Rabu, 15 Juni 2011

Untuk diriku di masa lalu

Masa depan, siapa yang bisa menduga masa depan akan bagaimana. Akan bagaimana keadaan diri kelak...
Andaikan bisa, aku ingin mengirimkan surat kepada diriku 20 tahun yang lalu, dimana saat itu sudah mengerti akan hidup. Inilah Suratku:

Teruntuk diriku,
20 tahun yang lalu

Dear Nita,
Di bulan Juni ini dimana matahari mulai bersinar dengan teriknya. Kau begitu riang gembira menyambut datangnya musim panas. Yaa.. kau begitu menyukai musim panas, dimana kau terbebas dari tiupan angin musim dingin.

Di musim panas kali ini adalah musim panas terakhirmu berada di Roma. Sebab ketika mulai memasuki musim gugur akan segera datang episode-episode hidup yang begitu kelam pada dirimu. Sekelam musim dingin yang beku dan kelabu.

Semua dimulai dari kebiasaanmu Nit, yang malas makan, belum lagi udara di Roma tak bersahabat dengan tubuhmu. Saat usia mu menginjak 10 tahun, kau akan terbaring cukup lama di Rumahsakit karena paru-parumu basah, harus bolak balik masuk ruang operasi, akan membuat banyak orang bersedih. Saat itu Nita harus sabar yaa… tetaplah pancarkan semangat hidup. Karena itulah yang membuatmu saat itu bisa bertahan melewati semua itu. Jangan khawatir, walaupun harus lama berada di Rumahsakit kau pun akan sembuh.


Sebuah kejadian pasti akan membawa dampak pada keadaan diri. Begitu yang terjadi pada dirimu. Kelak kau akan berbeda dengan anak lain. Kau tak lagi sama dengan teman-teman sebayamu. Sebab suara yang biasa bersamamu ternyata dia pergi bersama angin musim dingin. Entah bagaimana aku mengatakannya. Bahwa suara itu telah terenggut darimu. Suara yang biasa kau dengar menjadi terasa samar sekali. Ini baru kau rasakan ketika kau kembali ke Jakarta.

Nit, ketika kamu kelak kembali bersekolah dan tak ada bapak-ibu disampingmu karena mereka masih di Roma. Kau jangan pernah malu kalau menjadi anak yang berbeda mengenakan Alat Bantu Dengar. Memang mengenakan Alat Bantu Dengar itu tidak enak. Tetapi bila kau tak mengenakannya, maka tidak bisa mendengar dengan baik.

Mengenakan alat bantu dengar memang membuat dirimu terlihat berbeda bahkan terlihat aneh di mata orang lain. Tak jarang pula kau akan mengalami perang mental, emosimu diuji. Sebab tak dipungkiri alat itulah yang sering kali membuatmu di ejek. Jangan berkecil hati nit, kau tetap sama seperti anak-anak lainnya.

Bila kau bertanya bagaimana dengan sekolahmu?
Tak ada yang perlu di takutkan, kau masih bersekolah seperti biasa. Bahkan dengan alat pendengar yang ada di telingamu, kau tak kalah dengan murid-murid yang lain.
Tentu kau bisa berlega hati membaca ini.

Nit, rupanya mungkin memang hidup kita ditakdirkan untuk kembali terulang kejadian musim dingin. Saat usiamu menginjak 20 tahun kelak, kejadian 10 tahun yang lalu terulang lagi Nit. Kali ini ketika di Helsinki, ternyata tubuhmu memang  lemah. Paru-parumu sudah tak baik lagi tak tahan udara dingin sejak kejadian pertama dulu di Roma. syukurnya  kamu lekas tanggap sehinga tak separah yang kejadian yang pertama. Kau kembali lagi terbaring di Rumahsakit, namun syukurlah hanya sebentar saja.

Nit, gara-gara sakit kembali pendengaranmu tambah parah saja. Akhirnya telinga kirimu juga memakai ABD. Namun saat itu kamu tak mempermasalahkan lagi kalau ada orang yang mencelamu.

Hmmm...mungkin sudah garis tangan, bahwa kesulitan hidup senantiasa berteman denganmu. Masa kanak-kanak dan remaja telah kau lewati dengan baik. Ketika menjadi dewasa adalah sebuah pilihan. Itu adalah hal terberat dalam hidup.

Sebab dengan memilih menjadi dewasa, maka masalah yang menderamu menjadi semakin kompleks. Penolakan yang akan sering terjadi akan keadaan dirimu setidaknya membuat mentalmu diuji. Kau harus siapkan lebih banyak semangat dalam mengadapi hari-harimu.

Adakalanya kau akan merasa lelah dengan deraan yang sering menerpa. Bila sudah begitu menangislah, tetapi jangan lupa semangat itu harus tetap ada. Sebab selama kau masih diberi hidup, peranmu di dunia belum selesai.

Dibalik semua yang mendera, jangan lupa selalu bersyukur karena kau juga telah diberi banyak nikmat. Kutuliskan ini untumu, untuk mengingatkan. Bahwa inilah hidup penuh gelombang. Dan tetap semangat menghadapinya..


Salam Sayang,

Yusnita
(2011)


*gambar dari google dengan sumber tidak diketahui


6 komentar:

  1. Hmmm ...kembali kepada bersyukur, iklas dan tabah...serta sabar mengahdapi apapun itu.
    Hanya tuhan yang tahu kehidupan kita seperti apa...

    Ya Allah lindungilah kami dan sayangilah kami..

    BalasHapus
  2. saya baru tau lho, kalo udara dingin bisa mengganggu pendengaran

    semangat ya Nita...insya Allah selalu yg terbaik

    BalasHapus
  3. tetap beryukur dan semangat ya. jangan hiraukan apa kata orang jadi diri sendiri saja. kita dukung terus kok

    BalasHapus
  4. @ibu dini: stok sabar memang mesti banyak mba. walau sering menipis juga stok itu. setidaknya nyadar hidup masih berlanjut

    @hilsya: bukan udara dingnnya. Tapi bila tak tahan udaha dingin. Bisa menyebabkan sakit. Nah sakit kan sudha tentu banyak obat-obatan. Obat itulah yang membuat pendengaran terganggu

    @mama Calvin: iya mba tetap bersyukur..
    walau banya banget kata-kata gak enak itu sering mampir.

    BalasHapus
  5. Assalamualaikum mbak Nita
    Biarlah masa lalu hanya menjadi suatu kenangan, mari kita songsong hari esok untuk lebih baik dengan menghadapi hari ini apa adanya. Belajar untuk bisa bersyukur

    Salam kenal dari Disable people pamekasan madura.

    BalasHapus
  6. @citromduro: hanya sekedar cerita, keseringan nonton doraemon. Terimakasih sudah mampir

    BalasHapus

  © Free Blogger Templates Autumn Leaves by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP