselamat hari ibu,,, salam buat ibunya,.... ibu yang hebat...
BalasHapus@mbak Bintang: aku juga pernah tinggal jauhan ama ibu kok. Kangen juga, apalagi klo lagi diomelin tapi saya gak dengerin :)
BalasHapusklo kangen di telp mbak..
@RanggaGoBloG: Terimakasih, nanti kusampaikan salamnya. Ibuku mah biasa aja
subhanaLlah, ibu memang luar biasa. salam takzim buat Ibunya Nita ya.
BalasHapus@Mrya : terimakasih sudah mampir kemari. Nanti saya sampaikan salamnya.. :)
BalasHapus