Rabu, 20 Juli 2011

Tahun Ajaran Baru bagi Orangtua Anak Gangguan Dengar

Tahun Ajaran Baru, merupakan saat merepotkan bagi banyak orangtua yang memiliki anak usia sekolah. Sebab di Tahun Ajaran Baru, orangtua biasanya sibuk mencari sekolah mana yang kiranya cocok untuk anaknya. Selain itu tentu saja soal biaya sekolah, dimana kiranya dapat terjangkau. Hal ini tentu saja menguras waktu, tenaga dan pikiran.

Sama seperti halnya orangtua lainnya. Orangtua anak gangguan dengar yang sudah masuk usia sekolah juga direpotkan hal serupa pada Tahun Ajaran Baru. Hanya saja kerepotan ini lebih menguras emosi dan membutuhkan kesabaran yang super ekstra dalam mencari sekolah bagi anaknya yang mengalami gangguan dengar.


Kesulitan menyekolahkan anak yang mengalami gangguan dengar umumnya terjadi pada penolakan sekolah terhadap anak tersebut. Tak jarang beragam alasan dari pihak sekolah menjadikan anak-anak yang memiliki keterbatasan dalam mendengar harus bersekolah lebih jauh jaraknya dari tempat tinggal (rumahnya).

Sebetulnya penolakan ini sudah dimulai ketika anak tersebut bersekolah pada jenjang Kelompok Belajar ataupun di Taman Kanak-Kanak. Dan penolakan ini makin menjadi-jadi ketika anak dengan gangguan dengar memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Keenganan pihak sekolah menerima murid yang "istimewa" dengan alasan tidak tersedianya guru untuk anak tersebut. Kemudian ketidaktahuan sekolah bahwa anak yang meiliki gangguan dengar bisa bersekolah di sekolah umum. Menjadikan kesulitan tersendiri bagi anak gangguan dengar mendapatkan pendidikan di sekolah umum.

Memang anak-anak yang mengalami gangguan dengar umumnya memiliki keterbatasan dalam pemahaman kosa kata. Namun bukan berarti anak-anak ini tak bisa mengikuti kegiatan belajar mengajar. Sebab orangtua anak-anak yang memiliki gangguan dengar, umumnya sudah melakukan berbagai persiapan sebelum memutuskan menyekolahkan anaknya ke sekolah umum. Seperti melakukan terapi wicara, terapi belajar mendengar sehingga alat bantu dengar (hearing aid) yang digunakan anaknya bisa berfungsi dengan semestinya.

Bilamana pada Tahun Ajaran Baru itu seorang anak gangguan dengar akhirnya dapat diterima sebagai murid di suatu sekolah umum. Ini tak lebih karena adanya kompensasi dari pihak sekolah atas "keistimewaaan" anak tersebut. Tentunya juga karena usaha orangtua dalam melakukan pendekatan pada pihak sekolah bahawa anaknya memang layak untuk diberi kesempatan bersekolah di sekolah umum.

Yaa... bagaimanapun anak-anak yang memiliki "keisitimewaan" tentunya berhak mendapatkan pendidikan yang sama dengan anak-anak lainnya. Mereka pun berhak untuk bisa bersosialisasi sama normalnya dengan anak-anak lain.

Semoga di masa mendatang makin banyak sekolah umum mau membuka diri terhadap anak-anak yang memiliki keterbatasan. Sebab anak-anak ini tentunya sudah memulai berbagai tahap persiapan sebelum akhirnya orangtuanya memutuskan menyekolahkan mereka di sekolah umum.

7 komentar:

  1. Benar, karna sebenarnya semua anak sama hanya saja diberikelebihan dan keistimewaan berbeda.

    BalasHapus
  2. setiap anak memiliki hak bersekolah padahal ya, aneh sekali jaman skr masih saja ada penolakan

    BalasHapus
  3. Sayang sebenernya kenapa pihak sekolah mesti membatasi penerimaan murid hanya untuk yg sempurna secara fisik, padahal dimana letak ngerepotinnya juga untuk ngajar anak2 dengan gangguan pendengaran? justru yg aku takutkan anak2 itu yg akan merasa terkucilkan karena dianggap gak boleh sekolah dan punya temen :(

    Gak adakah peraturan atau apa gitu yg dibuat pemerintah agar anak2 dengan gangguan dengar bisa juga bersekolah di sekolah umum????

    BalasHapus
  4. @ibu dini: iya bu, bila saja sekolah mau meberi kesempatan untuk anak-anak tersebut. tentunya memang tak mudah. Bahkan ada kok orangtua anak-anak berkebutuhan khusus yang mau menyediakan sendiri shadow teacher untuk anaknya.

    @mba Lidya: Sudah ada sih sekolah inklusi hanya saja belum merata ke seluruh wialayah. jadi meang masih kesulitan.

    @Ferdinan: Tentunya lebih dikarenakan pihak sekolah kurang mengetahuai tentang keterbatasan muridnya. Oh iya waktu saya akan kuliah juga sempet wawancara dulu dan menjelaskan keterbatasan saya. Waktu SMA juga begitu sempat dialog dulun dengan pihak sekolah sebelum akhirnya setuju menerima sebagai murid.
    Peraturan pemerintah saat ini yang baru saya ketahui mengenai sekolah inklusi dimana sekolah ini mencampurkan anak2 biasa dengan anak2 berkebutuhan khusus. Hanya saja pada prakteknya belum semua sekolah bisa menjadi sekolah inklusi

    BalasHapus
  5. selain peraturan, lebih kepada kebijakan kepala sekolah atau dari pihak sekolah, sebaiknya duduk bersama dengan pihak orang tua, untuk membahas resiko dan konsekwensi yg dapat ditimbulkan...itu saja.

    BalasHapus
  6. @aryadevi: Bukankah mendiknas memperbolehkan bahwa anak-anak berkebutuhan khusus yang memang mampu bersekolah di sekolah umum agar bisa di terima di sekolah umum?
    Tapi kenyataan di lapangan banyak pihak sekolah menolak hal ini. Kalaupun memang ada, itu sekolah swasta yang tentunya berbiaya mahal.
    Padahal bisa saja, kepala sekolah mau mengerti anak-anak dengan gangguan dengar, sebetulnya bisa mengikuti pelajaran di sekolah umum. bahkan ada orangtua bersedia menyediakan shadow teacher untuk anaknya.
    hmm.. saya sendiri, ketika di ketahui mengalami gangguan dengar, maka orangtua tetap menyekolahkan saya di sekolah umum. Tidak di sekolah khusus, lebih pada pertimbangan psikologis dan untuk memahami bahwa berbeda itu jangan sampai membuat saya rendah diri. Setidaknya bersekolah di sekolah umum memang berguna untuk menempa mental saya.
    oh iya, tentu saja saat masuk ke sekolah umum tentunya sudah berbicara pada pihak sekolah mengenai kekurangan yang ada. Dan memahami alat bantu dengar yang saya gunakan

    BalasHapus
  7. Di Indonesia memang belum spt negara2 maju yang menyediakan fasilitas bagi anak2 berkebutuhan khusus di tempat2 umum, termasuk sekolah umum.

    Apa kabar mbak? selamat menjalankan ibadah puasa ya...

    BalasHapus

  © Free Blogger Templates Autumn Leaves by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP