Ketika untuk pertama kalinya mengenakan hearing aid, aku bertanya-tanya.
Kemana suara yang kudengar, mengapa suara itu menjauh menjadi samar-samar dalam telingaku? Sulit mendapat jawaban yang pasti kemana suara itu pergi dan mengapa?
Seiring bertambah usia, makin besarlah rasa ingin tahu. Syukurlah informasi semakin mudah didapatkan. Dukungan media Internet turut pula membantuku menemukan apa yang sebenarnya yang membuat suara itu menjauh dari telingaku.
Dia adalah Aminoglikosida yang ternyata telah merenggut suara dariku. Membuat suara yang kudengar menjadi samar-samar.
Aminoglikosida adalah kelompok antibiotika penting yang digunakan baik secara topikal atau pun sistemik untuk pengobatan infeksi yang disebabkan bakteri gram negatif. Aminoglikosida memberi efek membunuh bakteri melalui pengikatan subunit ribosomal 30S dan mengganggu sintesis protein.
Aminoglikosida dihasilkan oleh fungi Streptomyces dan micromonospora. Mekanisme kerjanya: bakterisid, berpenetrasi pada dinding bakteri dan mengikatkan diri pada ribosom dalam sel
Contoh : streptomisin, kanamisin, gentamisin, amikasin, neomisin
Penggunaan Aminoglikosida Streptomisin dan kanamisin berupa injeksi pada TBC juga pada endocarditis, Gentamisin, amikasin bersama dengan penisilin pada infeksi dengan Pseudomonas,Gentamisin, tobramisin, neomisin juga sering diberikan secara topikal sebagai salep atau tetes mata/telinga,
Efek samping : kerusakan pada organ pendengaran dan keseimbangan serta nefrotoksik.
Dulu saat usia 9-10 tahun memang pernah mengalami sakit cukup parah. Paru-paruku basah dan terinfeksi banyak bakteri. Hal ini di karenakan paru-paru tak kuat terpapar udara dingin.
Seingatku memang dalam pengobatan menerima banyak obat baik melalui infus, tablet, maupun injeksi. Syukurlah tak ada alergi terhadap obat. Namun tak disangka bahwa obat itulah yang menyebabkan pendengaranku pada akhirnya mengalami kerusakan.
Bagaimanapun pilihan untuk menggunakan obat itu tentunya ada pada penyelamatan nyawa. Dimana saat itu memang parah sekali, paru-paru sulit untuk berkerja. Namun syukurlah kini aku bisa bernafas kembali, paru-paruku bisa bekerja kembali. Walaupun pendengaranku tak seperti dulu lagi, tak mengapa. Bukankah semua itu memang perlu pengorbanan.
Kini semua itu sudah lewat, tak boleh disesali. Suara itu memang sudah samar-samar. Namun masih ada hearing aid yang membantuku. Walaupun memang mahal sekali harganya setidaknya aku berusaha untuk mendapatkannya. Insyaallah aku masih bisa mendengar
Kemana suara yang kudengar, mengapa suara itu menjauh menjadi samar-samar dalam telingaku? Sulit mendapat jawaban yang pasti kemana suara itu pergi dan mengapa?
Seiring bertambah usia, makin besarlah rasa ingin tahu. Syukurlah informasi semakin mudah didapatkan. Dukungan media Internet turut pula membantuku menemukan apa yang sebenarnya yang membuat suara itu menjauh dari telingaku.
Dia adalah Aminoglikosida yang ternyata telah merenggut suara dariku. Membuat suara yang kudengar menjadi samar-samar.
Aminoglikosida adalah kelompok antibiotika penting yang digunakan baik secara topikal atau pun sistemik untuk pengobatan infeksi yang disebabkan bakteri gram negatif. Aminoglikosida memberi efek membunuh bakteri melalui pengikatan subunit ribosomal 30S dan mengganggu sintesis protein.
Aminoglikosida dihasilkan oleh fungi Streptomyces dan micromonospora. Mekanisme kerjanya: bakterisid, berpenetrasi pada dinding bakteri dan mengikatkan diri pada ribosom dalam sel
Contoh : streptomisin, kanamisin, gentamisin, amikasin, neomisin
Penggunaan Aminoglikosida Streptomisin dan kanamisin berupa injeksi pada TBC juga pada endocarditis, Gentamisin, amikasin bersama dengan penisilin pada infeksi dengan Pseudomonas,Gentamisin, tobramisin, neomisin juga sering diberikan secara topikal sebagai salep atau tetes mata/telinga,
Efek samping : kerusakan pada organ pendengaran dan keseimbangan serta nefrotoksik.
Dulu saat usia 9-10 tahun memang pernah mengalami sakit cukup parah. Paru-paruku basah dan terinfeksi banyak bakteri. Hal ini di karenakan paru-paru tak kuat terpapar udara dingin.
Seingatku memang dalam pengobatan menerima banyak obat baik melalui infus, tablet, maupun injeksi. Syukurlah tak ada alergi terhadap obat. Namun tak disangka bahwa obat itulah yang menyebabkan pendengaranku pada akhirnya mengalami kerusakan.
Bagaimanapun pilihan untuk menggunakan obat itu tentunya ada pada penyelamatan nyawa. Dimana saat itu memang parah sekali, paru-paru sulit untuk berkerja. Namun syukurlah kini aku bisa bernafas kembali, paru-paruku bisa bekerja kembali. Walaupun pendengaranku tak seperti dulu lagi, tak mengapa. Bukankah semua itu memang perlu pengorbanan.
Kini semua itu sudah lewat, tak boleh disesali. Suara itu memang sudah samar-samar. Namun masih ada hearing aid yang membantuku. Walaupun memang mahal sekali harganya setidaknya aku berusaha untuk mendapatkannya. Insyaallah aku masih bisa mendengar
*sumber:
pengalaman pribadi
hal2 semacam inilah yg membuat saya menjadikan pengobatan medis sbg alternatif terakhir.
BalasHapusSaya lebih suka yg alami, mulai dari thibbun nabawi sampai segala jenis obat2 alami indonesia
btw, itu ndal malpraktik ??
Saya rasa bukanlah, soalnya saya lama juga sakitnya. Maklum aja dulu sudah parah banget. Sudah keluar masuk ruang operasi kok. Lagi pula kejadiannya tidak di Indonesia.
BalasHapusbaru tau tuh metode thibbun nawabi. Mungkin mas Ridwan bisa bikin postingannya
amin...kami selalu berdoa untukmu sobat, semoga tabah dan semangat menjalani hidup :)
BalasHapusSemangat terus ya mbak. sehat selalu
BalasHapus@Zahra Lathifa: Terimakasih mba, yang penting saat ini adalah sehat. kalau terulang lagi takutnya antibiotik lagi.
BalasHapus@Nadine: Iya semngat nih, Insyaallah sehat.. =)
Hello Yusnita,
BalasHapusSeperti judul dalam blog ini "Jadikan kekuranganmu untuk maju".
Salut buat Anda.
googling aja... keyword a.l : bekam, habatussauda, hijamah, thibbun nabawy :D
BalasHapus@pak Tikno: seperti judulnya, setidaknya kekurangan itu bisa menyemangati diri untuk maju dan berkembang. Terimakasih sudah mampir
BalasHapus@Mas Ridwan: kirain mas Ridwan ma bikin postingannya. Kan udah pernah nyoba, bagi2 cerita gitu.. =)
Semoga lekas sembuh dan bisa kembali beraktivitas seperti biasa. sukses selalu n tetap semangat
BalasHapusSalam kenal, Mb Yusnita. Saya salut kpd Mb Yusnita yang punya semangat tinggi untuk maju, dan menjadikan sesuatu yg menurut Mb Yusnita kekurangan untuk menunjukkan kelebihan yang dimiliki. Anda adalah inspirasi Mbak ^_^
BalasHapus@harto: Saat ini saya sudah sembuh. yaa walau meninggalkan efek samping berupa gangguan dengar. Tapi setidaknya saya masih bisa tertolong. Terimaksih yaa pak suadh mampir
BalasHapus@Edwin: Salam kenal kembali, terimakasih sudah mampir =)
salut juga dengan judul blog ini dan kisahmu..lam kenal...
BalasHapussalam kenal juga mba Rie..
BalasHapusterimaksih sudah berkunjung balik..
Oh, begitu tho. Aku pernah kena bronkitis parah juga lebih dari tiga tahu, waktu umur 10 tahun juga, sehingga pencernaan terganggu, asam lambung tinggi. Dan, pas kuliah kambuh lagi. Tapi aku paling males makan obat, alhamdulillah aku jadi tak terkontaminasi dengan obat.
BalasHapusDulu aku terapi jalan pagi-pagi setelah subuh, dan pasti muntah-muntah, keluar dahaknya banyak sekali, sampai lemes.
Postinganmu sangat bermanfaat bagi mereka yang terkena penyakit serupa.
Semangat!
klo bronkitis itu radang atas yaa.
BalasHapussyukurlah gak sampe kena syarafnya.
postingan ini hanya sekedar kasih tau aja, bagaimana efek samping obat..