Jumat, 17 Juni 2011

Ketika Mengingkari Kenyataan

Ketika kenyataan itu terhampar di depan mata...
Ada rasa penolakan dalam diri...
Ada rasa tak percaya, rasa mengelak untuk mengakui semua itu...
Mengelak dengan mengatakan "baik-baik saja"...
Padahal dalam kenyataannya adalah sebaliknya...

Menerima kenyataan tidaklah semudah mengucapkannya. Tidak semudah pula dengan membalikan telapak tangan. Sebab dalam menerima kenyataan butuh proses.
Tak dipungkiri dalam proses penerimaan itu akan ada rasa untuk mengingkari. Kadang rasa untuk mengingkari itu teramat besar, karena kenyataan yang ada seringkali memang menyakitkan.

Dulu ketika mulai menyadari bahwa Alat Bantu Dengar (Hearing Aid) yang saya pakai membuat diri terlihat berbeda. Saat itulah mulai terjadi pengingkaran pada diri ini. Saya mengingkari kenyataan bahwa tak mungkin bisa mendengar dengan baik tanpa Alat Bantu Dengar (Hearing Aid).

Beberapa hal pengingkaran yang saya lakukan saat itu:
  • Kadang tidak mengenakan Bantu Dengar (Hearing Aid) saat sekolah. Walau saya tahu suara yang didengar kecil, tapi saya bersikeras bahwa diri ini baik-baik saja. Ini terjadi selama dalam rentang 1-2 tahun pengenaan Alat Bantu Dengar (Hearing Aid). Saya sebut ini masa adaptasi yang penuh mengingkaran.
  • Ketika menonton berita ataupun sinetron, saya merasa bisa mendengar saat dialog yang diucapkan walaupun tak mengenakan Alat Bantu Dengar (Hearing Aid). Tetapi ternyata saat menonton film yang di dubbing, saya sama sekali tak bisa menangkapnya. Berarti saya mengingkari bisa mendengar suara TV dengan baik. Yang saya lakukan selama itu adalah membaca gerak bibir (lips reading)

Ketika saya besar, akhirnya saya menyadari apa yang saya lakukan ketika itu adalah bentuk pengingkaran akan keadaan diri. Saya anggap masa pengingkaran itu adalah sebuah proses belajar. Dimana saya belajar bahwa tidak mudah begitu saja menerima kenyataan. Lalu kini, saat melihat orang lain dengan segala kekurangannya seakan saya berkaca pada diri ini.

Anak-anak dengan gangguan dengar dan kebutuhan khusus lainnya,  serta orang-orang yang mengalami berbagai hal kelainan pasti suatu saat akan sadar ketika mereka tahu ada yang lain antara dirinya dengan orang-orang disekitarnya.  Dan tak bisa memaksakan untuk langsung menerimanya, karena memang butuh proses dan pengertian. Semoga dalam proses penerimaan itu tidak berkecil hati.



*ditulis dari pengalaman pribadi, sekedar share


7 komentar:

  1. Kalau komen di sini nggak bisa kayak di sebelah yah? Pengalaman Mbak Nita sangat berharga, semoga memebrikan pelajaran buat temen2 lainnya.

    BalasHapus
  2. TFS.. Nita..
    tetep semangat!

    BalasHapus
  3. Semoga postingan mbak nita bisa memberi manfaat untuk para blogger ^^
    mampir2 mbak ke blog saya ^^

    salam sehat sukses selalu ^^

    BalasHapus
  4. Benar kata Yusnita..segala sesuatu dan perubahan emang membutuhkan process dan process tersebut tidaklah gampang dan bisa langsung diterima.

    Untuk semua tulisan Nita semoga bisa membantu teman2 kita dan bermanfaat buat mb juga.

    BalasHapus
  5. @anaz: aiih komen di sebelah hehe.. santai aja Na. Tapi emang di sini saya lebih kalem.. :D

    @hilsya: sama-sama yaa mba

    @Botol Panjang Umur: sama-sama, yang ditulis di blog ini seklian untuk berbagi. Oiya Sudah mampir kok ke blognya..

    @Ibu Dini: iya bu, kalau untuk saya ternyata lebih dari setahun n panjang juga prosesnya. Naik turun emosi :)

    BalasHapus
  6. Pagi Yusnita...gimana kabarnya hari ini, mb datang kemari ada maksud dan tujuan lho untuk lebih jelasnya bisa datang kesini saja : http://barbiedini.blogspot.com/2011/06/kenalan-lagi-yuk.html
    Sehat selalu untuk Yusnita

    BalasHapus
  7. Alhamdulillah... Berbagi ilmu bermanfa'at memang menyenangkan Yaaah.... :)

    BalasHapus

  © Free Blogger Templates Autumn Leaves by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP