Manusia tak pernah tahu dan tak bisa memilih seperti apa hidupnya nanti. Begitupun dengan diriku. Aku tak menyadari bahwa diri ini berbeda. Aku teringat saat usiaku 11 tahun, bersekolah di SD Inpres. Terlontar sebuah kalimat dari anak lain yang melihatku sebagai orang yang berbeda.
"Kamu tak bisa mendengar yaa... Kok ada alat ditelingamu?"
Aku terdiam. Kuraba telingaku, kurasakan alat yang menempel pada daun telinga. Aku pun tersentak menyadarinya. Yaa.. Tuhan.. kalimat singkat itu menyadarkanku. Ternyata aku berbeda dengan anak lain.
Ah, mengapa baru kusadari diriku berbeda. Harusnya aku tahu, begitu ibu membawa ke klinik untuk memeriksakan pendengaranku, kemudian membelikan alat pedengar dan memasangkannya pada telingaku. Harusnya aku segera sadar, bahwa alat itu yang membuat diriku terlihat bebeda. Harusnya aku tahu, ada yang aneh dengan diriku.
Hari-hari setelah menyadari bahwa diri ini berbeda, sungguhlah tak mudah. Ada perang batin, ada rasa marah. Aku marah pada-MU Tuhan. Karena aku berbeda dengan anak lain!
Tapi bagaimana mungkin aku menggugat Tuhan yang sudah membuat lakon hidup untukku?
Bukankah aku hanya manusia yang berperan sesuai dengan skenario yang sudah di tentukan. Jadi laksanakan peran itu sebaik-baiknya.
***
Bersekolah di sekolah umum dengan murid beraneka ragam dan karakter. Menjadi murid paling aneh sendiri dengan alat yang menempel pada telingaku. Makin memperjelas akan perbedaan itu. Tak enak rasanya menjadi orang paling beda. Ketika melenggang di koridor sekolah, berpapasan dengan murid lain, maka mereka akan memperhatikan diriku. Ah, tidak lebih tepatnya mereka memperhatikan apa yang tertempel di telingaku. Yaa, alat itu memang aneh, bentuknya melengkung. Tak sedap dipandang mata. Selang pengubung pada cetakan telinga membuat penasaran orang lain yang melihatnya.
Dalam berteman akupun kesulitan, tak semua anak mau berteman denganku. Hanya beberapa saja. Berganti jenjang pendidikan, maka berakhirlah pertemanan itu karena kami berbeda sekolah. Itulah mengapa jangan pernah tanyakan siapa teman akrabku di sekolah.
Pernah suatu kali kutanyakan pada ibu, mengapa aku tak dipindahkan saja ke sekolah khusus. Dimana murid-muridnya sama seperti diriku. Namun yang kudapat hanya sebuah senyuman. Yaa ibu sengaja membiarkanku menemukan sendiri jawaban itu.
Masa sekolah dilewati dengan hasil biasa saja menurutku. Tapi bagi ibu, bisa melewati pendidikan di sekolah umum adalah prestasi sendiri buatku.
****
Saat kuliah akhirnya aku tahu apa arti senyum dari pertanyaan itu. Ternyata ibu sengaja tak menyekolahkanku di sekolah khusus. Karena ibu ingin aku menyadari ada perbedaan dalam hidup. Ada keanekaragaman disana. Bahwa aku yang berbeda merupakan bagian yang ada dari keragaman tersebut.
Kuliah adalah masa yang menyenangkan. Aku tak lagi berkecil hati karena merasa aneh dan berbeda karena ada banyak perbedaan dalam lingkup kampus. Tak heran ketika menemukan teman yang menurut orang lain mungkin aneh. Entah mengapa dalam pendanganku terasa biasa.
Begitupun ketika pada akhirnya aku terjun di masyarakat, tak ada rasa syok karena dipandang berbeda. Ketika tak semua orang bisa menerima keberadaan diri ini, aku memakluminya.
***
Saat menemukan anak-anak yang senasib denganku. Dimana merasa bimbang ketika tahu mereka berbeda, entah mengapa aku tergerak mendekatinya. Aku hanya ingin menyapaikan pada mereka.
"Kau tak sendiri dik, kita sama. Namun jangan pernan berkecil hati. Kita pun bagian dari mereka yang beranekaragam. Tunjukan bahwa kau bisa dengan segala perbedaan dan keterbatasanmu"
Tuhan memang telah membuat skenario untuk setiap manusia. Akupun akhirnya memahami skenario itu, dan berusaha menjalankan peranku dengan baik. Menjadi berbeda akhirnya membuatku sadar, bahwa itu adalah bagian dari karunia-Nya. Jangan malu menjadi berbeda. Bagaimanapun pebedaan itulah yang membuat keberagaman mewarnai hidup.
anak-anak yang kukenal di dunia maya, mereka berbeda dan tak sendiri.
-----------------------------------------------------------------------------
Sebelum baca, mau mentungin dulu *ngekek*
BalasHapusBerbeda, itu indah....
BalasHapusMbak, kenapa URLnya di tutup untuk komentar? Jangan pake google dunk :(
hm, gak kepikiran posting di BS
BalasHapusngaruh ya nit?
@Anaz: untuk mengindari anonim. Jelas saya bingung bila da yg minta info tapi menggunakan anonim. Sudah di buka lagi kok.
BalasHapus@Mba Maya: Gak juga mba, hanya sekalian update isi blog ini.
Seperti judul blog Mu..jadikan kekuranganmu untuk maju.
BalasHapusTerkadang kita merasa diri kita begitu sangat kekurangan dan tuhan tidak begitu memihak pada kita..selalu saja memberi kesulitan pada kita yang rajin menghadapnya..
Itulah mengapa kita diharuskan untuk selalu bersabar, berdoa dan bertawakal...karna dari apa yang kita punya dan tidak...ada yang sangat indah dibaik itu tanpa kita ketahui...
Jangan menyerah...trus maju, karna mungkin saja manusia normal hidupnya tidak seindah yang Yusnita alami skg...
setelah baca tulisan ini...
BalasHapusDila jadi tambah cinta ma mba nita ^ ^
terharu membaca tulisan diatas..
BalasHapussalam kenal
@ibu dini : Terima kasih supportnya bu. Memang terkadang saat mearsa sendiri terasa sediih sekali. Tapi bila mau melihat sekitar, ternyata ada yang lebih menggenaskan.
BalasHapus@Dila : Terimaksih sudah mampir. Waduh jangan bilang cinta dong nanti pasaran saya turun looh ^_^
@marthaandival: salm kenal..
terimakasih sudah berkunjung ke blog saya..
Keren mbaknya... Semoga menang yah.. ^_^
BalasHapusSalam kenal
Tulisan yang luar biasa dan ternyata diikutkan dalam lomba ya..? Semoga menang ya mbak...
BalasHapusBeruntung mbak Nita mempunyai orang tua yang berpikiran jauh ke depan, sehingga mbak Nita mempunyai bekal yang banyak dalam mendalami hidup dalam keberagaman.
BalasHapusSalut utk ortu mbak Nita.. dan mbak Nita tentunya.
@ethie : terimaksih sudah berkunjung..
BalasHapus@mba Reni: Kadang sering merasa sendiri ketika ada di tengah hiruk pikuk. Syukurlah rasa sendiri itu sudah makin berkurang dengan makin banyak mengenal teman-teman baru yang bisa mengerti dan memahami.
terima kasih untuk sharingnya. benar2 membuka "mata" saya bahwa kekurangan bukan alasan untuk berpangku tangan saja :D
BalasHapussalam kenal.
semoga menang, Mbak Nita
BalasHapusdulu kata-kata "Kekurangan adalah kelebihan" hanya jargon yang numpang lewat dalam otak gw. Tapi, semenjak sering baca tulisan mbak Nita, gw nyadar jargon itu nggak sekedar jargon :)
memang kerennn ternyata masuk 10 besar.. saya doakan menang ya mbak...
BalasHapusSip Nitt...
BalasHapusKekurangan yang bisa kau jadikan kelebihan...!!
Tetep cemangattt..! (mBak Arie mode On)
semangattttttttttttttttttttttttthhhhhhhhhhhhh
BalasHapuswah, sangat inspiratif. Pantaslah tulisan ini jadi nominator 10 besar writing contest, selamat ya!
BalasHapusBenar mbak, jgn takut untuk berbeda. Karena kita adalah bagian dari perbedaan/keragaman itu.
BalasHapusSangat menginspiratif mbak Nita, salut! :D
BalasHapusSelamat ya jadi nominator !!
BalasHapusWah, tulisan yang sangat bagus.. Juri memang tak salah pilih masuk ke 10 nominator.. Memang perbedaan itu membuat kita 'One heart'..
BalasHapussaluuut sm penulis, keren, pokoknya insipartif ceritanya... Memang tak ada yang salah dari skenarioNya, manusia itu makhluk ciptaan Sang kreator yang luar biasa, jd apapun yang menimpa manusia jika disikapi secara postip maka akan menjadikan kekuatan luar biasa..salam kenal mbk:)
BalasHapusSalam.
BalasHapusWuih mantep euy kisah hidupnya, inspirasional sekali. Tetep semangat ya mbak, tetep berkarya juga di dunia blog ini dan lainnya. Moga2 menang di lomba pestablogger merayakan keberagaman nya. Mantep nih artikel nya :D
Selamat, telah menjadi nominator.
BalasHapusterharu..
BalasHapus:)
terharu sekali membacanya.. tulisan yang bagus.. salam kenal mbak.. tadi gimana acar di pesta blogger 2010 nya? ramai dan menarik sekali ya..sayang sekali saya ga bisa ikutan acaranya.. mampir2 ke blog ku mbak vaniavanzai.blogspot.com
BalasHapusselamat ya nit.. ternyata dirimu pintar menulis ya.. selama ini selalu "mengaku" tak bisa menulis.. hehehe
BalasHapustulisan yang bagus.. terharu membacanya.. ^_^
selamat n inspiratifffffffffffffffff
BalasHapusSelamat Ya....!!
BalasHapusslamat ya mba..finally u be a winner in writing competion...tukaran link ya mba..mkasih
BalasHapusBenar yg membaca Blog inipun bukan hanya para Blogger saja ttpi juga sdh beragam, para Wapmaster & Webmaster juga sdh banyak pula yg berkunjung, selain untuk membaca, menambah informasi dan pengetahuan yg sdh ada, juga ingin melihat kreativitas teman2 dari Indonesian Blogger..
BalasHapuscongratulation..! regard from Aceh.
BalasHapus@all: termakasih semuanya..
BalasHapusterimakasih dukungannya..
selamat mbak, salut dah dengan kisahnya,,
BalasHapusgood luck
Congrat for your winner, keep spirit for blogging...
BalasHapusSelamat ya juara 3 ya writing contest nya, mantap nian nih :D
BalasHapushai mbak, teman saya ada yang seperti mbak. tapi hanya telinga kirinya yg tidak berfungsi. saya juga, mata kanan saya tidak berfungsi. beruntung, mata kiri saya masih bisa digunakan.:) mbak juga, beruntung lahir pada saat alat2 bantu pndengaran sudah ada. intinya kita tetap harus bnyak brsyukur walapun kita 'tidak normal'.:D
BalasHapus@Saga Amelia : halo mba..
BalasHapusterimaksih sudah mampir..
Alat Bantu Dengar sudah lama ada. sebelum saya mengalami gangguan dengar. Memang saat awal tahun 90-an alat bantu dengar masih berupa analog. Setidaknya walau hanya memperkeras suara bisa membantu.
Sekarang ini di thn 200-an Alat bantu dengar sudar beragam sesuai kebutuhan sehingga anak-anak dengan gangguan dengar saat ini bisa mendengar lebih baik ketimbang saya saat menggunakan Alat bantu dnegar analog
Merdeka berkarya!!!
BalasHapusnice post... :')
BalasHapussalam kenal mba nita.. tulisan yg inspiratif, sy jg punya teman yg seperti mba nita bahkan beliau tak menggunakan alat bantu, tp membaca bahasa gerakan mulut lawan bicara. dan saya selalu kagum padanya karena dibalik kekurangannya banyak skali kelebihan yg Alloh titipkan lewat kehidupannya yg bersahaja.. keep spirit mba..
BalasHapus