Senin, 18 April 2011

Ketika Marah Dengan Keadaan Diri

Ada sebuah komentar pada postingan saya yang berjudul  Aku Masih Mendengar kok.
Komentar yang entah dari siapa, tidak saya ketahui. Berikut kutipan komentarnya
Anonim mengatakan...
"Dapat hearing aid baru? Apa bisa secepat itu? Kudengar biayanya sampai 25 juta. Ah, masa sih orang yang nggak bisa mendengar gak sunyi? Banyak orang yang enggan bicara denganku karena aku tak bisa mendenga juga, menganggapku merepotkan, cuma gara2 ga bisa dengar. Ibuku aja sampe teriak teriak marah gara2 musti ngulang 2 kali. Huh, bilang aja kalau dia gak pengen punya anak cacat! "  

31/03/11 17:22



Memang apa yang dikatakan mengenai hearing aid itu benar. Untuk sepasang hearing aid super power diperlukan setidaknya 20 juta. Tetapi perlu di ketahui juga. Bahwa mahal tidaknya hearing itu lebih dipengaruhi pada besarnya gangguan dengar.



Apabila masih bisa mendengar suara menggelegar seperti pada gangguan dengar saya. Rasanya cukup mengenakan hearing aid seharga 4-7 juta. Memang tak sejernih pendengaran normal. Setidaknya cukup untuk bisa berkomunikasi.

***

Dari nada tulisan komentar tersebut, saya menangkap ada rasa kecewa, marah dan sedih akan kondisi diri.

Saya memahami kondisi tersebut, sebab saya pun pernah merasakan demikian. Ketika menyadari bahwa suara yang hilang itu takkan pernah kembali. Saya marah pada diri ini, karena pendengaranku terenggut akibat antibiotik.

Tetapi bila mengingat saat itu penggunaan antibiotik lebih dikarenakan agar saya bertahan hidup, melawan segala bakteri yang menyerang. Dan berbagai keputusan agar saya bisa bertahan hidup. Maka saya belajar menerima kehilangan itu.

***

Bagaimanapun dalam berkomunikasi saya masih menggunakan bahasa verbal. Saya akui, sulit sekali setelah tahu ada yang berbeda pada diri ini. Menerima perlakukan buruk dari orang lain, sampai ejekan kata-kata yang tak mengenakan untuk didengar melalui hearing aid.

Dulu saat usia Sekolah Dasar, bila ada yang mengejek tak jarang saya balik memarahi kembali anak tersebut.Tetapi seiring berjalannya waktu, seiring dengan makin berdamainya pada diri sendiri. Emosi itu bisa saya kendalikan.

Saya teringat dulu sewaktu kecil ketika saya menemui seorang anak perempuan di dekat rumah bu Lik, dimana bibirnya tak sempurna, miring kekanan seperti orang stroke. Ibu saya bilang begini
"anak itu bila bisa memilih, tentu tak mau bernasib begitu"

Yaa.. sama seperti saya, bila boleh saya memilih tentunya akan memilih seperti orang pada umumnya. Sebab semakin dewasa ternyata makin berat hambatan itu dan makin kompleks pula.
Apalagi ketika terjun di masyarakat. Tak jarang berbagai penolakan sering saya terima. Syukurlah saya masih memiliki keluarga yang selalu membesarkan dan menguatkan diri agar sabar..


*dituliskan sekedar sharing..

11 komentar:

  1. ahhh
    kupingku yg sebelah kanan agak gak bisa dengar :(

    BalasHapus
  2. Apa yang di katakan Yusnita benar...untuk menerima kekurangan kita itu butuh waktu dan itu tidak sebentar, karna banyak hal yang harus kita lalui dan jalani nantinya.
    Apakah kita kuat menghadapinya atau cuek saja.

    Mb sebenarnya juga rada khawatir....waktu kecil dulu Dini pain korek kuping tanpa diketahui setelah ketahuan dia menagis dan telinganya berdara...
    Semoga saja tidak menggagu pendengarannya ketika besar.

    BalasHapus
  3. @Rusa: Yang kiri masih bisa kaan.. Kalaupakai headset jangan lama-lama. Biar yang kiri gak menurun


    @Ibu dini: Iya bu.. butuh proses pastinya.
    Semoga dini gak apa-apa tak sampai dalam kan mengoreknya. Untuk anak-anak memang harus hati-hati. Sebab di dalam telinga ada syaraf dengar.
    Moga dini sehat..
    Salam buat dini..

    BalasHapus
  4. Selamat malam Mbak Yusnita,

    Saya sudah mengirim via email tentang gangguan pendengaran. Sudah dibuka? Saya menunggu tanggapannya, karena ada tindak lanjutnya.
    Terima kasih.

    Saya baru tahu kunjungan mbak Yusnita lewat menu about blog saya. Terima kasih

    Jika email saya tidak sampai akan saya ulang lagi. Saya tunggu kabar.

    BalasHapus
  5. eyang emailnya belum ada...
    apakah mengirimnya ke gmail..
    g mail saya selalu update baik lewat ponsel maupun komputer, jadi saat ada email masuk langusng bisa tahu..

    BalasHapus
  6. segalanya butuh proses

    BalasHapus
  7. mama nya sampai tega sekali seperti itu ya.... bahkan dia sampai merasa seperti itu, dari kata-katanya yang bilang aja g mau punya anak cacat itu... miris sekali membacanya

    semoga hatinya terbuka untuk menerima kekurangannya dan lingkungannya merubah sikap terhadap dia

    BalasHapus
  8. Semangat mbak, saya selalu kagum dengan orang yang selalu berjuang apapun kekurangan dan kelebihannya, bersyukur dan "bersyukur" (baca : sabar) Salam silaturrahim.. :)

    BalasHapus
  9. tetep semangat... aku jg sedikit kena gangguan jg, tapi alhamdulillah msih baikan..

    BalasHapus
  10. @harry: yaa semua butuh proses, sayapun masih berproses hingga saat ini. Terimakasih suah mampir

    @choirul: walaupun dia nggak mendengar tentunya tau apabila orang berbicara di hadapannya. Setidaknya dia bisa tahu omongan ibunya lebih karena membaca gerak mulut

    @dian eka: iyaa, semangat harus tetap ada. walau sering kali kesulitan menghadang.

    @kira: syukurlah kalau masih baikan. salam kenal yaa..

    BalasHapus
  11. ada hikmah dibalik semuanya, ada kelebihan dibalik kekurangan. semangat ya mba,, n salam kenal..

    BalasHapus

  © Free Blogger Templates Autumn Leaves by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP