Selasa, 24 November 2009

Berdamai dengan Takdir , bukan berarti menyerah

Ketika sesuatu yang hilang tak mungkin kembali. Sebagai manusia tak bisa memungkiri ada rasa sedih, marah, kesal.

Dulu saat baru pertama kali memakai Alat Bantu Dengar, saya berharap bahwa mengenakan Alat Bantu Dengar (ABD) itu takkan selamanya. Saya juga berharap dengan mengenakan ABD, maka telingaku bisa mendengar kembali sama baiknya dengan yang lain.

Namun harapan tinggal harapan, hal itu tak kunjung tergapai. Suara yang kudengar tetap saja kurang. Aku tersadar bahwa itu hanya harapan semu, harapan kosong yang tak mungkin.

Mungkin ini akibat minimnya informasi yang kuterima mengenai gangguan dengar dan mengenai pemakaian Alat Bantu Dengar (ABD). Maka tak heran cukup lama untuk bisa menerima keadaan diriku seutuhnya.

Mungkin akan berbeda jadinya apabila PT.ABDI (dulu bernama King Aid), dimana aku membeli Alat Bantu Dengar memberikan penjelasan mengenai Alat Bantu Dengar (ABD) tersebut dan memberi tahu bahwa itu hanyalah sebuah alat elektronik yang membantuku untuk mendengar. Jadinya aku tak perlu berharap pada hal yang tak mungkin.

Dulu saat SD - SMP, bila ada yang mengejek kekuranganku, aku akan marah. Karena aku tak terima mereka menghina diriku. Namun lambat laun seiring bertambahnya usia dan semakin pahamnya diriku akan kekuranganku, aku sadar percuma juga aku marah bila ada yang menghina diriku. Karena kenyataannya aku memang memiliki gangguan dengar.

Berdamai dengan takdir itu tak bisa di paksakan, perlu waktu, pemahaman dan perenungan. Berdamai itu bukan berarti mesti pasrah dengan keadaan. Ketika SMA sedikit demi sedikit saya mulai menerima kenyataan akan kekurangan ini. Memang tak di pungkiri belum sepenuhnya saya bisa terbuka perihal kekurangan yang saya miliki pada orang lain.

Dengan semangat tak ingin menyerah akan kekurangan yang kumiliki, setidaknya bisa kubuktikan bahwa aku bisa mengalahkan teman sekelas saat SMA dan membuktikan akupun bisa jadi yang terbaik di antara mereka yang "normal". walau akhirnya aku kalah kembali saat di kelas 3 SMA. Setidaknya kekurangan ini menjadikan aku bersemangat untuk menunjukan bahwa walaupun pendengaranku terganggu, namun masih bisa melakukan hal yang sama dengan lainnya.

Berdamai dengan takdir secara seutuhnya baru bisa kulakukan saat mulai kuliah. Dimana saat mulai kuliah pendengaranku tambah parah, dimana dulu saat SD-SMA hanya mengenakan satu Hearing Aid (Alat Bantu Dengar). Maka saat kuliah aku harus mengenakannya di kedua telingaku. Aku tahu pendengaranku tambah parah Namun itulah yang membuatku bersemangat untuk menunjukan bahwa akupun bisa sama baiknya dengan mahasiswa lain. Tak percuma dengan semangatku, aku bisa membuktikan bisa kuliah dalam waktu yang relatif cepat dari jangka waktu yang di tentukan. Tentunya hal ini membuat aku tambah yakin, bahwa kekurangan itulah menjadikan aku lebih bersemangat.

Saat ini karena diriku sudah berdamai sepenuhnya dengan takdir, maka tak ada lagi gejolak rasa marah apabila ada yang mengungkit kekuranganku. Maka akupun takkan sungkan lagi ketika mengenalkan diriku sebagai orang yang mengalami gangguan dengar.

Walau kutahu masih banyak yang belum kucapai, setidaknya dengan berdamai dengan takdir langkahku menjadi ringan. Walau kutahu hidup itu tak mudah, setidaknya aku harus tetap bersemangat menghadapi hari-hari.


*tulisan ini sebenarnya sudah di postkan di awal blog, namun karena linknya hilang saya tuliskan kembali. Maaf bagi yang sudah pernah membacanya

11 komentar:

  1. Takdir adalah sesuatu yang telah terjadi. Maka jika kurang mendengar sudah menyapamu, itulah takdir. Tetapi, masa depanmu adalah milikmu, maka raihlah dengan apa yang telah dikaruniakan kepadamu. Bukankah kita mesti yakin bahwa Allah tak membedakan siapa pun untuk menjadi sukses?

    Mbak Nita, aku tak akan segan untuk ber-tawashowbilhaq wa tawashowbishshobr (bernasihat kebenaran dan bernasihat dalam kesabaran) kepadamu. Sebab bagiku Mbak Nita adalah orang yang normal, yang mampu memberikan nasihat pula kepada orang lain, melalui blog ini.

    Salam....

    BalasHapus
  2. tetap semangat ya nita..

    BalasHapus
  3. @Fahmi: Thx sudah menganggap saya tak beda dengan yang lain. Iya yaa.. kadang saya juga merasa gak ada yg beda dengan saya kok. tapi orang lai kadang memperlakukan saya berbeda.

    @Ambar: Yup..tetap semangat. dan tentunya untuk sekedar berbagi. walau di lakukan di dunia maya..

    BalasHapus
  4. Takdir sudah menjadi ketentuan yang tak dapat dirubah,sudah menjadi titik tulis akan menjadi atau bagaimana kita dalam hidup ini,biarkan hening didunia dengan kesabaran menghadapi segala cobaannya ,tapi kau akan merasakan ramainya disyurga kelak amin.

    semangat ya mba,bila tidak ada halangan sy akan slalu mengunjungimu sebagai sahabat ( aku terharu dngn kisahmu )

    BalasHapus
  5. @Ateh : klo masalah pendengaran, untungnya ada Hearing Aid (Alat bantu dengar) jadi masih bisa terbantu.
    Btw thx sudah berkunjung.

    @Secangkir Teh dan sekerat roti:
    Sama2 yaa.. semangat juga..^_^

    BalasHapus
  6. meski pernah membacanya kenapa saya eja lagi kata per kata ya? ^^ karena terasa semangat itu mengalir seiring denyut nadi untuk terus semangat dan bersyukur. tfs ^^ semoga selalu dimudahkan-Nya setiap langkah Nita. amin.

    BalasHapus
  7. Terimakasih Marya..
    sudah berkenan membaca lagi..
    ini gara2 hilang linknya tempo hari.. :)

    BalasHapus
  8. berdamai dengan takdir itu sulit, sampai sekarangpun saya belum bisa berdamai sepenuhnya

    BalasHapus
  9. Salam kak.. Saya juga sama seperti kakak, punya masalah pendengaran, tetapi hanya telinga kanan saja yg tidak bisa mendengar. Alhamdulillah, sekarang saya sudah menjadi seorang Sarjana Bahasa Jepang dan bekerja di perusahaan Jepang sebagai penerjemah, tentunya dengan pakai alat bantu dengar. Dulu saya sama seperti kakak, sangat minder bergaul dengan teman2 dan bingung nanti kerja bagaimana, tapi dukungan keluarga selalu menguatkan saya. Kita pasti bisa, kak! Tetap semangat ya.. :)

    BalasHapus
  10. Jangan menyerah, menteri di Arab Saudi saja ada yang matanya buta, kok bisa..belum lagi yang kakinya lumpuh tapi dengan tangannya dia dapat melukis hingga di export ke luar negeri, coba adik membuat karya novel dll.dlm bhs.indonesia dan english bisa mendunia..ora et labora..

    BalasHapus

  © Free Blogger Templates Autumn Leaves by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP