Sabtu, 11 Juni 2011

Kerancuan Tata Bahasa Pada Tunarungu

Ada hal yang begitu khas, biasa terjadi pada tunarungu. Yaitu keterbatasan penggunaan kosa kata dalam bahasa verbal. Sehingga seringkali menyebabkan apa yang ingin disampaikan oleh seorang tunarungu, menjadi tidak tertangkap maksudnya.

contoh tulisan pada tunarunggu seperti ini:
aku adalah seorang anak tuna rungu yg masih kehidupan tanpa manusianya..

mungkin maksudnya begini
Aku adalah seorang anak tunarungu yang kehidupannya sama dengan manusia lain

Kerancuan tata bahasa ini, apabila tidak di perbaiki dapat menyebabkan salah paham dalam berkomunikasi. Sehingga apa yang ingin disampaikan tidak tertangkap oleh orang yang membacanya.


Umumnya memang kerancuan ini terjadi kala tunarungu menulis. Bisa disebabkan karena minimnya penguasaan kosa kata pada mereka. Lalu terbatasnya kosa kata yang diterjemahkan ke dalam bahasa isyarat. Kemudian susahnya menemukan kamus bergambar di search engine juga menjadikan bahasa isyarat yang ada di Indonesia tidak populer.

Berbeda dengan ASL (America Sign Language) dimana memang sudah berkembang pesat dimana ada kelas tersendiri khusus mempelajari Sign Language. Sedangkan di Indonesia jelas belum mendukung hal ini ada di program universitas.

Harus bagaimana agar kosa kata tunarungu bisa sebaik orang lain?

Bila memang seorang tunarungu itu bisa membaca, alangkah baiknya lebih sering membaca baik itu buku, koran, majalah. Dengan membaca diharapkan seorang tunarunggu mengerti bagaimana kata-kata itu tersusun mejadi sebuah kalimat yang dapat dimengerti oleh orang lain.

saya bisa mengerti mengapa para orangtua anak gangguan dengar lebih mengajarkan pada bahasa verbal. Sebab dengan menguasai bahasa verbal terlebih dahulu, bila kelak anak akan mempelajari bahasa isyarat bisa lebih membandingkan. Sehingga anaknya kelak tetap bisa berbahasa tanpa mengalami kerancuan dalam kosa kata.


*ditulis sekedar opini


8 komentar:

  1. Hem... iya ya susah juga emank... tetanggaku ada juga yg punya gangguan dengar sekaligus bicara, rumahnya gak begitu deket sih tapi aku sering ketemu dan ngobrol sama dia, ya biarpun kadang aku gak begitu ngerti dia ngomong apaan makanya aku lebih suka ngasih dia kertas ama pulpen klo aku bener2 Blank dan gak ngerti sama Ucapannya, untung aja dia juga ngerti maksudku dan langsung nulis yg mau dikasih tau ke aku dikertas itu... :D

    tapi gak jarang dia juga ngerti kok aku ngomong apa tanpa aku make bahasa Isyarat, kata dia sih dari gerak bibirnya dia bisa ngira2 maksudnya... :D

    Sayang ya blum ada Universitas Indonesia yg mau ngikutin jejak ASL itu...

    Happy Sunday Nit :D

    BalasHapus
  2. Semangat tetepbelajar ya...

    BalasHapus
  3. @ferdinan: itu dia yang gak saya duga. Mungkin karena selama ini saya berada di linkungan normal n lebih banyak menggunakan bahsa verbal. Jadi ketika mencoba mencari ornag-ornag tunarunggu yang dudah dewasa baru tahu tentang kerancuan bahasa tersebut.
    sayangnya Bahasa Isyarat di Indonesia belum banyak. Utamanya memang butuh pengertian ketika berkomunikasi

    @kamal: thx yaa sudah mampir

    BalasHapus
  4. Tak ada yang bisa mb koment pada tulisan kali ini...
    Tapi mb mendapatkan sedikit pelajaran dari ini...
    Gimanakabarnya Yus..semoga sehat2 saja dan semua dapat berjalan dengan lancar ya

    BalasHapus
  5. Kabar saya Alhamdulillah..
    baru sembuh kena campak seminggu lalu..
    Belum pernah kena waktu kecil.. :)

    BalasHapus
  6. Kerancuan yang ada selama bisa dipahami bukan suatu masalah besar, toh akhirnya bisa dipahami juga
    he.. he.. he..

    BalasHapus
  7. @citromduro: Tentunya akan bermasalah bila seorang tuanrunggu ada di tengah orang-orang yang tak paham bahasa yang digunakan. Ini bukan perkara spele, sebab kerancuan ini bila terjadi salah paham bisa berabe. Maksudh baik bisa di artikan buruk.
    Untuk itu perlu sekali memberitahukan tentang kesalahan tata bahasa, agarbisa terus belajar

    BalasHapus
  8. Saya seorang tuna rungu, tapi untunglah saya pernah jadi orang normal sampai umur 12 tahun, sejak 9 tahun yang lalu saya putus sekolah kelas 2 smp umum, sekarang saya baru menyadari dan ingin kembali menuntut ilmu, sekarang saya masuk SLB guna menyambung kembali dan meneruskan sekolah yang dulu pernah terputus, saya malu karena sudah berumur 24 tahun tapi masih harus duduk di kelas 3 smp, tapi mau tidak mau saya harus menghilangkan gengsi demi ilmu dan masa depan yang lebih baik,,,,

    Pertama kali berkenalan dengan "dunia deaf" saya dikejutkan bukan hanya bahasa isyaratnya, tapi juga bahasa indonesianya yang bener2 aneh, terus saya bertanya pada diri sendiri siapa yang salah berkata sebenarnya, saya atau teman baruku yang tuna rungu (waktu itu saya berkomunikasi dengan tulisan),,,

    Dan sekarang setelah hampir setahu saya bergabung ke dunia deaf, say cukup mengerti dan mampu berkomunikasi dengan mereka, memang benar bahwa bahasa Indonesia mereka bener2 masih kurang, bahkan ada yang sangat kurang, walau pun memang ada yang udah cukup baik, banyak temanku yang masih tidak mengetahui nama2 segala sesuatu yang bagi orang normal adalah mudah,,,

    Saya merasa kasihan sekali pada teman yang bukan hanya tidak bisa mendengar tapi juga tidak bisa bicara, mereka ini yang bener2 sulit untuk menguasai bahasa indonesia dan belajar bicara,,,

    Namun, jangan salah karena banyak diantara anak2 tuna rungu yang memiliki bakat dan keterampilan tertentu,,,

    Saya yakin sebagai seorang tuna rungu kami mampu menjadi seorang manusia yang mampu menejar mimpi dan bersaing dalam kehidupan,,,,

    BalasHapus

  © Free Blogger Templates Autumn Leaves by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP